Tidak semua hal harus ditanya “kenapa”? Bahkan tidak semua hal harus ditanyakan. Cukup jalani saja, apapun dan di manapun. Terkadang pikiran kita sering terjebak dalam pertanyaan ‘kenapa’? Kenapa begini, kenapa begitu? Padahal dalam hidup, tidak semua hal dapat ditanyakan. Maka tidak semua hal juga punya jawaban. Kita hanya diminta untuk menerima dan menjalaninya.
Sebagain besar orang tidak damai, Tidka bahagia. Karena terlalu banyak
bertanya ‘kenapa’ tentang apapun. Sebagai bentuk pelarian atas ketidak-mampuan
menemukan kedamaian dalam dirinya sendiri. Ketiak berani bertanya ‘kenapa’,
sejatinya jawabannya ada di dalam hati dan pikirannya sendiri.
Kita sering lupa. Sesuatu bisa terjadi ada yang direncanakan dan ada
yang tidak direncanakan. Apapun, ada yang dipersiapkan ada yang tidak
dipersiapkan. Tidak perlu bertanya ‘kenapa’? Tapi satu yang pasti, semuanya
berjalan sesuai dengan kehendak-Nya. Semua ada jalannya, ada campur tangan-Nya.
Maka tidak semua pula pertanyaan dalam hidup harus punya jawaban yang jelas.
Tidak peduli seberapa banyak kita mencarinya. Entah, pikiran kita sering
terpaku pada pertanyaan “kenapa”?
Sedih, putus asa, sakit, kehilangan hingga ketidak pastian selalu bisa
terjadi pada siapapun dan kapanpun. Tanpa perlu ditanya ‘kenapa’? Dan tidak ada
pula yang kebetulan. Karena kebetulan hanyalah cara manusia yang tidak mampu
memahami kesengajaan Tuhan. Jangan lagi bertanya kenapa? Cukup pahami dengan
cara sederhana. Bahwa sesuatu bisa terjadi tanpa penjelasan atau tanpa jawaban
sekalipun.
Seperti saya berkiprah di taman bacaan? Sejak tahun 2017 mendirikan
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor.
Membimbing anak-anak yang membaca, menjadi driver motor baca keliling hingga
kini, mengajar kaum buta aksara dan setiap akhir pekan pulang pergi
Jakarta-Bogor hanya untuk taman bacaan. Saya tidak pernah bertanya kenapa? Tapi
cukup saya lakukan hingga kini, dengan penuh komitmen dan konsistensi.
Kenapa harus bertanya ‘kenapa’? Bila paham tidak semua hal dapat
ditanyakan, dan tidak semua hal pula ada jawabannya. Tidak semua hal bisa
diterima logika, ada sesuatu yang berjalan sebagai pelajaran kehidupan. Untuk
mulai belajar melepaskan kebutuhan akan jawaban dan mulai merangkul misteri
kehidupan.
Lagi-lagi, jangan terlalu banyak bertanya ‘kenapa’? Cukup diterima
dengan besar hati dan mengambil hikmahnya, dari apapun yang terjadi. Karena
faktanya, bahagia dan damai itu tidak selalu bergantung pada pemahaman
(logika), tetapi pada penerimaan (hati). Sebab, apa yang sudah terjadi memang
harus terjadi. Berdamailah dengan jalan hidup, dengan takdir tanpa perlu
ditimbang dengan otak. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan
#PegiatLiterasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar