Ada benarnya, tidak semua hal perlu dibalas. Dan tidak semua hal pula perlu dibahas. Tapi semua hal patut dipikirkan, direnungkan. Karena pikiran manusia adalah sesuatu yang aktif, dinamis, dan senantiasa bergerak. Otak manusia tidak statis, bahkan ia tidak pernah benar-benar diam. Pikiran sifatnya begitu alami. Manusia tidak bisa pernash bisa berada dalam keadaan netral terlalu lama. Tidak bisa diam melulu. Karena jika tidak mengisi pikirannya dengan hal-hal yang baik, maka dia tidak sedang tumbuh. Pikiran selalu mengajak untuk memperbaiki diri, mencari ilmu, merefleksi diri, atau berbuat kebaikan.
Maka tanpa sadar, bila pikiran manusia
itu diam. Pasti isi kepalanya, mulai terisi oleh hal-hal yang melemahkan; kemalasan,
prasangka, atau kekosongan makna.
Seorang penulis novel epistolary asal
Inggris, Samuel Richardson telah mengingatkan. Untuk mengajak kita selalu sadar
bahwa dalam kehidupan, stagnasi adalah ilusi. Pikiran harus terus bergerak
sebagai tanda sedang tumbuh. Seperti membaca sebagai tanda sedang berpikir,
seperti menulis sebagai tanda masih hidup. Diam di tempat bukan berarti kita
tetap sama; sering kali kita justru mundur secara perlahan.
Itulah mengapa pertumbuhan, baik
secara intelektual maupun spiritual, harus menjadi proses sadar, sesuatu yang
dikerjakan terus-menerus. Harusada kesengajaan dalam berpikir, harus ada
kesungguhan dalam bertindak. Jangan ada yang ditunda, karena menunda perbaikan
diri hari ini berarti memberi ruang bagi keburukan untuk tumbuh besok. Dengan
memahami bahwa pikiran tidak pernah berhenti, maka kita terdorong untuk lebih
waspada, lebih hati-hati. Tentang apa yang sedang kita isi ke dalamnya hari
ini? Tentang apa yang kita pikirkan hari ini? Karena pada akhirnya, siapa kita
di masa depan adalah akumulasi dari arah pikiran hari ini. Kita adalah pertumbuhan
yang kita pilih setiap hari, mau sadar atau tidak. Begitulah adanya.
Ketika berpikir, kita semakin paham. Bahwa manusia itu beda-beda.
Beruntungnya beda, sedihnya beda. Masalahnya beda, cobaannya pun beda. Tidak
ada yang berat tidak ada yang ringan karena apapaun yang kita alami sudah sesuai
dengan porsi pundaknya masing-masing, sesuai pada takdirnya masing-masing. Ada
yang sudah berhasil, ada yang sedang menunggu hasil. Jadi, kenapa harus bersedih
kelamaan?
Adalah wajar dalam hidup, terkadang ada yang menemukan hal buruk di tempat
yang baik. Sebaliknya, ada yang menemukan hal baik di tempat yang buruk. Bila
itu terjadi, maka kita diminta untuk berpikir. Agar selalu bersikap realistis.
Karena tidak semua harapan sesuai dengan kenyataan. Berpikirlah selalu untuk
memperbaiki saja niat, membaguskan ikhtiar, dan memperbanyak doa. Selebihnya
serahkan segalanya kepada Alah SWT. Salam literasi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar