Saat lebaran kemarin, saya bersama dua orang teman pergi silaturahmi ke rumah Pak Ustaz, sang guru spiritual. Sekaligus ngobrool ringan tentang puasa dan idul fitri, bukan soal politik seperti khutbah sholat Ied di Yogya yang “ditinggal” jamaahnya. Setibanya kami di rumah Pak Ustaz, saya fokus memandangi foto-foto di ruang tamu, sambil bertanya ke Pak Ustaz, “Itu foto saat kapan Pak Ustaz?” ujar saya.
Bagaimana dengan teman saya? Tentu berbeda lagi. Tatapan
matanya lebih ke arah Pak Ustaz. Entah, apa yang dilihat dan dipandangi.
Seperti agak takjub gitu.
Hingga suatu hari, teman saya yang satu bilang. Bahwa baju gamis
Pak Ustaz yang dipakai kemarin itu terbuat dari tenun mahal, kualitasnya
tinggi. Memang, teman saya bekerja di pasar pakaian. Jadi wajar, penilaiannya
tertuju pada apa yang dikenakan Pak Ustaz.
Sementara teman yang satu lagi berbeda. Ia justru sempat-sempatnya
memperhatikan cincin yang melingkari jari Pak Ustaz. Katanya, batu cincinnya dari
jenis permata. Mahal banget itu batunya. Nah, teman saya yang satu ini memang
hobi dengan batu permata dan perhiasan. Jadi wajar juga, mungkin karena dia
paham soal batu-batu cincin.
Dari cerita di atas, kita bisa mengambil hikmahnya. Ada contoh
tentang bagiamana orang-orang menilai orang lain. Bahwa seseorang akan mendapat
penilaian yang berbeda dari tipa-tiap orang. Sudut pandangnya berbeda, cara
menilainya berbeda. Tergantung siapa yang menilai dan kepada siapa dinilai?
Pesan utamanya adalah penilaian kita tentang apapun,
mencerminkan diri kita sendiri. Sikap kit aitu menunjukkan kualitas diri kita
sendiri. Apa yang jadi perhatian kita, itulah kita. Dan bagaimanapun penilaian
kita maka itulah diri kita sendiri.
Orang baik pasti akan melihat dan mendapati orang lain yang
baik-baiknya saja. Sebaliknya orang yang tidak baik pun fokusnya akan selalu
tertuju pada keburukan orang lain. Begitulah hidup, ada orang yang sangat fokus
pada keburukan orang lain. Ada pula yang hanya diam dan tidak berkomentar banyak.
Terserah kita, mau bagaimana?
"When you judge another, you do
not define them, you define yourself."
Ketika kita menilai seseorang, sebenarnya kita bukan sedang menunjukkan siapa
dia. Tapi justru menunjukkan siapa kita sebenarnya.
Maka di momen lebaran ini, jagalah prasangka baik kepada
semua orang. Fokus pada yang baik-baik dan bermanfaat. Hingga kita lupa
bagaimana caranya berburuk sangka? Hilangkan semua prasangka buruk dari benak kita.
Karena prasangka buruk itu hanya menyakitkan diri sendiri.
Silarahim tidak literat, sempatnya-sempatnya ngomong pakaian Pak Ustaz. Tidak
usah berkomentar yang hanya tahu sedikit saja. Tanpa tahu banyak yang
sebenarnya. Maka jangan terburu-buru berprasangka buruk bila tidak mampu
berprasangka baik. Salam literasi #HikmahLebaran #CatatanIdulFitri #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar