Banyak orang takut pada karma. Tidak sedikit pula yang menganggap karma adalah sesuatu yang buruk. Hukum buruk atas perilaku manusia. Tidak sepenuhnya benar. Karma itu semua hal yang keluar dari diri kita, akan kembali kepada kita. Sederhananya, karma berarti suatu konsekuensi yang diterima karena kelakuan atau perbuatan si manusia itu sendiri.
Karma sering disangkut-pautkan dengan sesuatu hal buruk. Ada juga yang
percaya, karma merupakan balasan bagi perbuatan seseorang di masa lalu. Namun,
tidak semua karma itu berbuah pahit. Apabila seseorang menanam benih kebaikan
tentu akan mendapat buah yang manis di masa depan. Jadi, karma bukanlah
pembalasan dari alam semesta, melainkan pantulan dari tindakan kita sendiri.
Hukum karma, menegaskan tidak ada yang kebetulan di muka bumi ini.
Semuanya sudah sesuai dengan pikiran dan perbuatan si manusia. Siapapun yang
menyebut kebetulan, itulah kondisi manusia yang tidak mampu memahami
kesengajaan Allah SWT. Karma itulah salah satu hal dalam hidup yang ditakdirkan
oleh kehidupan untuk manusia sesuai dengan amal perbuatannya.
Jika kita memberikan hal yang baik kepada dunia, maka seiring
berjalannya waktu, karma akan menjadi baik dan pasti kita akan menerima yang
baik. Sungguh, apa pun yang kita berikan untuk hidup, pasti akan kembali pada
kita. Maka jangan membenci siapapun. Karena kebencian yang keluar dari diri
kita, suatu saat akan kembali kepaada kita. Bila tidak bisa mencintai orang
lain, maka cukup diam tanpa berprasangka buruk.
Jagalah hati dan batin di mana pun. Karena dosa hati jauh lebih
berbahaya daripada dosa zahir. Kerusakan hati adalah pangkal utama kerusakan
zahir. Sebab dari rusaknya lahir itu dari rusaknya batin. Karenanya, dosa hati
lebih besar dari dosa zahir.
Ibnul Qoyyim rahimahullah menjelaskan bahwa “Dosa-dosa besar, seperti
riya’ (pamer keta’atan), ujub (bangga/takjub terhadap amal), kibr (sombong),
fakhr (membanggakan amal), khuyala` (angkuh), putus asa, tidak mengharap rahmat
Allah, riang gembira atas penderitaan orang lain, membongkar aib orang lain,
senang atas musibah yang menimpa orang lain, berharap orang lain merana, benci
yang berketerusan, senang dengan tersebarnya fahisyah (maksiat), menebar
fitnah, dan iri – dengki yang semuanya berasal dari hati, dosa-dosa itu
statusnya lebih haram dari zina, meminum minuman keras, dan dosa-dosa besar
yang zahir selain keduanya”(Madarijus-Salikin, Ibnul Qoyyim rahimahullah).
Jadi, jangan takut dengan karma. Karma tidak selalu buruk. Kita tidak
perlu khawatir tentang apa yang akan kita terima tapi khawatirlah dengan apa
yang kita berikan dan perbuat. Maka jangan buang waktu untuk benci atau balas
dendam. Toh, orang-orang yang menyakiti orang lain pada akhirnya akan
menghadapi karma mereka sendiri atas perbuatannya. Teruslah berbuat baik dan
tebarkan manfaat kepada sesama di mana pun, hingga karma kebaikan pun akan
mengikuti kita.
Makanya jangan jahat-jahat jadi orang, karena apapun yang kita perbuat
akan Kembali kepada kita. Salam literasi!