Entah kenapa, banyak orang yang bekerja kesannya meremehkan program pensiun? Seakan-anak karena pensiun masih lama, lalu tidak mau mempersipakan masa pensiunnya. Ditanya kenapa tidka menabung untuk hari tua? Katanya gajinya pas-pasan, tidak tahu manfaat dana pensiun, dan segudang alasan lainnya. Begitulah faktanya hari ini, banyak orang tidak mau mempersiapkan masa pensiun atau hari tua. Ini kisah fiktif di hari tua yang patut menjadi Pelajaran.
-----
Di sebuah pinggiran
kota Jakarta, hiduplah seorang pria bernama Pak Wiryo, usianya 61 tahun. Dahulu
ia adalah pegawai perusahaan swasta, bekerja dari pagi hingga malam selama
lebih dari tiga dekade. Ia rajin, tidak pernah absen, dan selalu menerima gaji
bulanan dengan rasa syukur.
Namun, satu hal yang
tidak pernah ia pikirkan: masa tua.
Semasa muda, Pak
Wiryo merasa tubuhnya kuat dan penghasilannya cukup. Saat bekerja ia sangat
gagah dan energik. Ia menikah, membesarkan tiga anak, dan menghabiskan sebagian
besar uangnya untuk kebutuhan sehari-hari dan sedikit untuk bersenang-senang.
Ia tidak memiliki “jaminan hari tua”, apalagi dana pensiun. Sama sekali tidak
ikut program dana pensiun swasta, apalagi menabung secara rutin.
“Aku ini orang
sederhana, nggak usah mikir pensiun segala. Asal bisa makan dan anak sekolah,
sudah cukup,” begitu katanya dulu kepada rekan kerjanya yang mencoba mengajak
ikut program pensiun.
Waktu berlalu. Usia
pun menua. Perusahaan tempatnya bekerja gulung tikar saat ia berumur 52 tahun.
Tidak ada pesangon. Tidak ada uang pensiun. Ia hanya bisa termenung saat
kantornya tutup. Tidak ada tabungan untuk masa pensiunnya.
Anak-anaknya kini
tinggal jauh, hidup pas-pasan dengan keluarganya masing-masing. Sesekali
mengirim uang, tapi tidak cukup untuk kebutuhan harian Pak Wiryo dan istri di usia
tua. Kini, setiap pagi, Pak Wiryo berjalan kaki menjajakan gorengan buatan istrinya
ke warung-warung sekitar rumahnya. Terkadang hasilnya hanya cukup untuk makan
nasi dan tempe. Kadang-kadang, harus berpuasa. Yang paling menyakitkan baginya
adalah saat tubuh mulai rapuh. Kaki sakit, penglihatan kabur, dan batuk tidak
kunjung reda. Tapi berobat bukan prioritas, karena uang tidak punya. Ia hanya
bisa menatap langit sore dari beranda depan rumahnya, berharap ada keajaiban di
hari esok.
“Seandainya dulu aku
menabung untuk masa pensiun, mungkin sekarang aku tidak harus menjual gorengan
saat tubuhku sendiri sudah melemah,” gumamnya pelan.
Di senja yang masih rerik
Pak Wiryo terduduk tanpa sandaran. Hari tua yang tidak punya pegangan secara
finansial. Pak Wiryo telah memberi pelajaran yang mahal: masa tua adalah masa
yang sangat nyata, dan tanpa persiapan, hidup bisa menjadi begitu sunyi dan
berat.
----
Selain berhemat,
mulialah menabung sejak dini untuk masa pensiun. Karena kita tidak pernah tahu
akan seperti apa di hari tua? Lebih baik “sedia paying sebelum hujan”. Semakin
awal kita mulai menabung untuk pensiun, semakin besar dana yang bisa terkumpul
berkat hasil investasinya. Iya nggak? Salam #Yuk Siapkan Pensiun #EdukasiDanaPensiun
#DPLKSAM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar