Faktanya, tidak sedikit orang takut nggak paham saat membaca. Takut dibilang “kutu buku”. Bahkan takut gagal di masa depan akibat terlalu banyak membaca. Begitu pula menulis, banyak yang takut jelek, takut nggak ada yang baca. Jadi jelas, membaca memang butuh keberanian, perlu sikap nggak peduli. Untuk mau membaca, bisa membaca.
Takut atau gagal, sering kali membuat
seseorang nggak mau berbuat apa-apa. Menolak mencoba, menunda langkah, atau
bahkan menyerah sebelum memulai. Seperti seorang anak takut membaca buku.
Seperti seorang relawan yang takut berkiprah di taman bacaan. Maka, membaca
memang butuh keberanian. Dalam banyak hal, keberanian jadi penting sebagai
ekspresi pribadi. Karena ketakutan bukan sekadar penghalang emosional,
melainkan musuh utama dari perkembangan diri.
Dihantui rasa takut, dirasuki sindrom
kegagalan. Akhirnya digerayangi ilusi, bahwa berdiam diri dianggap jadi pilihan terbaik. Padahal zona
nyaman sampai kapan pun hanya akan menutup pintu bagi pengalaman baru.
Orang yang terlalu takut gagal akan menghindari tantangan, bermain aman, dan
hanya bergerak di wilayah yang mereka yakini bisa dikendalikan. Kita sering
lupa, justru dari kesalahan dan kegagalanlah kita belajar, memperluas
pemahaman, dan membangun ketangguhan mental. Tanpa keberanian untuk mengambil
risiko, tidak akan ada inovasi, tidak ada pembaruan diri, dan tidak ada
transformasi yang nyata untuk berbuat baik dan menebar manfaat. Di mana pun dan
hingga kapan pun.
Seorang tokoh psikologi individual,
Adler, mengajak kita untuk mengubah cara pandang terhadap rasa takut dan
trauma gagal. Takut dan gagal bukan aib atau musibah yang harus dihindari. Tapi
jadi bagian penting dari proses untuk tumbuh dan berkembang. Karena nyatanya,
hanya mereka yang berani mencoba, meski tahu bisa jatuh yang akan berkembang.
Kegagalan bukanlah akhir, tapi batu loncatan. Justru ketika kita berdamai
dengan kemungkinan gagal, kita memberi izin untuk diri sendiri agar hidup
secara utuh: mengalami, belajar, dan menjadi versi terbaik dari diri kita.
Tanpa peduli apa kata orang.
Daripada takut gagal, takut nggak ada
yang peduli. Lebih baik berani berbuat, berani menyuarakan pentingnya membaca,
berani sosialisasikan peran taman bacaan. Jangan cuma berani “komentar banyak
tahunya sedikit” di medsos. Di negeri ini, urusan membaca butuh suara lantang,
taman bacaan butuh sikap berani. Karena membaca, melangkah ke taman bacaan, dan
bahkan banyak hal dalam hidup memang butuh keberanian. Bila takut gagal, tidur
saja di rumah tanpa berbuat apapun. Salam literasi #TBMLenteraPustaka
#TamanBacaan #BacaBukanMaen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar