Tahun politik memang
menggelitik. Beragam isu “digoreng” hanya untuk meraih kekuasaan secara
akrobatik. Maka “Tempe setipis ATM” pun jadi hidangan politik. Kata “rakyat” kin dieksploitasi untuk dan atas nama
orang susah. Sayang, kata-kata itu hanya terucap dari orang kaya. Sementara
orang susah hanya dijadikan isu. Di tahun politik, orang kaya bertutur
kata bak orang susah. Hanya untuk meraih
kekuasaan. Lalu, gimana politik di mata orang susah?
Berangkat dari realitas itulah, mahasiswa semester 5 Program Studi
Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Indraprasta PGRI meluncurkan buku Politik Orang
Susah di Festival Literasi Gunung Salak – TBM Lentera Pustaka,
Minggu 18 November 2018.
Buku
yang merupakan kumpulan karya jurnalistik berupa
berita fakta (fact news), menyajikan tulisan hasil liputan mahasiswa seputar orang susah alias
orang biasa tentang politik. Mereka yang
ada di pasar, di jalanan, di kampung dituliskan sebagai karya jurnalistik dengan
bimbingan dosen pengampu mata kuliah Jurnalistik, Syarifudin Yunus. Ada 98
mahasiswa menuliskan berita fakta sebagai representasi keterampilan menulis
secara faktual.
Di buku
ini pula, mahasiswa dilatih untuk kenal cara kerja
jurnalistik, di samping mampu menjadikan jurnalistik sebagai media untuk
berbagi peristiwa penting dan informasi yang layak diketahui publik. Belajar
jurnalistik sambil menuliskan dan mempublikasikan tulisannya.
“Buku Politik
Orang Susah menjadi bukti nyata mahasiswa berani menulis, bukan hanya
bicara. Dengan menulis setiap ide harus
bisa dipertanggungjawabkan. Saya mengharuskan mahasiswa untuk menulis. Agar
pikiran mereka lebih terbuka dan bisa menemukan realitas yang jujur” ujar
Syarifudin Yunus di sela peluncuran buku
di Gunung Salak Bogor.
Menyadari pentingnya
keterampilan menulis mahasiswa, buku ini pun menjadi cermin sikap kritis,
kemampuan reportase dan menulis berita yang dimiliki mahasiswa. Ketika
orang tidak pantas memiliki tulisan
yang baik; maka ia sangat senang dengan yang
buruk…
Peluncuran buku ini sekaligus untuk mendekatkan mahasiswa dengan
aktivitas jurnalistik. Karena di tengah dinamika politik dan media sosial,
mahasiswa harus bisa memilah mana fakta mana opini? Sehingga ke depan,
mahasiswa harus menjadikan menulis sebagai perilaku, bukan hanya pelajaran.
Untuk itu, dosen pun harus mampu menjadi contoh.
Buku ini berpesan. Bahwa bila politik hanya bicara kepentingan. Maka
mahasiswa harus tetap kritis untuk mengangkat realitas yang esensi bukan
sensasi. Politik orang susah, jangan sampai membuat terbelah.
Buku Politik Orang Susah adalah fakta. Mahasiswa pun mampu
”mencoretkan” karya jurnalistik atas fakta-fakta yang
ditemuinya, di masyarakat nyata. Maka dari jurnalistik; siapapun bisa belajar bahwa
tidak ada yang bisa mengendalikan liputan dan
bacaan yang enak. Karena itu semua pasti lahir dari tulisan yang sulit dibuat….
Politik Orang Susah #PolitikOrangSusah #JurnalistikUnindra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar