Saat melihat cucu saya Aleena tersenyum, makin jelas bahwa setiap senyum mengandung kekuatan yang luar biasa. Selain menjadi ungkapan syukur, senyum juga jadi simbol kehangatan dan kemurahan hati seseorang. Senyum Aleena, senyuman gadis kecil nan polos lagi penuh ketulusan.
Jangan
lupa senyum. Karena senyum itu kebaikan kecil yang bisa diperbuat oleh
siapapun. Bahkan sebagian orang percaya, bahwa senyum mampu menyembuhkan luka,
meredakan kegelisahan, dan mengubah suasana hati. Senyum itu pelipur lara yang
tidak terucapkan, menyebar seperti sinar mentari yang menerangi kegelapan.
Lalu, kenapa banyak orang hari ini masih susah tersenyum?
Di
banyak tempat, gerakan tubuh seperti geleng-geleng kepala dan
mengangguk-angguk, bisa jadi berbeda maknanya. Tapi senyum yang tulus, di
manapun, pasti punya makna yang sama. Senyum bukan hanya sekadar gerakan otot
wajah, tetapi juga merupakan keindahan yang menghiasi dunia dengan kehangatan
dan kebaikan.
Maka
ada yang bilang "senyummu adalah hadiah terindah untukku". Karena
senyum adalah sebuah ekspresi hati atau ungkapan perasaan kegembiraan dan
kebahagiaan dari seseorang. Tidak peduli sadar atau tidak sadar, bahasa
senyuman pasti sama maknanya. Siapapun yang menerima senyuman pasti senang dan
bahagia.
Siapapun,
mungkin boleh gagal mengejar impian. Boleh kecewa karena harapan berbeda dengan
kenyataan. Bahkan boleh marah karena kesal dan emosi. Tapi apapun alasannya,
jangan pernah tinggalkan senyuman. Tetaplah tersenyum pada siapapun, di saat
kondisi apapun.
Senyum
bukan hanya indah. Tapi senyuman adalah kebaikan sederhana yang dimiliki semua
orang. Tersenyumlah saat bahagia; karena ia menjaga waspada. Tersenyumlah saat
duka; karena ia meneguhkan sabarnya. Tersenyumlah saat berjuang; karena ia
memaniskan pengorbanan.
Senyum
pada kekasih; pasti menyuburkan cinta. Senyum pada musuh; pasti mencekamkan
hormat. Senyum pada pendengki; pasti menjejalkan sesal. Senyum pada si ramah;
pasti menjalinkan tulus. Senyum pada si marah; pasti menuangkan sejuk. Senyum
pada si gelisah; pasti mengalirkan rasa tenteram. Dan senyuman seorang cucu pun
menghadirkan kebahagiaan.
Jangan
lupa tersenyum. Senyumlah pada si papa; ia pelipur lara. Senyumlah pada si
kaya; ia mahal harganya. Senyumlah pada si aniaya; ia cahaya untuk gelap
hatinya. Dan senyum adalah akhlak jelita seseorang; pada saudara senyumnya
mengembang, di kala mereka sedang berbincang {Habib ibn Abi Tsabit}.
Mudahkan
tersenyum, sulitkan cemberut. Karena di balik rintangan, selalu ada senyum yang
menanti untuk merayakan kesuksesan. Jangan biarkan apapun dan siapapun
merenggut senyum kita, karena senyum lebih kuat dari segalanya. Senyum adalah
bahan bakar, sehingga rintangan akan terlihat lebih kecil dari sebenarnya.
Kita
boleh berbeda soal apapun. Tapi kita punya bahasa dan makna yang sama soal
sentuman. Tersenyumlah sekarang. Karaka pada dunia, kita masih bisa tersenyum.
Ya Allah, mampukan kami tersenyum karena-Mu. Salam literasi #KopiLentera
#TBMLenteraPustaka #TamanBacaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar