Faktanya, 1 dari 2 pensiunan atau lansia di Indonesia sangat menggantungkan hidup dari transfera anak-anaknya (ADB, 2024). Kondisi ini cukup mengenaskan karena saat bekerja bisa jadi kebutuhan hidup terpenuhi dan bahkan punya gaya hidup. Tapi begitu pensiun, tidak punya gaji lagi. Bahkan, uang pensiun atau apapun hanya setara 10% dari gaji terakhir. Wajar, gimana nggak gelap masa pensiun kita bila tingkat penghasilan pensiun (TPP) hanya 10% dari gaji terakhir. Buat bayar listrik dan keperluan rumah saja sudah tidak memadai?
Ternyata tingkat penghasilan pensiun (TPP) aktual pensiunan di Indonesia
saat ini hanya 10% dari gaji terakhir. Artinya, dari semua kebutuhan hidup di
masa pensiun, hanya 10 persen saja yang bisa dipenuhi seoarang pensiunan. Bila
gaji terakhir saat bekerja Rp. 10 juta, maka di masa pensiun hanya bisa punya
uang Rp. 1 juta per bulan. Makanya si ILO yang lembaga buruh internasional
merekomendasikan tingkat penghasilan pensiun di Indonesia sebesar 40% dari gaji
terakhir. Agar dapat hidup layak di hari tua dan dapat memenuhi standar hidup yang
diharapkan.
Gimana nggak gelap di hari tua, bila TPP hanya 10% dari gaji terakhir. Mau
nggak mau, pensiunan dihadapkan pada masalah keuangan di hari tua, saat nggak
bekerja lagi. Bahkan berpotensi besar tidak mampu membiayai hidupnya sendiri. Pilihannya,
meminta bantuan dari anak-anaknya atau bekerja lagi. Rendahnya TPP inilah yang
menjadi persoalan yang dihadapi sebagian besar pekerja di Indonesia. Uang
pensiun sama sekali tidak cukup untuk memenuhi standar hidup di hari tua. Di
sisi lain, usia harapan hidup orang Indonesia pun terus meningkat, kini berada
di 72 tahun. Bila pensiun di usia 55 tahun, maka masih ada 17 tahun masa
kehidupan yang harus dijalani seorang pensiunan. Dari mana uangnya? Untuk
memenuhi biaya hidup apalagi bisa terjadi sakit.
Jadi mau nggak mau, setiap pekerja memang harus open minded untuk mempersiapkan
masa pensiunnya sendiri. Pensiun memang kesannya masih lama. Tapi bila tidak
dipersiapkan sejak dini maka akan jadi masalah di kemudian hari. Harus ada keberanian
menaubung untuk masa pensiun daripada berdalih gaji pas-pasan untuk biaya
hidup. Harus mulai menyadari bahwa masa pensiun sama penstingnya dengan masa bekerja.
Agar dapat hidup tetap layak dan tidak bergantung kepada anak atau orang lain.
Jangan sampai, saat kerja berjaya begitu pensiun malah merana.
Maka salah satu cara yang dapat ditempuh adalah menjadi peserta Dana
Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Dengan menyisihkan sebagian gaji menjadi iuran
pensiun setiap bulan. Agar nantinya, akumulasi dana selama menjadi peserta DPLK
dapat menjadi manfaat pensiun sebagai kesinambungan penghasilan di hari tua.
Agar lebih mandiri secara finansial di masa pensiun. Karena dengan DPLK, setidaknya
pekerja tetap dapat mempertahankan standar hidupnya seperti saat bekerja, di
samping tetap punya penghasilan di saat pensiun. Melalui DPLK, siapapun akan
punya dana yang pasti untuk hari tua dan bisa mendapat hasil investasi yang
optimal untuk memperbesar manfaat pensiunnya.
Fakta hari ini, 9 dari 10 pekerja sama sekali tidak siap pensiun atau
berhenti bekerja (HSBC, 2018). Sebabnya, tidak punya dana yang cukup atau tidak
ada tabungan untuk membiayai hidupnya. Maka, yuk siapkan pensiun dari sekarang.
Ingat, saat ini TPP kita hanya 10% gaji terakhir. Mata rantai “kemiskinan” di
hari tua tentu harus diputus, jangan sampai berlangusng turun-temurun. Sudah
saatnya melakukan sesuatu untuk masa pensiun yang lebih baik.
Ketahuilah, biaya hidup itu dari waktu ke waktu makin besar, selalu
meningkat. Apalagi nanti saat kita pensiun, uang Rp. 100 ribu bisa jadi
nilainya sudah turun, tidak seperti sekarang. Belum lagi, usia pensiun kita pun
makin panjang. Harusnya, urusan pensiun atau hari tua tidak lagi dianggap
sepele. Apalagi dianggap “gimana nanti?”. Untuk apa saat bekerja cukup tapi
saat pensiun berkeluh-kesah. Saat bekerja punya gaya hidup, begitu pensiun jadi
beban hidup..
Saatnya bertanya pada diri sendiri. Mau seperti apa kita di masa pensiun? Salam
#YukSiapkanPensiun #EdukasiDPLK #DanaPensiun #DPLKSAM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar