Menghancurkan masa depan anak-anak itu mudah. Cukup kasih mereka kebebasan tanpa batas. Biarkan mereka main ke mana saja, silakan menonton sesuka hati. Bila perlu, manjakan anak dengan segala yang dimau. Turuti saja dan jangan pernah kasih nasihat. Maka hancurlah anak-anak Indonesia.
Percayalah, ketidak-pedulian terhadap anak-anak
terbukti mudah membunuh masa depannya. Memanjakan dan menuruti apa saja kemauan
anak pun tanpa disadari mengantarkan mereka ke gerbang kehancuran. Anak-anak
yang tidak punya modal ilmu pengetahuan, tidak kompetitif, gagal bergaul, dan
gagal menerima realitas kehidupan. Maka tumbuhlah anak-anak yang siap
merepotkan orang tua. Bila terjadi, sangat memprihatinkan.
Di zaman begini, terlalu mudah membunuh pikiran
anak-anak Indonesia. Kasih saja tontonan yang buruk, habiskan saja waktu di
media sosial. Lalu tambahkan sikap tidak peduli, jauhkan mereka dari buku-buku
bacaan. Maka kelarlah, masa kelam anak-anak Indonesia. Memang tidak sekarang,
tapi nanti di saat mereka sudah dewasa. Pola pikirnya jadi sempit, mentalnya
rapuh. Dan dinding hatinya makin menipis dan tidak tahan keadaan.
Sebab ketika anak-anak dimanja, mereka tidak lagi
mau berjuang dan ikhtiar. Semua diserahkan ke orang tuanya. Ketika anak-anak
main tanpa dinasihati maka habislah waktunya untuk hal-hal yang tidak
bermanfaat. Ketika tidak mau membaca, maka punahlah harapannya ke depan. Dan
dari situlah, awal mula hati, pikiran, dan perasaan anak-anak mulai di ambang
kehancuran. Mereka lebih senang mimpi daripada berbuat nyata. Lebih senang
terima hasil daripada berjuang terlebih dulu.
Anak-anak yang sebentar lagi hancur. Karena hidup
dalam imajinasi. Hidup dalam ruang tidak peduli orang dewasa. Hidup dalam sikap
masa bodoh orang tua. Dan hidup dalam kebiasaan arogan, subjektif tanpa mau
bersosialisasi diri. Kasihan anak-anak kita, karena tidak ada lagi yang peduli
pada masa perkembangannya. Tentang apa yang mereka butuhkan, tentang apa yang
mereka inginkan?
Yuk, selamatkan anak-anak Indonesia. Agar lebih
siap menyongsong masa depannya sendiri. Tidak perlu pinta tapi mampu adaptasi
diri di berbagai zaman dan keadaan. Bergaul yang positif, ilmu pengetahuan yang
memadai. Gimana caranya? Ajak anak-anak ke taman bacaan, suruh mereka membaca
buku, sholat, bergaul, dan merasakan hidup prihatin. Bukan untuk menyusahkan
anak tapi untuk mendidik karakternya agar lebih dewasa.
Berangkat dari spirit mendidik karakter anak-anak
itulah, relawan TBM Lentera Pustaka berkiprah dengan penuh komitmen dan
konsisten di taman bacaan. Membimbing anak-anak untuk membaca secara rutin,
memotivasi dan mengajarkan aktualisasi diri dengan teman sebaya. Memberi salam,
cium tangan, antre, menghargai teman, sholawatan, hingga duduk tenang sambil
membaca buku. Begitu ikhtiar yang dilakukan TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung
Salak Bogor. Demi tegaknya kebiasaan membaca anak, di samping menyelamatkan masa
depan mereka melalui buku bacaan.
Jangan abaikan anak-anak kita. Berikan perhatian
dan kepedulian untuk masa depan mereka. Hindari anak-anak terkena guncangan
jiwa akibat ketidak-siapan menerima sesuatu yang seharusnya belum waktunya
mereka alami. Hati-hati dan kembalikan anak-anak Indonesia kepada yang
seharusnya mereka lakukan. Bukan atas dasar maunya orang tua.
Cukup, jangan ada lagi ada anak-anak yang
bermasalah secara hukum. Anak-anak korban bully atau kekerasan orang tua.
Tumbuhkan rasa percaya diri mereka, gelorakan sikap optimis. Jangan tanamkan
rasa trauma dan pesimisme yang berlebihan. Biar bagaimana pun, anak-anak berhak
atas masa depannya yang lebih baik.
Ayo selamatkan anak-anak Indonesia melalui buku
bacaan. Jangan hancurkan masa depan anak-anak kita! Salam literasi
#TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar