Banyak orang mulai lupa. Bahwa menyenangkan hati semua orang adalah hal yang mustahil. Apapun dan di mana pun, pasti saja ada orang-orang yang tidak suka. Maka nggak usah berjuang untuk menyenangkan semua orang. Cukup lakukan yang baik untuk diri sendiri dan orang-orang sekitar saja. Selesaikan kuliah tepat waktu, bekerja yang baik, dan lakukan aktivitas sosial yang bermanfaat. Itu semua cukup tanpa harus memuaskan semua orang. Agar hidup lebih berharga, lebih bermanfaat.
Sehebat apapun kita, sekali
lagi, tidak mungkin bisa menyenangkan semua orang. Apalagi di mata orang-orang
yang membenci kita. Jadi fokus saja pada perbuatan baik yang bisa dilakukan. Tebarkan
manfaat sesuai kemampuan kita. Asal sesuai dengan nilai dan tujuan hidup kita sendiri. Pilih dan
puaskan diri sendiri menggapai ridho-Nya. Tidak usah ingin menyenangkan semua
orang. Musathail bisa senangkan semua
orang. Itulah sikap dan langkah penting untuk mencapai hidup yang lebih
berharga. Hidup yang realistis, menerima apa adanya. Dan bukan demi menyenangkan
diri sendiri lalu memghalalkan segala cara yang buruk.
Menjadi berharga itu penting, karena hidup di
dunia itu hanya sementara. Berharga untuk diri sendiri, bernilai untuk orang
lain. Jangan terperangkan untuk memenuhi harapan orang lain. Jangan mau
di-intimidasi orang lain. Karena kita tidak punya kewajiban untuk menyenangkan semua
orang. Memangnya, orang lain itu siap akita? Bukan orang tua, bukan saudara
pula. Jadi, fokus saja untuk membuat hidup lebih berharga. Berani berbuat baik
dan menebar manfaat sebagai ladang amal untuk kembali kepada-Nya.
Lalu, bagaimana bisa menjalani hidup lebih berharga
tanpa harus menyenangkan hati semua orang? Sesuai pengalaman di Taman Bacaan Masyarakat
(TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor, setidaknya ada 6 (enam) menjadikan
hidup lebih berharga tanpa harus menyenangkan semua orang, yaitu:
1. Fokus saja pada pengembangan
diri sebaik mungkin. Kerjakan apapun yang baik untuk diri sendiri. Membaca
buku, bikin aktivitas sosial, atau jalani hobi yang disuka. Karena mengembangkan
diri itu memuaskan hati diri sendiri sekaligus meningkatkan rasa harga diri.
2. Berpikirlah lebih realistis
dan menerima perbedaan perspektif orang lain. Siapapun bila tidak sama maka
tinggalkan, hindari orang-orang toxic dalam hidup. Cukup terima
perbedaaan dan sibukkan diri dengan hal-hal positif. Agar tidak membebani diri
sendiri dan hidup jadi lebih santai tanpa perlu menyenangkan orang lain.
3. Bertanggung jawab atas
pilihan hidup yang diambil. Setiap keputusan, pasti ada konsekuensi baik positif maupun negatif. Maka ambil tanggung
jawab atas pilihan hidup yang diambil. Karena pada akhirnya, kita hanya
bertanggung jawab atas apa yang kita lakukan.
4. Berlapang dada menerima hal-hal
yang tidak bisa diubah. Tidak usah berjuang untuk hal-hal yang tidak bisa
diubah. Cukup kerjakan yang lebih berharga dalam hidup. Ingat, siapapun tidak
akan mampu mengontrol orang lain, maka cukup kendalikan diri sendiri.
5. Jalani hidup yang bermakna.
Sejelek apapun diri kita di mata orang lain, pasti ada perbuata baik yang bermakna
untuk orang lain. Maka tidak usah pengen jadi manusia sempurna. Tapi cukup jadi
manusia yang mau berbuat baik dan bermanfaat untuk orang lain. Tentu, harus ada
aksi nyata. Apa yang diperbuat dan di mana dilakukan?
6. Istikomah dalam
perbuatan baik. Lakukan apapun yang baik secara konsisten, terlepas dari apapun
pandangan orang lain. Kita hanya kerjakan yangbisa kita lakukan. Dan jangan
pernah berpikir untuk menyenanhkan semua orang. Istikomah saja dalam perbuatan
baik. Semua akan indah pada waktunya.
Prinsip menjadikan hidup
lebih berharga itulah yang diusung pegiat literasi di TBM Lentera Pustaka.
Untuk selalu berbuat baik dan menebar mabfaat kepada ratusan anak-anak usia
sekolah. Agar tidak ada lagi anak-anak yang putus sekolah, tidak ada kaum ibu
yang buta huruf. Demi tegaknya kegemaran membaca di era digital. Berkiprah dan
mengabdi di taman bacaan memang sederhana, Tapi tidak banyak orang yang bisa
melakukannya. Karena harus punya komitmen dan konsistensi dalam berkiprah
secara sosial. Apalagi untuk orang-orang yang belum kelar pada dirinya sendiri,
berbuat baik itu kadang masih sebatas “mimpi”.
Maka siapapun, lebih
baik fokus menjadikan hidup lebih berharga, lebih bermanfaat untuk orang lain
di sisa usia. Tanpa perlu menyenangkan hati semua orang lain. Toh, orang lain
itu bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa pula. Begitulah literasi bekerja. Salam
literasi #TamanBacaan #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar