Saat ditanya, apakah jumlah koleksi buku di taman bacaan Anda suda memadai?
Ternyata, 61,5% jumlah koleksi buku
taman bacaan di Indonesia belum memadai, sementara 33% mungkin memadai, dan
hanya 5,5% saja yang sudah memadai. Itu berarti, Sebagian besar
koleksi buku yang ada di taman bacaan belum memadai, baik dari jumlah maupun
jenis buku bacaan yang dibutuhkan. Begitu
simpulan Survei Tata Kelola Taman Bacaan yang dilakukan TBM Lentera Pustaka
(Juni 2019) yang dijawab oleh pegiat literasi yang ada di 33 lokasi di
Indonesia.
Bila
mau jujur, survei ini menyiratkan ada tantangan besar gerakan literasi dan
kegemaran membaca di Indonesia. Selain dihadapkan jumlah pembaca dan fasilitas
taman bacaan yang masih bermasalah, taman bacaan pun “ditantang” oleh persoalan
jumlah koleksi buku bacaan yang tersedia. Ketersediaan buku bacaan berarti bukan
soal sepele di taman bacaan. Karena sejatinya, taman bacaan bisa dikunjungi
anak-anak pembaca bila koleksi bukunya memadai. Bila tidak, maka taman bacaan
bisa jadi ditinggalkan.
Belum memadai-nya jumlah koleksi buku di taman bacaan. Tentu harus
jadi perhatian semua pihak, khususnya para donator buku, korporasi maupun
pemerintah daerah di mana pun. Eksistensi taman bacaan akan terjga bila koleksi
buku yang ada memadai. Karena
buku bacaan adalah variabel penting di taman bacaan, di samping menjadi
pemantik daya Tarik anak-anak datang ke taman bacaan.
Dengan kata lain, survei ini pun menegaskan
sangat salah bila minat baca anak-anak Indonesia rendah. Tapi soalnya adalah
ketersediaan buku bacaan yang tidak merata dan akses untuk membaca buku yang
memang sulit didapatkan anak-anak Indonesia. Koleksi buku yang bisa dijangkau
anak-anak tergolong minim. Maka sangat wajar, bilaaktivitas giat membaca dan
gerakan literasi kian terpinggirkan. Apalagi di tengah gempuran era digital.
Ditambah lagi, beragam gim online, gawai, tayangan TV, internet yang kurang mendidik
makin menjauhkan anak-anak dari buku bacaan. Inilah “pekerjaan rumah”
terpenting gerakan literasi di Indonesia.
“Sebagai
pengelola taman bacaan, survei ini saya lakukan untuk mendapatkan potret
objektif dari pendiri atau pengelola taman bacaan yang ada di Indonesia. Sekalipun
belum representative. Tapi setidaknya bisa jadi pemantik siapapun yang peduli dan
berkepentingan terhadap gerakan literasi dan taman bacaan. Inilah subtansi
pentingnya kolaborasi yang melibatkan semua pihak di taman bacaan” ujar
Syarifudin Yunus, Pendiri dan Kepala Program TBM Lentera Pustaka di Bogor.
Seperti diketahui, Indonesia
ditempatkan pada posisi 124 dari 187 negara dalam penilaian Indeks Pembangunan
Manusia (IPM). Maka seharusnya, salah satu perhatian difokuskan pada aktivitas
giat membaca dan gerakan literasi yang dijalankan taman bacaan. Apapun yang
dijalankan taman bacaan harusnya didukung oleh semua pihak. Bila perlu harus
didengungkan secara nyata, masif, dan berkelanjutan. Tanpa dukunga banyak
pihak, maka taman bacaan akan tetap jadi “jalan sunyi” yang kian terpinggirkan.
Di era digital begini, mau tidak mau,
membaca buku harus jadi perilaku anak-anak dalam keseharian. Membaca harus jadi
kebiasaan, bahkan gaya hidup. “Kalau tidak baca tidak keren”, begitu
istilahnya. Dan jangan sampai, kebiasaan hidup anak-anak kita
“dikendalikan” oleh gawai atau televisi. Apalagi masa depan anak-anak hanya ada
di dunia maya, sungguh sangat bahaya.
Berangkat dari realitas itu, TBM
(Taman Bacaan Masyarakat) Lentera Pustaka yang berlokasi di Desa Sukaluyu Kaki
Gunung Salak Bogor terus berkomitmen menegakkan perilaku membaca di kalangan
anak-anak usia sekolah. Saat ini, TBM Lentera Pustaka memiliki 168 anak pembaca
aktif yang sudah terbiasa membaca 5-10 buku per minggu, dengan koleksi lebih
dari 6.000 buku. Selain taman bacana, TBM Lentera Pustaka pun menjalankan
program-program lain seperti 1) Gerakan BERantas BUta aksaRA (Geberbura) dengan
9 warga belajar, 2) Kelas PRAsekolah (Kepra) dengan 17 anak, 3) YAtim BInaan (Yabi)
dengan 16 anak yati, 4) JOMpo BInaan (Jombi) dengan 7 lansia, 5) Koperasi
Lentera dengan 16 anggota, 6) RAjin menaBUng (RABU), 7) DONasi BUKu, dan 8) LITerasi
DIGital. Saat ini pun, TBM Lentera Pustaka tengah mempersiapkan membuka PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini) secara resmi.
Maka
ke depan, semua pihak harus peduli kepada taman bacaan. Agar ketersediaan buku
di taman bacaan lebih memadai. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi
yang lebih baik untuk anak-anak Indonesia. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen
#DonasiBuku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar