Libur akhir tahun, digunakan untuk apa nih? Liburan dengan keluarga sudah, kumpul dengan kawan sudah, rileks sejenak dan keluar dari aktivitas rutin pun sudah. Jadi, mau apa lagi? Apa mungkin tahun 2024 tetap sama dengan tahun 2023 yang akan dilewati? Apa yang akan berubah pada diri kita sendiri?
Dulu ada kisahnya. Dinukilkan dari Bukhari
dan Muslim dari Ibnu Umar. Saat tiga orang soleh melakukan perjalanan, mereka
didera hujan deras. Lalu berlari dan berlindung di sebuah gua di kaki gunung.
Namun, tiba-tiba sebuah batu besar jatuh dan menutup pintu gua. Batu yang amat
besar dan berat hingga sulit dipindahkan. Mereka tidak akan mampu keluar,
kecuali dengan pertolongan Allah.
Maka salah satunya berkata, “Pikirkanlah
amalan saleh yang pernah kalian kerjakan karena Allah. Kemudian, berdoalah
kepada Allah dengan amalan baik itu. Mudah-mudahan, Allah menyingkirkan batu
itu dari kita.”
Lantas, mereka berpikir dan mengingat
amalan baiknya dengan niat tulus kepada Allah. Mereka bertawasul dan menjadikan
amalan baik sebagai perantara dikabulkannya doa.
Orang saleh pertama bertawasul tentang
amalan baktinya kepada orang tua. Ia secara rutin memberikan susu kepada kedua
orang tuanya lebih dahulu, baru kemudian anak dan istrinya. Anak yang berbakti
kepada orang tua dalam keadaan apapun. Lalu ia berdoa, “Ya Allah, aku melakukan
bakti kepada orang tua karena Engkau. Maka bukakanlah dari batu ini satu celah
untuk kami agar dapat melihat langit,” katanya meminta kepada Allah. Akhirnya,
batu yang menutup rapat pintu gua itu pun terbuka sebuah celah.
Kisah itu memberi hikmah. Bahwa jangan
remehkan tiap amal kebaikan apa pun meski kadarnya sederhana. Teruslah berbuat
baik dan menebar manfaat kepada sesama. Karena kita, sama sekali tidak tahu
mana amal baik yang akan diterima dan menyelamatkan kita di hari perhitungan
nanti? Tahun berganti tahun. Libur ketemu libur seiring perputaran waktu. Lalu,
apa yang sudah berubah, antara dulu dan sekarang? Akankah tetap sama saja, dari
waktu ke waktu?
Bertekad untuk lebiih baik dan lebih
baik. Itulah spirit perubahan yang saya lakukan di Taman Bacaan Masyarakat
(TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Hanya untuk sedikan akses
bacaan ke anak-anak kampung usia sekolah. Agar terhindar dari putus sekolah, di
samping untuk memotivasi akan pentingnya mempersiapkan masa depan. Membimbing
anak-annak yang membaca, mengajar kaum buta aksara, mengajar calistung anak prasekolah,
membinan dan menyantuni anak-anak yatim dan kaum jompo, mengelola koperasi
simpan pinjam, hingga menjalankan aktivitas motor baca keliling dari kampung ke
kampung. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi masyarakat. Hingga tahun
ke-enam kini, masih konsisten dan komit untuk tetap berada di taman bacaan. Semua
diniatkan karena Allah SWT. Taman bacaan sebagai ladang amal untuk semua orang.
Taman bacaan itu hanya jalan, bukan
tujuan. Untuk menggapai berkah Allah SWT. Untuk melatih diri selalu berbuat
baik dan baik tanpa henti, apapun kendala dan cobaannya. Tetap fokus menebar
manfaat. Sambil tetap memperbaiki niat dan membaguskan ikhtiar. Selebihnya
biarkan Allah SWT yang bekerja untuk kita. Untuk berubah menjadi lebih baik di
taman bacaan.
Ibaratnya, “kalau ingin memelihara
kupu-kupu maka jangan tangkap kupu-kupunya”. Karena pasti akan terbang. Tapi
tanamlah bunga, maka kupu-kupu akan datang sendiri dan membentangkan
sayap-sayapnya yang indah. Bahkan bukan hanya kupu-kupu yang datang. Tapi lebah,
capung, dan lainnya pun akan datang. Semua jadi lebih indah. Begitulah prinsip
kebaikan di taman bacaan.
Jangan lewatkan akhir tahun begitu saja.
Karena akhir tahun begitu penting. Bukan karena liburan atau kumpulnya. Tapi jadi
momen renungan untuk menjadikan diri lebih baik dari sebelumnya. Untuk selalu
berbuat baik di mana pun dan sampai kapan pun. Karena bisa jadi, kebaikan yang diperbuat
pada akhirnya menjadi media pertolongan yang manjur dari Allah SWT saat
waktunya tiba. Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar