Untuk mencapai tujuan, siapapun punya banyak cara. Ada banyak jalan untuk menuju Roma. Ada banyak hal yang bisa dikerjakan, ada kebiasaan seperti apa yang dilakukan. Maka untuk menjadi lebih baik selalu ada banyak cara. Sebaliknya untuk menjadi jahat pun selalu ada caraya. Itu berarti, hidup ini terserah mau pakai cara yang mana? Persis seperti pilpres nanti, terserah mau pilih siapa?
Siapapun boleh menjadi baik, boleh menggapai berkah-Nya. Ada orang
yang mencapai ridho Allah dengan cara dikenal banyak orang. Sebab dia selalu
memberikan manfaat kepada siapapun di dekatnya, Allah menyayanginya sebab dia
menyayangi orang lain. Tapi ada juga yang Allah ridho padanya walau dia tidak
dikenal banyak orang. Dia tersembunyi dari hiruk-pikuk duniatapi sangat dikenal
penduduk langit sebab amal ibadahnya. Jadi silakan saja, terserah mau pakai
cara yang mana? Selama ridho Allah itu bisa kita dapatkan, entah mau dikenal
atau tersembunyi, yang penting selama di dunia selalu mengerjakann yang baik dan
taat kepada-Nya.
Ada juga sebaliknya, ada orang yang dikenal karena maksiatnya,
jahatnya. Kata-katanya yang kasar dan kotor, berpihak pada kezoliman, merendahkan
orang lain, bahkan tidak tekun pada agamanya. Ada pula yang Allah murka
kepadanya sebab dosa-dosa yang dia lakukan secara konsisten saat menyendiri.
Sok tahu atas kejelekan orang lain tanpa tahu kejelekan diri sendiri. Punya mulut dipakai untuk ghibah dan fitnah,
punya handphone untuk aktivitas yang tidak ada manfaatnya, Itulah orang
yang merugi, dikenal karena kemaksiatan, dikenal karena omongan dan perilakunya
yang buruk. Bahkan menyendiri dalam dosa. Cara-cara buruk pun masih dipilih
dalam hidupnya. Maka hati-hati, jangan sampai kita terjebak ke dalamnya.
Sekalipun terserah, mau pakai cara yang mana?
Terserah, mau pakai cara yang mana? Hidup kita untuk apa dan
mau ke mana? Sebab di masa sekarang, boleh dibilang tidak ada lagi rahasia.
Banyak orang lebih mudah bermaksiat lewat media sosial. Lebih gampang berghibah
dan meremehkan orang lain. Bersikap kasar, perilakunya semena-mena. Senang berolok-olok
dan dianggap hal yang biasa bagi kebanyakan orang.
Hidup ini hanya sekali, jangan sampai disia-siakan dengan
cara-cara yang membuat kita menyesal ke depan. Saat orang lain sibuk berkarya,
jangan sampai kita hanya sibuk mencela. Bila kita merasa lebih baik dari orang
lain, buktikan saja dengan karya yang lebih baik. Tidak perlu menjatuhkan orang
lain untuk terlihat lebih baik dan lebih tinggi? Karena apapun, bukan
tergantung pada penilaian manusia. Tapi tergantung ridhol Allah SWT. Maka
caranya, bila tidak mampu menandingi kebaikan dalam keramaian, ambillah
kemenangan dalam kesunyian. Kerjakan sholat, bersedekah, dan tebarkan manfaat
di mana pun. Manusia itu hanya bisa ikhtiar, selebihnya biarkan Allah yang bekerja
untuk kita.
Terserah mau pakai cara yang mana? Ada orang menggapai
ridho-Nya dengan membangun masjid. Ada yang mengejar ridho-Nya dengan
menyekolahkan anak-anak yatim. Bahkan ada yang mencapai ridho-Nya dengan berbuat
baik dan menebar manfaat melalui aktivitas sosial seperti yang terjadi di Taman
Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Maka
terserah, mau pakai cara yang mana?
Seperti
membaca buku, terserah buku apa yang mau dibaca. Buku cerita rakyat boleh,
ensiklopedia boleh, sains boleh, relijius boleh, atau novel pun boleh. Asal
tetap membaca buku di mana pun. Agar bertambah ilmu dan pengetahuan. Jangan
sampai kita banyak omong tanpa pernah membaca buku. Bacalah buku selagi masih
ada waktu, seperti berbuatlah baik mumpung masih ada nafas.
Intinya, bila ridho Allah yang kita cari. Maka kita akan
semakin hati-hati dengan lisan dan segala tindakan yang kita lakukan. Karena
apapun, Allah hanya menerima yang ikhlas niatnya dan baik caranya. Salam
literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar