Sangat salah, bila ada yang menganggap arogansi atau kesombongan sebagai kecerdasan. Justru arogansi itu adalah derajat kebodohan yang harus dihindari. Tidak tahu banyak tapi bicara wara-wiri. Tidak punya jam terbang yang tinggi tapi ngomong setinggi langit. Mau menyalahkan orang lain tapi tidak mampu introspeksi diri. Begitulah realitas manusia arogan.
Ini nyata terjadi di suatu organisasi. Si manusia
arogan. Hanya untuk meraih kekuasaan, meminta dukungan sana-sini. Mulutnya
manis di depan. Terpilih namun bukan suara mutlak, bahkan tipis. Tapi dalam
setahun perjalanannya, sikap arogan dan subjektif semakin tampak. Sebagain
besar anggotanya bilang “kita salah pilih”. Kenapa? Karena tingkahnya yang
arogan dan subjektif
Manusia arogan sering lupa. Emangnya elu siapa?
Apalagi melarang ini melarang itu pada orang lain. Emangnya elu siapa? Kerjanya
belum tentu becus tapi gayanya sok tahu. Ngomong sama ngomong sini, isinya apa?
Begitulah adanya manusia arogan. Seringkali mengira kesombongannya sendiri
sebagai kecerdasan. Padahal arogansi itu bukti kebodohan yang paling hakiki.
Manusia arogan harus tahu. Siapapun yang dirasuki
sikap arogan atqu sombong pasti kualitas dirinya tidak akan berkembang.
Kerjasama pun hanya seremoni dan kamuflase. Bicaranya yang baik, tapi
perilakunya buruk. Tapi yang paling kentara, fokusnya pada hal-hal yang tidak
produktif. Hanya ekspresi rasa gelisah dan insecure dirinya semata. Tidak ada
kemajuan signifikan dari organisasi yang dipimpinnya.
Manusia arogan, sudah pasti bikin bingung. Bikin
banyak orang bertanya, ini mau ngapain sih? Selain bikin kacau, manusia arogan
cenderung tidak punya prestasi. Selain menjadikan jabatan atau status sebagai
“anak tangga’ untuk meraih popularitas. Manusia yang tidak mengerti bagaimana
keadaan sekitar yang sebenarnya? Selain egois dan subjektif, manusia arogan di
banyak tempat hanya mementingkan diri sendiri dan selalu beranggapan lebih
unggul. Bebalnya, manusia arogan jarang mau introspeksi diri
Memang agak sulit berhadapan dan bekerjasama dengan
manusia arogan. Karena justru manusia arogan bertindak spekulatif, tidak jelas
arahnya. Tidak tahu fokusnya apa? Alhasil, pikiran dan tindakannya membunuh
keingintahuan. Bodoh tapi sok pintar, begitulah manusia arogan. Dalam literatur
arogansi, kebaikan pun akan tampak buruk. Di mata manusia arogan, orang lain
itu bukan mitra tapi subordinat. Si arogan merasa lebih tinggi dari lainnya.
Maka langkah paling sederhana saat bertemu dengan
manusia arogan adalah menghindarinya, menjauh dari tindakan arogan. Karena
arogansi, sesungguhnya adalah taktik pertahanan diri untuk menyamarkan rasa
tidak aman dan kebodohan. Arogansi di manapun adalah kelemahan yang disamarkan
sebagai kekuatan. Sebuah tindakan mengelabui orang banyak.
Saat berhadapan dengan manusia arogan, cukup
katakan “emang elu siapa?”. Elu harusbpaham, arogansi dan subjektivitas elu
bukan kecerdasan melainkan kebodohan yang dilembagakan. Karena pada siapapun
dan di manapun, arogansi tetaplah kerajaan tanpa mahkota. Salam literasi
#TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #LiterasiArogansi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar