Kamis, 21 November 2024

Anekdot di Indonesia, JudiOnline 900T vs Dana Pensiun 380T

Baru 6 bulan ini, Si Fulan akhirnya mampu melepaskan diri dari judi online (judol) slot. Katanya, sulit banget terbebas dari judol. Butuh perjuagan keras dan koitmen tingkat tinggi, maklum Si Fulan tergolong kecanduan parah terhadap judol.  

 

Judol itu gampang banget. Karena cuma punya uang Rp. 10.000 sudah bisa main judol slot. Tapi kan, Rp. 10.000 isetiap hari, berarti seminggu Rp. 70.000, sebulan berarti Rp. 280.000. Uang yang harusnya dipakai buat makan, malah dipakai buat judol. Kan nggak beres kalau begitu, kata Si Fulan.

 

Gila benar dan sangat memprihatinkan maraknya judol di Indonesia. Budi Gunawan, Menko Polkam mengungkapkan data-data judol di Indonesia. Sangat mencengangkan, begitu memprihatinkan kondisinya. Coba cek data-data judol di Indonesia (baca: https://www.tempo.co/ekonomi/menko-polkam-sebut-perputaran-uang-judi-online-mencapai-rp900-triliun-di-tahun-2024-1171463):

 

1.       Jumlah perputaran dana dalam aktivitas perjudian daring atau judi online (judol) di Indonesia telah mencapai nilai Rp900 triliun di tahun 2024.

2.       Jumlah pemain judol pada 2024 sebanyak 8,8 juta orang

3.       Diantara pemainnya ada 97.000 anggota TNI/Polri dan 1,9 juta pegawai swasta.

4.       Ada sebanyak 80.000 anak berusia di bawah 10 tahun bermain judi online.

5.       Mayoritas pemain judol adalah kalangan menengah ke bawah.

6.       Kata PPATK, perputaran dana dari judi online pada semester dua 2024 sudah mencapai Rp283 triliun (6/11/2024).

 

Jadi jelas, keberadaan judol sangat meresahkan. Sangat mengkhawatirkan dan sudah dalam kondisi darurat untuk diberantas. Tutup semua situs judi online, publikasikan nilai kerugian atas aktivitas judl yang tidak ada manfaatnya. Lakukan edukasi nasional tentang bahaya judi online. Bila tidak, sangat mungkin jumlah perputaran uangnya bertambah besar dan masyarakat makin susah.

 

Lagi pula kasihan, masyarakat kelas menengah ke bawah, sudah berhadapan dengan masalah kebutuhan hidup sehai-hari justru diperparah dengan “candu” judi online. Maka tidak ada alasan lagi, judi online harus diberantas, berantas, dan berantas habis. Berntas hingga ke akar-akarnya, jangan ada lagi judi online di Indonesia.

 


Ini sekadar anekdot dan perbandingan saja. Judi online di Indonesia baru ada sekitar tahun 1994 (30 tahun). Memang mulai marak banget saat pandemi Covid-19, ketika banyak orang WFH dan tersedia waktu luang. Tapi dalam kurun waktu 30 tahun bisa “memutar uang” hingga Rp. 900 triliun, dengan pemain mencapai 8,8 juta orang. Luar biasa. Sementara industri dana pensiun di Indonesia, sejak 1992 ada (32 tahun), hingga September 2024 baru membukukan aset kelolaan mencapai Rp. 380,8 triliun dengan jumlah peserta mencapai 4 juta orang.   

 

Lucu saja, judi online yang tidak memberi manfaat kok banyak penggemarnya. Sementera dana pensiun yang jelas-jelas manfaatnya untuk hari tua, malah tidak digemari. Kalau disurvei, semua pasti berpendapat sama. Bahwa “judi online tidak bermanfaat dan tidaik penting, sedangkan dana pensiun sangat bermanfaat dan penting”. Tapi nyatanya, biarlah angka-angka yang berbicara. Judul 30 tahun 900T vs dana pensiun 32 tahun 380T. Judl punya 8,8 juta pemain vs dana pensiun punya 4 juta peserta.

 

Memang tidak terlalu pas membandingkan judol dengan dana pensiun. Tapi sah-sah saja kan. Karena dalam gaya bahasa perbandingan atau majas perbandingan. Ada yang disebut “metafora”, gaya bahasa yang membandingkan dua objek berbeda, namun memiliki kemiripan. Ada orangnya, ada nilaiuangnya, dan ada durasi waktunya. Dengan membandingkan, kita jadi tahu. Sebenarnya seperti apa realitas kita dan mau ke mana kebijakan di negara ini?

 

Di balik itu semua, ada realitas penting. Ternyata, judi online kian marak karena faktor teknologi canggih, karena gampang di akses masyarakat. Apalagi siaftnya daring, diam-diam dan sembunyi-sembunyi maih HP, ternyata berjudi online. Berbeda dengan judi konservatof yang secara fisik kelihatan di tempat judi seperti sabung ayam atau main ceki.

 

Online alias teknologi daring terbukti mampu mengubah segalanya. Bisa merusak bisa menumbuhkan, tergantung mau dipakai untuk apa? Makin gampang akses, maka makin banyak penggemarnya. Begitulah hebatnya teknologi digital.

 

Maka tidak ada kata lain, judi online harus diberantas habis di Indonesia. Sudah mengkhawatirkan dan meresahkan. Sementara dana pensiun, harus terus meng-edukasi dan menyediakan akses yang dampang untuk orang banyak. Agar masyarakat Indonesia, bisa lebih baik di masa depan di hari tua.

 

Sepuluh ribu sehari, lebih baik ditabung di dana pensiun daripada dipakai untuk judi online. Iya nggak? Tapi siapa yang mau menyuarakan itu? Salam literasi  

Rabu, 20 November 2024

Jangan Pernah Mengeluh Sebelum Sabar di Taman Bacaan

Pernah baca riwayat Nabi Ayub nggak?  Tadinya beliau hidup dalam kemewahan, lallu Allah mengujinya dengan kefakiran. Punya banyak keturunan, lalu satu per satu dipanggil Allah. Fisiknya yang sehat, kemudian Allah uji dengan penyakit kulit yang menggerogoti tubuh sampai 18 tahun lamanya. Namun, Nabi Ayub tidak pernah mengeluh.

 

Begitu pula Nabu Muhammad SAW. Ketika berdakwah di daerah Ta’if, tidak ada satupun penduduk yang mengikutinya.  Bahkan beliau dilempari batu oleh penduduk setempat hingga terluka. Ujian Rasulullah SAW begitu berat. Hingga malaikat Jibril dan penjaga gunung mendatanginya dengan menawarkan agar ditimpakan gunung kepada penduduk Ta’if. Namun, Rasulullah menolak tawaran itu. Beliau justru memintakan rahmat dan mengharapkan diciptakannya generasi bertakwa yang lahir dari tulang rusuk masyarakat Ta’if.

 

Memang Nabi Ayub AS atau Nabi Muhammad SAW adalah manusia pilihan Allah SWT. Tapi hikmahnya adalah saat dapat ujian dan musibah, kita diajarkan tetap sabar dan tabah. Tidak perlu mengeluh kepada manusia, apalagi berprassangka buruk. Karena sejatinya, tidak ujian dan musibah pasti atas kehendak Allah SWT sekaligus melatih diri untuk diberi kekuatan ihtimal al-adza’ (menanggung beban penderitaan).

 

Maka, berhentilah berpikir merasa menjadi diri yang paling menderita dan merasa jadi korban dari orang lain. Lalu menyalahkan orang lain. Tidak, semuanya sudah pantas untuk kita. Sesuai amal perbuatan dan sudah menjadi kehendak-Nya, apapun bentuk ujiannya. Karena nyatanya, setiap orang memiliki ujian dan masalahnya masing-masing.

 

Mungkin ada yang merasa beban hidupnya begitu berat. Tapi tidak ada orang lain yang mau mengerti. Ingatlah bahwa di luar sana, masih banyak orang yang juga menghadapi ujian berat dan tantangan besar dalam hidupnya.

 

Dalam kehidupan, setiap individu memiliki kisah perjuangannya sendiri. Ada yang sedang berjuang melawan penyakit, ada yang menghadapi masalah keluarga, dan ada juga yang berusaha keras untuk mencapai mimpi mereka di tengah keterbatasan. Ada yang tidak punya uang, ada pula yang difitnah atau dizolimi. Semuanya ada, dan sesuai masalahnya masing-masing. Tidak ada orang yang baik-baik saja. Masalahnya, hanya mau sabar atau tidak. Mau cerita ke Allah atau ke orang lain?

 


Berkiprah secara sosial di taman bacaan pun ada ujiannya. Mulai dari dizolimi, dibilang nggak ada kerjaan sampai ngurusin anak-anak orang untuk membaca. Atau bahkan diganggu agar taman bacaannya tidak maju. Taman bacaan yang bersifat sosial saja ada gangguannya, apalagi manusia. Negara pun ada ujiannya, PPN naik hingga PHK ada di mana-mana.

 

Sungguh, tidak ada ujian yang lebih ringan atau lebih berat. Setiap ujian sesuai dengan kemampuan masing-masing individu. Daripada terjebak pada penilaian orang lain, lebih baik mulai memusatkan perhatian pada diri sendiri. Karena tidak ada yang bisa menolong kita, selain diri sendiri dan Allag SWT.

 

Belajarlah untuk menghargai setiap langkah kecil yang kita ambil menuju perbaikan diri. Untuk selalu sabar dan tenang dalam segala keadaan. Untuk selalu berbuat baik dan menebar manfaat kepada sesama. Ketahuilah bahwa perjuangan kita adalah bagian dari perjalanan hidup yang akan menguatkan diri kita sendiri. Kita kuat bukan karena orang lain.

 

Di mana pun, semua orang sedang berjuang. Berjuang untuk melawan masalahnya masing-masing, berjuang untuk keluar dari ujiannya masing-masing. Yang penting diingat, kita tidak sendiri dalam perjuangan dan perjalanan apapun. Selalu ada yang melindungi dan menolong kita.

 

Teruslah perbaiki niat, baguskan ikhtiar. Percayalah bahwa Allah SWT memberikan ujian untuk membuat kita semakin kuat. Hingga mampu mengantarkan kita pada cita-cita dan Impian yang mulia yang memang kita dambakan. Teruslah perbaiki diri hingga mencapai kata “pantas”. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen

 

Apa Sih DPLK?

Faktanya, 1 dari 2 pensiunan di Indonesia bergantung hidupnya di hari tua dari anak-anak atau keluarganya. Laporan ADB dalam "Aging Well in Asia"  merilis bahwa 50% penduduk lansia (+60 tahun) di Indonesia mendapat penghasilan dari transferan keluarga dan anak-anaknya (Mei 2024). Sebabnya, karena tidak adanya dana yang cukup bagi pensiunan untuk membiayai hidupnya di hari tua.  

 

Nah, salah satu cara untuk mempersiapkan masa pensiun adalah menjadi peserta Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Tapi sayangnya, banyak pekerja yang tidak tahu, ap aitu DPLK? Maka sebagai edukasi dan pemahaman awal diperlukan informasi terkait apa dan bagaimana DPLK?

 

Pada POJK 27/2023 tentang Penyelenggaraan Usaha Dana Pensiun disebutkan bahwa DPLK adalah Dana Pensiun yang dibentuk oleh lembaga jasa keuangan tertentu, selaku pendiri, yang ditujukan bagi karyawan yang diikutsertakan oleh pemberi kerjanya dan/atau perorangan secara mandiri. Siapapun yang menjadi peserta DPLK, pada akhirnya berhak mendapatkan “manfaat pensiun”, yaitu manfaat yang diterima oleh peserta baik secara berkala dan/atau sekaligus sebagai penghasilan hari tua yang dikaitkan dengan usia pensiun, masa kerja, dan/atau masa mengiur.

 

Siapapun yang menjadi peserta DPLK, berarti dia menyetor sejumlah iuran secara rutin (biasanya bulanan) untuk masa pensiunnya atau pekerjanya. Karena itu, iuran pada DPLK bisa terdiri dari: 1) iuran Pemberi Kerja dan iuran Peserta, 2) iuran Pemberi Kerja, atau 3) iuran Peserta.  Maka harus ada pernyataan tertulis terkait dengan iuran yang disetor, paling sedikit mengenai: a) besarnya iuran, b) frekuensi pembayaran iuran, dan c) jatuh tempo iuran. Tentu saja, iuran disetorkan hingga masa pensiun peserta tiba. Menariknya lagi di DPLK, peserta juga dapat menambah “iuran sukarela” yang besarannya sesuai kemampuan peserta. Pihak pengelola DPLK pun wajib melakukan pencatatan terpisah atas iuran sukarela. Karena nantinya, saat usia pensiun tiba, iuran sukarela dapat dicairkan secara sekaligus, berapapun besarnya.

 

Harus dipahami, besarnya hak atas manfaat pensiun bagi peserta DPLK merupakan himpunan dari 1) iuran Peserta dan/atau iuran Pemberi Kerja, 2) dana awal Pemberi Kerja (bila ada), 3) pengalihan dana dari Dana Pensiun lain (bila ada),  dan 4) hasil pengembangan dari himpunan iuran Peserta dan/atau iuran Pemberi Kerja. Hak atas manfaat pensiun di DPLK berlaku untuk peserta mandiri atau karyawan yang diikutsertakan oleh Pemberi Kerjanya. Untuk itu, DPLK wajib memastikan setiap Peserta mendapatkan informasi akumulasi dana selama menjadi peserta dan penjelasan terkait pilihan investasi Program Pensiun kepada Peserta DPLK dan/atau Pemberi Kerja, serta tingkat risiko investasi secara akurat, jujur, dan tidak menyesatkan. Karenany, DPLK dilarang mengalihkan pengelolaan aset (investasi) kepada pihak ketiga, harus dikelola sesuai dengan mandat peserta.

 

Kapan manfaat pensiun di DPLK bisa diambil? Jawabnya, saat Usia Pensiun Normal tiba, yang ditetapkan paling rendah 55 (lima puluh lima) tahun, sedangkan usia pensiun dipercepat disebutkan paling cepat 5 (lima) tahun sebelum Usia Pensiun Normal. Ketentuan ini berlaku untuk setiap orang yang mulai menjadi Peserta DPLK sejak tanggal 12 Januari 2023. Secara prinsip, DPLK membayarkan Manfaat Pensiun secara berkala kepada Peserta, Janda/Duda, atau anak (kecuali nilai manfaat pensiunnya di bawah Rp. 500 juta). Pembayaran Manfaat Pensiun secara berkala dapat dilakukan dengan cara: 1) dibayarkan oleh Dana Pensiun atau 2) memilih untuk membeli anuitas dari perusahaan asuransi jiwa. Dan penting diketahui, ketika Manfaat Pensiun dibayarkan secara berkala, baik melalui Dana Pensiun maupun anuita Asuransi Jiwa, maka periode paling singkat pembayaran manfaat pensiun berkala adalah 10 (sepuluh) tahun, tidak boleh “parkiran” dalam sebulan setelahnya bisa dicairkan semuanya.

 

Sesuai ketentuan, DPLK dilarang melakukan pembayaran Manfaat Pensiun kepada Peserta sebelum mencapai usia paling rendah 5 (lima) tahun sebelum Usia Pensiun Normal, kecuali untuk: a) pembayaran Manfaat Pensiun kepada Janda/Duda atau anak, b) pembayaran Manfaat Pensiun Disabilitas, c) kondisi mendesak tertentu yaitu pada saat Peserta mengalami kesulitan keuangan dan sakit kritis, dan d) kondisi tertentu bagi Peserta yang bukan pekerja penerima upah pada badan usaha, kondisi di mana Peserta telah mencapai masa kepesertaan DPLK selama 10 (sepuluh) tahun.

 

Dalam hal jumlah akumulasi dana manfaat pensiun (iuran + hasil pengembangan) yang menjadi hak Peserta kurang dari atau sama dengan Rp500.000.000 (lima ratus juta), maka Peserta DPLK berhak untuk memilih pembayaran Manfaat Pensiun secara sekaligus. Tentu, jumlah tersebut dihitung setelah pengambilan Manfaat Pensiun pertama sebesar 20% (sesuai PDP). Itu berarti, bila manfaat pensiun lebih dari Rp. 625 juta, maka peserta DPLK hanya menerima Manfaat Pensiun pertama paling banyak 20% secara sekaligus, selebihnya dibayarkan secara berkala.

 

Patut diketahui, apabila Peserta pada DPLK berhenti bekerja setelah memiliki masa kepesertaan paling singkat 3 (tiga) tahun dan belum mencapai usia pensiun dipercepat, berhak atas Manfaat Pensiun yang harus dipergunakan untuk memperoleh Pensiun Ditunda. Hak atas Pensiun Ditunda dapat dibayarkan oleh DPLK dengan ketentuan yang bersangkutan masih hidup dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah berhenti bekerja. Akan tetapi, peserta DPLK yang diikutsertakan oleh Pemberi Kerja, apabila berhenti bekerja dan memiliki masa kepesertaan kurang dari 3 (tiga) tahun “hanya” berhak atas himpunan iuran Peserta yang bersangkutan ditambah hasil pengembangannya, sedangkan akumulasi iuran Pemberi Kerja serta hasil pengembangannya dapat diberikan kepada Peserta yang berhenti bekerja dimaksud atau digunakan sebagai iuran Pemberi Kerja ke depan. Selain itu, bila jumlah akumulasi iuran yang telah disetor atas namanya dan hasil pengembangan dari Peserta yang berhenti bekerja kurang dari atau sama dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah), Manfaat Pensiun tersebut dapat dibayarkan secara sekaligus pada saat karyawan berhenti bekerja.

 

Sesuai ketentuan baru, peserta DPLK tidak lagi dapat melakukan penarikan dana sebagian atas iurannya. Peserta lama pun diberi tenggat waktu sampai dengan tanggal 12 Januari 2028. Karena spiritnya, DPLK memang didedikasikan untuk masa pensiun, bukan saat masih bekerja diambil dananya. Di sisi lain, DPLK juga merekomendasikan pengelolaan aset sesuai usia kelompok Peserta (life cycle fund), yaitu penempatan investasi yang disesuaikan dengan usia dan jangka waktu sebelum usia pensiun dari Peserta. Untuk Peserta yang usianya mendekati usia pensiun, aset ditempatkan pada investasi yang lebih konservatif.

 

Selain menyelenggarakan program pensiun, DPLK pun dapat menyelenggarakan program yang memberikan Manfaat Pensiun lainnya dan/atau manfaat lain sebagai pilihan tambahan kepada Peserta. Jenis Manfaat Pensiun lainnya, antara lain: a) dana kompensasi pascakerja, b) dana manfaat tambahan, c) dana santunan Disabilitas, d) dana santunan kematian, dan e) dana santunan kesehatan pensiunan. Sedangkan jenis manfaat lain, antara lain: a) dana pendidikan untuk anak, b) dana perumahan, c) dana ibadah keagamaan, dan d) dana santunan kesehatan karyawan. Tentu saja, DPLK yang menyelenggarakan Manfaat Pensiun lainnya dan/atau manfaat lain harus memiliki kesiapan operasional, misalnya memiliki sistem yang memadai untuk pencatatan Manfaat Pensiun lainnya dan/atau manfaat lain dan ketersediaan sumber daya manusia yang memadai.  Di samping, Pemberi Kerja telah mencantumkan di dalam: kontrak kerja bersama, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama, Tentu, program Manfaat Pensiun lainnya dan/atau manfaat lain wajib terlebih dahulu diatur dalam Peraturan Dana Pensiun (PDP) DPLK yang bersangkutan.

 


DPLK berbeda dengan Jaminan Hari Tua (JHT) atau Jaminan Pensiun (JP). DPLK bersifat sukarela, sedangkan JHT dan JP bersifat wajib karena diselenggarakan oleh lembaga pemerintah yatu BPJS Ketenagakerjaan. Karena sifatnya sukarela, maka dibutuhkan  “kesadaran khusus” bagi tiap pekerja atau pemberi kerja untuk menjadi peserta DPLK. Program wajib itu hanya untukmemenuhi kebutuhan dasar di hari tua, sedangkan sukarela untuk menjaga standar kehidupan di hari tua seperti saat masih bekerja. Apalagi program wajib hanya mampu meng-cover 10%-15% dari tingkat penghasilan pensiun (TPP) seseorang, maka DPLK sangat diperlukan untuk dapat hidup layak dan nyaman di masa pensiun.

 

Jadi, DPLK sangat dibutuhkan untuk menjaga kesinambungan penghasilan setiap pekerja di masa pensiun di hari tua. Di samping dapat menjadi solusi keuangan bagi ahli waris/keluarga apabila peserta meninggal dunia sebelum usia pensiun dan untuk memelihara gaya hidup  peserta di masa pensiun, seperti saat masih bekerja. Maka Semua orang yang berpenghasilan dan sadar akan pentingnya masa pensiun dapat menjadi peserta DPLK. Menjadi peserta DPLK dapat dilakukan melalui dua cara: 1) mendaftar sendiri sebagai peserta individual DPLK atau 2) diikutsertakan melalui perusahaan tempatnya bekerja.

 

Penting diketahui, iuran yang disetor ke DPLK pada dasarnya akan diinvestasikan ke pilihan investasi yang dipilih oleh peserta sendiri, seperti ke: 1) pasar uang – money market, 2) pendapatan tetap - fix income, 3) saham - equity, atau 4) syariah. Hasil pengembangan dan risiko yang timbul pun menjadi tanggung jawab peserta DPLK. Pihak pengelola DPLK hanya menjalankan perintah peserta dan wajib memberikan informasinya kepada peserta DPLK. Maka besarnya manfaat pensiun di DPLK merupakan akumulasi dari iuran yang disetor ditambah hasil pengembangan yang diperoleh.

 

Apa untungnya punya DPLK?

Tentu saja, DPLK memberikan keuntungan atau manfaat utama yang tidak dimiliki produk keuangan lainnya. Apalagi DPLK memang didedikasikan untuk masa pensiun, harus ada ketentuan usia pensiun untuk menikmati manfaatnya. Bagi pekerja, setidaknya DPLK memberikan 3 keuntungan, yaitu; 1) adanya pendanaan yang pasti untuk masa pensiun, 2) adanya hasil investasi yang signifikan selama menjadi peserta, dan 3) mendapat insentif pajak pada saat manfaat pensiun dibayarkan, pajak final 5%. Sedangkan bagi pemberi kerja atau perusahaan, DPLK memberikan manfaat utama yaitu: 1) untuk menghindari masalah cash flow saat pekerja pensiun, 2) untuk memenuhi kewajiban pembayaran kompensasi pascakerja – uang pesangon pekerja, dan 3) dapat meminimalkan biaya SDM khususnya uang pensiun – pesangon.

 

Lalu pertanyaannya, apakah DPLK aman? Tentu, sangat aman karena diatur oleh regulasi yang ketat. OJK sebagai regulator melakukan pengaturan dan pengawasan. Peserta pun dapat mengontrol langsung kondisi akumulasi dananya. Akumulasi dana DPLK terpisah dari kekayaan penyelenggara DPLK. Sekalipun tidak pernah terjadi, jika penyelenggara DPLK-nya bermasalah, maka iuran atau dana peserta DPLK tetap aman dan dapat dipindahkan ke DPLK lain sesuai regulasi yang berlaku.

 

Apakah DPLK penting dimiliki setiap pekerja atau pemberi kerja? Jawabnya sederhana. Fakta hari ini, 9 dari 10 pekerja di Indonesia tida siap untuk pensiun atau berhenti bekerja. Bahkan 7 dari 10 pensiunan di Indonesia pada akhirnya mengalami masalah keuangan. Lalu, hampir 90% pemberi kerja di Indonesia tidak mampu membayar uang pesangon (utamanya akibat PHK) sesuai regulasi yang berlaku. Semuanya terjadi, akibat tidak tersedianya dana yang cukup untuk hari tua atau masa pensiun. Maka, DPLK memang lebih baik bila dipersiapkan sejak dini. Menyisihkan sebagian upah atau gaji untuk hari tua, untuk masa pensiun yang lebih baik.

 

Adalah “pekerjaan rumah” ke depan, DPLK harus lebih banyak edukasi yang masif dan berkelanjutan dan punya kemudahan akses untuk membeli DPLK. Karenanya, dukungan teknologi atau aplikasi DPLK harus mendapat prioritas. Agar edukasi dan akses DPLK jadi lebih mudah, lebih gmapang diketahui pekerja dan masyarakat. Apalagi untuk pekerja informal atau individual, tentu DPLK sangat diperlukan sebagai kesinambungan penghasilan di hari tua. DPLK, jangan “gimana nanti” tapi “nanti gimana”. 

 

DPLK itu ibarat “sedia payung sebelum hujan”. Kan tidak ada salahnya mulai mempersipkan masa pensiun di saat masih bekerja. Jangan hanya jaya di masa bekerja tapi merana di masa tua. Kerja yes, pensiun oke. Salam #YukSiapkanPensiun #SadarPENSIUN #EdukasiDanaPensiun #EdukatorDanaPensiun

Selasa, 19 November 2024

Penelitian Disertasi tentang Taman Bacaan, Gimana Efektivitas Tata Kelola TBM?

Taman bacaan sebagai bagian pendidikan nonformal seharusnya menjadi elemen penting dalam mningkatkan minat baca dan budaya baca masyarakat, di samping mampu memenuhi akses bacaan di tengah era digitalisasi. Namun kenyataannya, survei TBM Lentera Pustaka tahun 2023 menyebut 60% fasilitas ruang baca tidak memadai, 60% koleksi buku belum memadai, dan 90% taman bacaan pencapaian tujuannya masih rendah. Itu berarti, masih ada kesenjangan antara harapan dan kenyataan di taman bacaan.

 

Untuk menjawab “research gap” terkait taman bacaan, Syarifudin Yunus melakukan penelitian disertasi berjudul “Strategi Peningkatan Efektivitas Tata Kelola Taman Bacaan Masyarakat - Penelitian Menggunakan Pendekatan Evaluasi Berbasis Model CIPP Pada Taman Bacaan Masyarakat di Kabupaten Bogor”,  untuk meraih gelar Doktor Manajemen Pendidikan dari Pascasarjana (SPs) Universitas Pakuan (11/11/2024).

 

Intinya pertanyaannya adalah 1) Bagaimana Hasil Evaluasi Efektivitas Tata Kelola Taman Bacaan berbasis model CIPP pada Taman Bacaan Masyarakat (TBM)?, 2) Bagaimanakah Strategi untuk meningkatkan efektivitas tata kelola taman bacaan sebagai layanan dasar pendidikan nonformal pada Taman Bacaan Masyarakat (TBM)?, dan 3) Bagaimana Cara guna menjalankan Strategi peningkatan efektivitas tata kelola taman bacaan berbasis model CIPP?

 

Maka dari hasil penelitian Strategi Peningkatan Efektivitas Tata Kelola Taman Bacaan berbasis model CIPP pada Taman Bacaan Masyarakat (TBM) diperoleh kesimpulan yang menyebutkan bahwa:

1. Hasil Evaluasi Efektivitas Tata Kelola Taman Bacaan berbasis model CIPP pada Taman Bacaan Masyarakat (TBM) berada pada kondisi “cukup” dengan skor rata-rata 3,56, belum dapat dinyatakan efektif . Tata kelola taman bacaan masih harus ditingkatkan melalui penguatan kepengurusan, program dan aktivitas, dan anggaran untuk membiayai operasional taman bacaan. Kebijakan yang sudah ada tergolong memadai namun implementasinya di lapangan masih bermasalah. Dukungan pemerintah daerah pada tingkat kecamatan atau desa masih minim.

2. Strategi untuk meningkatkan efektivitas tata kelola taman bacaan pada Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dapat dilakukan melalui a) Penguatan Organisasi dengan memperbaiki komunikasi dengan pemerintah daerah, mendefinisikan tujuan, menetapkan sasaran, memenuhi sarana dan prasarana, mencukupi anggaran dan biaya operasional, dan membangun reputasi, b) Efektivitas Sumber Daya dengan meningkatkan komitmen SDM, melakukan aktivitas secara konsisten, melakukan sosialisasi, dan mengikuti pelatihan, c) Peningkatan Kinerja dengan membuat perencanaan program, melakukan evaluasi rutin, membuat laporan, dan memanfaatkan teknologi digital.

3. Cara yang dapat ditempuh guna menjalankan Strategi Peningkatan efektivitas tata kelola taman bacaan pada Taman Bacaan Masyarakat (TBM) , antara lain: membuat jadwal pertemuan dengan pemerintah desa/kecamatan, melaporkan kemajuan program, mengukur keberhasilan pencapaian tujuan, membangun ruang baca yang layak, menjalin kemitraan strategis atau CSR, memanfaatkan media sosial, memberikan tugas dan tanggung jawab pengurus, membuat jadwal sosialisasi, melakukan rapat rutin, mengikuti pelatihan, membuat rencana konkret tahunan, membuat dokumentasi data dan informasi program, melakukan evaluasi, membuat laporan rutin, dan menggunakan perangkat teknologi digital.

 


Memang tidak ada teori paling benar di taman bacaan, namun penelitian ini mengungkap tentang potret evaluasi terhadap tata kelola taman bacaan, strategi peningkatan efektivitas tata kelolanya, dan cara untuk bisa lebih efektif. Ke depan, mungkin diperlukan “grading” terhadap taman bacaan, agar bisa memverifikasi taman bacaan berdasar masa pendirian, jumlah pengguna layanan, sarana – prasarana, ketersediaan pengurus – relawan dalam mengelola taman bacaan. Dan tidak kalah penting,  meningkatkan tata kelola taman bacaan yang lebih sesuai dengan dinamika peradaban masyarakat.

 

Penelitian disertasi Syarifudin Yunus (Dosen PBSI FBS Unindra dan Pendiri TBM Lentera Pustak) telah disajikan dalam sidang terbuka di hadapan dewan penguji yang terdiri dari: 1) Prof. Dr. rer.pol. Ir. Didik Notosudjono, M.Sc., (Rektor Unpak, Ketua Sidang dan Promotor), 2) Prof. Dr. Ing. Soewarto Hardhienata (Dekan SPs Unpak, Sekretaris Sidang dan Ko-Promotor), 3) Prof. Dr. Sri Setyaningsih, M.Si., (Ka.Prodi S3 MP SPS Unpak dan Penguji), 4) Prof. Dr. Sumaryoto (Penguji Eksternal dan Rektor Unindra), 5) Prof. Dr. Bibin Rubini, M.Pd. (Penguji), dan 6. Ir. Hendarman, M.Sc., Ph.D., (Penguji) meraih predikat “sangat memuaskan”.

 

Tujuannya sederhana, untuk menjadikan tata kelola taman bacaan menjadi lebih baik, lebih berkualitas untuk gerakan literasi dan taman bacaan. Salam literasi #TataKelolaTamanBacaan #TBMLenteraPustaka #DisertasiTamanBacaan

 



Kenapa Sih Pekerja Menunda untuk Pensiun?

Apa sih alasan utama pekerja menunda untuk pensiun?

Ternyata, alasan utama pekerja menunda untuk pensiun yaitu 1) masih menikmati pekerjaan - 64%, 2) keinginan untuk tetap aktif secara fisik dan mental di usia tua - 63%, dan 3) kebutuhan untuk menabung lebih banyak untuk pensiun - 63%. Lebih dari itu, 37% pekerja yang berencana pensiun di usia lebih tua juga menyebutkan adanya kenaikan biaya hidup adalah alasan utama menunda pensiun.

 

Begitulah data dari studi terbaru bertajuk ”Pensiun dalam Perspektif Masa Kini: Mempersiapkan Diri untuk Mewujudkan Hari Tua yang Tenang dan Sejahtera” dari Sun Life Asia (Oktober 2024). Studi ini juga menyebutkan banyak pensiunan tidak menduga biaya hidup pasca pensiun menjadi lebih tinggi, di mana 25% pensiunan mengaku tidak mempersiapkan anggaran pengeluaran untuk masa pensiun mereka, dan 11% tidak menduga bahwa biaya hidup akan jauh lebih tinggi dari perkiraan. Tentu, angka ini diprediksi akan terus meningkat seiring tekanan inflasi.

 

Survei Sun Life Asia yang melibatkan 509 responden dari Indonesia dan lebih dari 3.500 responden dari Tiongkok, Hong Kong, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Vietnam juga menyimpulkan bahwa pekerja yang belum mempersiapkan pensiun disebabkan oleh 1)  biaya hidup sehari-hari - 80% dan biaya kesehatan - 53%. Akibatnya, banyak dari mereka harus mengurangi pengeluaran - 67% dan mengurangi aset yang disiapkan untuk warisan - 47%.

 


Pensiunan yang menyatakan penyesalan atas keputusan keuangan di masa muda atau saat bekerja, disadari pada 1) tidak berinvestasi dengan bijak - 72%, 2) kurangnya tabungan - 39%, dan 3) tidak berkonsultasi dengan perencana keuangan - 39%. Atas dasar itu, generasi muda semakin sadar akan tantangan finansial di masa mendatang di masa pensiun dan mulai menyesuaikan ekspektasinya. Pekerja saat ini memperkirakan akan pensiun pada usia rata-rata 65 tahun, lima tahun lebih lambat dibandingkan dengan usia rata-rata pensiunan saat ini yang berhenti bekerja pada usia 60 tahun.

 

Dari studi ini ada pesan penting. Banyak pensiunan di Asia, termasuk di Indonesia sama sekali tidak menduga biaya hidup pasca pensiun justru lebih tinggi dari yang diperkirakan. Sebagian besar pensiunan sama sekali tidak menyiapkan program pensiun jauh-jauh hari. Sehingga menyesal di hari tua. Oleh karena itu, mau tidak mau, pekerja saat ini harus mulai mengantisipasi untuk menyiapkan hari tua atau masa pensiun lebih baik lagi. Khusus untuk Indonesia, mungkin edukasi dan literasi dana pensiun menjadi penting dilakukan secara masif dan berkelanjutan, di samping kemudahan akses untuk membei dana pensiun secara sukarela. Sesuai dengan aspirasi dan praktik perencanaan pensiun masyarakat Asia.

 

Faktanya, masih ada kesenjangan antara niat dan aksi nyata soal urusan pensiun. Niatnya ingin sejahtera di hari tua, namun aksi nyatanya belum mau memiliki program pensiun. Itulah yang menjadi “pekerjaan rumah” bersama terkait hari tua atau masa pensiun pekerja di Asia. Salam #YukSiapkanPensiun #EdukasiDanaPensiun #DanaPensiun

 

Pendidikan Matematika Unindra Gelar Open House 2024

Bertajuk “Kebersamaan dalam Mewujudkan Lingkungan Program Studi Pendidikan Matematika yang Berprestasi”, Prodi Pendidikan Matematikan FMIPA Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) menggelar Open House 2024 di Aula PGRI DKI Jakarta (17/11/2024). Dihadiri 38 dosen dan 120 mahasiswa semester 1 dan perwakilan dari tiap kelas mahasiswa semester 3, 5, 7, kegiatan ini dibuka oleh Dr. Tatan Zenal Mutakin, M.Pd. (Dekan FMIPA Unindra), didampingi Dr. Huri Suhendri, M.Pd. (Ketua Prodi Pendidikan Matematika). Selain menjadi program kerja tahunan prodi dan unitas Pendidikan Matematika, kegiatan ini bertujuan untuk menjalin komunikasi antara dosen dan mahasiswa dalam memahami dan mengimplementasikan visi keilmuan Prodi Pendidikan Matematika, khususnya terkiat tri dharma perguruan tinggi khususnya bidang riset.

 

“Harapannya melalui kegiatan ini, semua dosen dan mahasiswa saling bersinergi dengan Prodi dalam mendukung eksistensi dan keberlanjutan prodi. Saat ini ada 4 prodi di FMIPA, yaitu Pendidikan Matematika, Fisika, Biologi, dan Sains Data. Dan nantinya memberi peluang kerja yang lebih baik ke depannya” ujar Dr. Tatan Zenal Mutakin, M.Pd., Dekan FMIPA Unindra dalam sambutannya.

 

Kegiatan Open House 2024 ini juga menekankan pentingnya mahasiswa mengikuti aktivitas yang bisa menunjang prestasi, baik di internal kampus maupun eksternal. Agar nantinya dapat mendukung prestasi Prodi Pendidikan Matematika sesuai dengan akreditasi yang dilakukan LAMDIK maupun BAN PT. Karena itu, rasa memiliki (sense of belonging) di prodi Pendidikan Matematika harus terus dijaga.

 


“Saat ini Prodi Pendidikan Matematika Unindra memiliki dosen yang sudah S3 mencapai 17% dan sedang studi S3 mencapai 33%, sudah melampaui syarat minimal untuk mencapai akreditasi unggul. Kurikulum-nya pun sudah MBKM sejak tahun 2021/2022, didukung visi keilmuan berbasis TIK dan budaya yang berlandaskan sikap mandiri, peduli, kreatif, dan adaptif” kata Dr. Huri Suhendri, M.Pd., Ketua Prodi Pendidikan Matematik.

 

Menurut Dr. Arfatin Nurrahmah, M.Pd. selaku Ketua Panitia Open House 2024,  menyatakan kegiatan ini dilaksanakan bersama oleh Prodi, Pembina PKM, dan Unitas Pendidikan Matematika. Beberapa alumni juga hadir, termasuk M. Iqbal, S.Pd., S.T., M.T. sebagai narasumber sekaligus alumni yang memberikan testimoni dan pengalaman selama kuliah di Prodi Pendidikan Matematika Unindra.

 

 

Tegakkan Tradisi Baca, TBM Lentera Pustaka Gelar Festival Literasi Gunung Salak #7

Sebagai upaya mengkampanyekan pentingnya anak-anak membaca, TBM Lentera Pustaka siap menggelar “Festival Literasi Gunung Salak #7” pada Minggu, 24 November 2024. Festival literasi yang rutin digelar dalam memperingati HUT ke-7 TBM Lentera Pustaka ini akan dihadiri sekitar 300 pengguna layanan ini didaulat sebagai pestanya rakyat taman bacaan, di samping menjadi ajang unjuk kreasi anak-anak pembaca aktif di taman bacaan. Festival Literasi Gunung Salak #7 didukung penuh olehg Bank Sinarmas, di mana Head of Corporate Secretary akan hadir bersama Camat Tamansari.

 

Bertajuk "Dari Kita Untuk Kita", Festival Literasi Gunung Salak #7, akan tampil 19 penampilan panggung dari anak-anak TBM, KEPRA, GEBERBURA, Ibu-Ibu pengantar, dan relawan. Ada pula penghargaan pembaca, relawan dan ibu pengantar terbaik, di samping pengukuhan koordinator relawan TBM Lentera Pustaka dan grading “Bintang” relawan taman bacaan.  

 

Spesial tahun 2024 ini, Pendiri TBM Lentera Pustaka sekaligus syukuran atas capaian doktor manajemen pendidikan dengan menyediakan 600 paket makanan + minuman stand (Batagor, Bakso, Burger, Jasuke, Es Buah). Sebagai wujud syukur atas perjuangannya menyelesaikan studi S3 Manajemen Pendidikan dari Pascasarjana Unpak.

 

“Alhamdulillah TBM Lentera Pustaka sudah 7 tahun mengabdi di taman bacaan. Festival Literasi Gunung Salak #7 ini jadi momen untuk tetap menegakkan kegemaran membaca dan budaya literasi masyarakat. Sekaligus jadi ajang kreasi pengguna layanan TBM dan pestanya rakyat taman bacaan” ujar Syarifudin Yunus, Pendiri dan Kepala Program TBM Lentera Pustaka dalam rilisnya.

 


Melalui Festival Literasi Gunung Salak #7, TBM Lentera Pustaka berharap taman bacaan mampu menjadi tempat membaca yang asyik dan menyenangkan bagi anak-anak usia sekolah, di samping menjadi sentra pemebredayaan masyarakat. Sekaligus sebagai bentuk “perlawanan” terhadap gaya hidup digital yang kian menjauhkann anak-anak dari buku bacaan. Agar taman bacaan bisa menjadi tempat yang inklusif bagi semua orang untuk membangun kesadaran membaca buku.

 

Patut diketahui, sejak berdiri tahun 2017 lalu,saat ini TBM Lentera Pustaka telah mengelola 15 program literasi yang terdiri dari: 1) TABA (TAman BAcaan) dengan 140 anak pembaca aktif dari 4 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya, Sukajadi), 2) GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) dengan 9 warga belajar, 3) KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 60 anak usia prasekolah, 4) YABI (YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim yang disantuni dan 4 diantaranya dibeasiswai, 5) JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 14 jompo usia lanjut, 6) TBM Ramah Difabel dengan 2 anak difabel, 7) KOPERASI LENTERA dengan 28 kaum ibu agar terhindar dari jeratan rentenir dan utang berbunga tinggi, 8) DonBuk (Donasi Buku), 9) RABU (RAjin menaBUng), 10) LITDIG (LITerasi DIGital) untuk mengenalkan cara internet sehat, 11) LITFIN (LITerasi FINansial), 12) LIDAB (LIterasi ADAb), 13) MOBAKE (MOtor BAca KEliling), 14) Rooftop Baca -Kopi Lentera, dan 15) Melek Al Quran. Dengan koleksi lebih dari 10.000 buku serta didukung 6 wali baca dan 12 relawan aktif, TBM Lentera Pustaka dikenal taman bacaan paling komprehensif dan kreatif. Beroperasi 6 hari dalam seminggu dan tidak kurang dari 200 orang menjadi pengguna layanan TBM Lentera Pustaka setiap minggunya.

 

Festival Literasi Gunung Salak #6 sekaligus mengingatkan pentingnya mengubah niat baik jadi aksi nyata dalam menjaga budaya literasi di masyarakat. Di samping pentingnya kepedulian terhadap taman bacaan di Indonesia. Mau lihat, gimana anak-anak TBM Lentera Pustaka pentas di panggung? Saksikan di Festival Literasi Gunung Salak #7, pestanya rakyat taman bacaan. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka #FestivalLiterasiGunungSalak



Senin, 18 November 2024

70 Persen Orang Asia Baru Persiapkan Masa Pensiun 5 Tahun Jelang Pensiun Tiba

Studi terbaru bertajuk ”Pensiun dalam Perspektif Masa Kini: Mempersiapkan Diri untuk Mewujudkan Hari Tua yang Tenang dan Sejahtera” dari Sun Life Asia (Oktober2024) menyebutkan 67% orang Asia, termasuk Indonesia baru akan mulai merencanakan dana pensiun dalam jangka waktu 5 tahun atau kurang sebelum pensiun, sementara 19% lainnya sama sekali tidak memiliki rencana pensiun. Maka dapat dinyatakan, 70% orang Asia baru mempersiapkan masa pensiun 5 tahun sebelum pensiun, 20% tidak punya program pensiun, dan hanya 10% yang sudah punya program pensiun.

 

Kondisi ini tentu memprihatinkan, apalagi di Kawasan Asia Pasifik akan terjadi perubahan struktur demografi yang signifikan, di mana diperkirakan 1 dari 4 penduduk akan berusia di atas 60 tahun pada tahun 2050. Artinya, usai lansia akan mencapai 25% dari total populasi pendiduk, terjadi ledakan pensiunan.

 

Survei Sun Life Asia ini melibatkan 509 responden dari Indonesia dan lebih dari 3.500 responden d ari Tiongkok, Hong Kong, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Vietnam. Tujuannnya untuk memahami aspirasi dan praktik perencanaan pensiun di kalangan masyarakat Asia. Terungkap data, bahwa mayoritas responden belum siap secara finansial untuk menghadapi masa pensiun. Semua responden ingin sejahtera di hari tua, namun banyak individu menunda perencanaan pensiun hingga mendekati masa pensiunnya tiba.

 


Survei ini menyebut pula mayoritas responden mengalokasikan setidaknya 10% dari pendapatan untuk pensiun. Tapi sayangnya 30% responden tidak mengalokasikan dana khusus untuk pensiun, dan rata-rata responden hanya mengandalkan tabungan konvensional sebesar 20% untuk memenuhi kebutuhan finansial di hari tua. Faktanya, masih ada kesenjangan antara niat dan aksi nyata. Niatnya ingin Sejahtera di hari tua, namun aksi nyatanya belum mau memiliki program pensiun. Kondisi ini tentu bertentangan dengan spirit perencanaan pensiun yang semestinya dipersiapkan sejak dini. Maka wajar survei lain menyebut, 50% pensiunan mengharapkan tansferan dari anak atau keluargnay di hari tua.

 

Dari studi ini dapat dicermati bahwa 1) mayoritas orang Asia belum siap secara finansial untuk menghadapi masa pensiun, 2) banyak orang Asia menunda perencanaan pensiun hingga mendekati masa pensiun, dan 3) banyak pensiunan menyesal tidak mempersiapkan rencana menghadapi pensiun sejak dini. Oleh karena itu, untuk membantu seseorang meraih hari tua yang Sejahtera – masa pensiun yang nyaman, harus 1) mulai dan berani menabung untuk masa pensiun sejak dini, 2) memilih usia yang tepat untuk mulai mempersiapkan dana pensiun, utamanya pada masa awal bekerja, dan 3) pentingnya edukasi dana pensiun yang masif dan berkelanjutan.

 

Jadi, mau bagaimana masa pensiun kita nanti? Semuanya terserah kita, mau sejahtera atau merana di hari tua.  Yang jelas, cepat atau lambat, masa pensiun pasti tiba. Salam #YukSiapkanPensiun #EdukasiDanaPensiun #DanaPensiun

 

Minggu, 17 November 2024

Ekspresikan Kiprah Sosial di Taman Bacaan, 31 Relawan TBM Lentera Pustaka Luncurkan Buku Penggerak Literasi

Relawan taman bacaan memang tidak dibayar, bukan karena mereka tidak berharga, namun karena mereka tidak ternilai harganya.

 

Kalimat itu tertuang jelas dalam buku kumpulan artikel kisah nyata 31 Relawan TBM Menulis untuk Literasi” sebagai bagian dari penguatan literasimasyarakat yang diluncurkan di TBM Lentera Pustaka pada Minggu, 17 November 2024. Buku ini merupakan realisasi dari Pelatihan Menulis Relawan TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor dalam rangka Bantuan Pemerintah (Banpem) Komunitas Penggerak Literasi tahun 2024 dari Badan Bahasa Kemdikbud RI. Peluncuran dilakukan oleh Mustopa Alwi (Koordinator Relawan TBM Lentera Pustaka) bersama tim relawan lainnya: Sabda, Fadil, Farida, Reza, Susi, Ai, Zhia, Dilla, Yasin, Kayla, Nurhasanah dan Syarifudin Yunus (Pendiri TBM Lentera Pustaka) di hadapan 100 anak-anak pembaca aktif yang sedang giat membaca,

 

Tidak dapat dibantah, peran relawan di taman bacaan pasti sangat penting. Semangat kerelawanan untuk membantu orang lain telah menjadi “jalan hidup sosial” yang mereka tempuh. Karena relawan di taman bacaan, bukan bekerja atas nama uang, Tapi atas nama hati dan ruang kebaikan. Relawan hanya berbuat baik dan menebar manfaat melalui buku-buku bacaan. Membimbing dan melayani anak-anak dan warga yang membaca.

 

Sebagai aktivitas sosial, taman bacaan masyarakat sangat membutuhkan relawan. Untuk memastikan semua program literasi dan kegiatan membaca berjalan secara optimal. Relawanlah yang menjadi ujung tombak taman bacaan, yang saling bahu-membahu dan saling melengkapi demi tegaknya tradisi baca dan budaya litetrasi masyarakat. Maka harus disadari, relawan taman bacaan memang tidak dibayar, bukan karena mereka tidak berharga namun karena mereka tidak ternilai harganya.

 

Pada buku ini, 31 relawan TBM Lentera Pustaka menuliskan ekspresi dan kisah nyata selama berkiprah dan mengabdi di taman bacaan. Atas nama kemanusiaan, para relawan membuktikan komitmen dan konsistensinya di “jalan sunyi pengabdian” sekaligus menjadi ladang amal untuk berbuat baik dan menebar manfaat kepada sesama.

        

TBM Lentera Pustaka sebagai salah satu penerima Bantuan Pemerintah (Banpem) Komunitas Penggerak Literasi tahun 2024 dari Badan Bahasa Kemdikbud RI telah mengeksekusi 8 (delapan) program andalan yang dibingkat dalam event “Festival Literasi BACA EUY” untuk memperkuat literasi masyarakat dan komunitas penggerak literasi. Seluruh aktivitas literasi akan digelar selama bulan Oktober 2024, dengan melibatkan tidak kurang dari 390 audiens dari berbagai lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak usia sekolah, anak kelas prasekolah, kaum ibu, karang taruna, mahasiswa, dan relawan TBM.

 


Ke delapan program andalan TBM Lentera Pustaka selama Banpem Komunitas Penggerak Literasi tahun 2024 terdiri dari: 1) Read Aloud – Membaca Nyaring (6 Oktober 2024 dikuti100 anak-anak usia sekolah), 2) Pembelajaran Calistung (10 Oktober 2024 diikuti 40 anak kelas prasekolah), 3) Pelatihan Menulis untuk TBM (12 Oktober 2024 diikuti 30 relawan dan karang taruna), 4) Kemampuan Dongeng (13 Oktober 2024 diikuti 50 anak pembaca aktif usia sekolah), 5) Penyuluhan Ayo Membaca ke TBM (13 Oktober 2024 diikuti 50 kaum ibu pengantar anak ke taman bacaan), 6) Diskusi Semangat Kerelawanan (20 Oktober 2024 diikuti 30 relawan dan mahasiswa), 7) Motor Baca Keliling - MOBAKE (20 dan 27 Oktober 2024 dengan 60 anak usia sekolah), dan 8) Workshop Penguatan Media Sosial TBM (26 Oktober 2024 diikuti 30 relawan dan mahasiswa).

 

Patut diketahui, setelah 7 tahun beroperasi, TBM Lentera saat ini menjalankan 15 program literasi, mulai dari 1) TABA (TAman BAcaan) dengan 140 anak pembaca aktif dari 4 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya, Sukajadi), 2) GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) dengan 9 warga belajar, 3) KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 40 anak usia prasekolah, 4) YABI (YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim yang disantuni dan 4 diantaranya dibeasiswai, 5) JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 12 jompo usia lanjut, 6) TBM Ramah Difabel dengan 2 anak difabel, 7) KOPERASI LENTERA dengan 30 kaum ibu agar terhindar dari jeratan rentenir dan utang berbunga tinggi, 8) DonBuk (Donasi Buku), 9) RABU (RAjin menaBUng), 10) LITDIG (LITerasi DIGital) untuk mengenalkan cara internet sehat, 11) LITFIN (LITerasi FINansial), 12) LIDAB (LIterasi ADAb), 13) MOBAKE (MOtor BAca KEliling), 14) Rooftop Baca, dan 15) Kopi Lentera, kafenya literasi temoat ngopi sambil baca. Beroperasi 6 hari dalam seminggu (kecuali Senin), TBM Lentera Pustaka didukung oleh 6 wali baca dan 12 relawan dengan koleksi lebih dari 10.000 buku bacaan. Tidak kurang 200 orang tercatat sebagai pengguna layanan TBM Lentera Pustaka setiap minggunya.

 

Melalui Banpem Komunitas Penggerak Literasi tahun 2024 dari Badan Bahasa Kemdikbud RI, TBM Lentera Pustaka semakin mendapat simpati dari masyarakat dan animo anak-anak baru di taman bacaan dan kelas prasekolah tersu bertambah. Terbukti, taman bacaan mampu meningkatkan kegemaran membaca anak-anak usia sekolah di era digital. Melalui buku 31 relawan menulis untuk literasi, TBM pun bukan  hanya tempat membaca dan berkiprah sosial tapi menjadi sarana untuk mengekspresikan tulisan.

 

Cukup sampai dengan menulis buku? Tidak, pada Minggu 24 November 2024, TBM Lentera Pustaka pun menggelar Festival Literasi Gunung Salak #7 sebagai syukuran 7 tahun taman bacaan, di samping menggelar “pesta rakyat taman bacaan” sebagai ajang kreasi semua penggun layanan TBM Lentera Pustaka. Salam literasi #BukuLiterasi #TBMLenteraPustaka #KomunitasPenggerakLiterasi #BanpemLiterasiBadanBahasa #FestivalLiterasiGunungSalak