Akibat gaya hidup, ada yang berpendapat pekerja milenial tidak ingin memiliki program pensiun seperti DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan). Katanya, pekerja milenial dianggap kalangan “dompet tipis” disebabkan gampang terbuai oleh gaya hidup dan perilaku konsumtif, termasuk hobi nongkrong di warung kopi. Apa benar begitu?
Survei edukator
dana pensiun LSP Dana Pensiun (Desember 2024) terhadap 100 pekerja milenial,
ternyata menyebutkan 100 persen pekerja
milenial menganggap penting program pensiun sebagai persiapan untuk hari tua,
saat tidak bekerja lagi. Hanya saja, hasil survei menyebutkan pula 62,5 persen
pekerja milenial berminat membeli DPLK atau program pensiun secara online, bukan
datang ke pemasaran atau melaui tenaga pemasar. Hal ini menunjukkan pentingnya akses
digital yang gampang agar pekerja milenial dan publik bisa memiliki program
pensiun.
Saat ditanya
lebih lanjut, survei dana pensiun yang dilakukan Syarifudin Yunus ini,
menyebutkan 61 persen pekerja milenial sama sekali tidak tahu tentang DPLK. Bahkan 86 persen responden menyatakan tidak
punya dana pensiun atau DPLK untuk hari tuanya. Pesan inti dari kondisi ini, dana
pensiun atau DPLK memang harus melakukan edukasi secara massif dan berkelanjutan.
Karena faktanya, banyak pekerja milenial yang tidak tahu dana pensiun, apalagi
Gen Z.
“Survei dana
pensiun di pekerja milenial ini menegaskan dana pensiun atau DPLK di Indonesia
dapat tumbuh signifikan apabila focus pada edukasi dan akses digital. Tanpa
dukungan kedua hal tersebut, dana pensiun sulit untuk bisa diminati publik. Mau
sebagus apapun, bila pekerja tidak tahu manfaatnya, mau gimana?” ujar
Syarifudin Yunus, edukator dana pensiun LSP Dana Pensiun hari ini.
Edukasi dana pensiun menjadi penting, agar pekerja milenial
dapat memahami apa manfaat dana pensiun
sebagai kesinambungan penghasilan di hari tua, di saat tidak bekerja lagi. Oleh
karena itu, seharusnya edukasi dana pensiun menjadi agenda besar untuk dikampanyekan
ke pekerja milenial. Di sisi lain, akses digital atau difgitalisasi pensiun sulit
dihindari di era teknologi modern. Karena semuanya serba digital, maka dana
pensiun pun harus menyediakan layanan digital khususnya untuk 1) pendaftaran
menjadi peserta dana pensiun, 2) perubahan arahan investasi, dan 3) pencairan
manfaat pensiun bila jatuh tempo. Selain itu, akses digital pun penting untuk
meningkatkan edukasi-komunikasi dan pelayanan kepada peserta dana pensiun.
Survei dana pensiun di kalangan pekerja milenial juga memberikan
masukan yang positif, seperti perlunya dana pensiun promosi yang keren, memberi
tahu peserta secara rutin, jangan dipersulit saat mencairkan manfaat pensiun, dipermudah
untuk menjadi peserta dana pensiun, hasil investasinya harus bagus, dan yang
penting akses digital. Karena bila sudha paham dana pensiun, terus mau beli ke
mana? Pekerja milenial mengharapkan dapat membeli secara digital.
Terbukti,
bahwa untuk meningkatkan kepesertaan dana pensiun dan asset kelolaan maka dibutuhkan
edukasi dan akses digital. Agar pekerja milenial bisa memiliki akses ke dana
pensiun. Karena pensiun, bukan soal waktu tapi soal keadaan. Mau seperti apa di
hari tua? Salam #YukSiapkanPensiun #EdukasiDanaPensiun #EdukatorDanaPensiun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar