Rabu, 06 September 2023

Arti Sebungkus Nasi di Taman Bacaan?

Tahukah Anda? Menjalani aktivitas literasi di taman bacaan persis seperti orang yang bekerja. Sangta melelahkan, mulai dari membinging anak-anak yang membaca, bermain games, mengajar buta aksara, hingga memotivasi untuk tetap rajin ke taman bacaan. Selain menuntut energi yang besar, menjadi wali baca dan relawan di taman bacaan pun membutuhkan kreativitas dan kelapangan hati. Lelah pun ada di taman bacaan.

 

Lelah di taman bacaan, pasti membuat siapapun berat. Apalagi sifatnya sosial dan tidak popular. Mendingan lelah bekerja masih ada gajinya. Lebih baik lelah berkebun masih ada yang dipanen. Maka benar, tidak banyak orang mau berkiprah di taman bacaan. Karena melelahkan dan tidak ada apa-apanya.  Sangat wajar lelah, apalagi bila diukurdari materi atau uang.

 

Lelah memang wajar terjadi. Lelah batin lelah fisik. Apalagi lelah yang sebabkan harapan berbeda dengan kenyataan. Lelah karena hidup berjalan tidak seperti yang harapan. Berharap sesuatu datang, ternyata datang pun tidak. Berjuang untuk sesuatu namun hasilnya tidak memuaskan. Lelah akibat sedih, kecewa, bahkan lelah segalanya. Ujungnya stres dan frustrasi. Sangat mengerikan efek dari kelelahan.

 

Namun berbeda, lelah yang dialami wali baca dan relawan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Yang tetap loyal dan ikhlas menjalankan aktivitas literasi. Seperti setiap hari Minggu, dari pukul 10.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB berada di taman bacaan. Karena tetap berlapang dada untuk mengabdi di taman bacaan. Selain menjadi ladang amal, taman bacaan sudah dianggap jalan hidup pengabdian. Dari waktu ke waktu, tetap berkiprah di TBM Lentera Pustaka. Sebab mampu berdamai dengan keadaan.

 

Lelah di taman bacaan pun hilang, ketika sebungkus nasi menghampiri. Disediakan oleh Pendiri TBM Lentera Pustaka, wali baca dan relawan duduk menikmati makan siang bersama. Sambil ngobrol dan bersiap aktivitas berikutnya, sebungkus nasi mampu mengusi rasa lelah. Melengkapi kelapangan hati mengabdi di taman bacaan yag dibingkai sikap sabar, ikhlas, syukur, dan merasa cukup. Bahwa siapapun yang ada di taman bacaan sudah menjadi kehendak-Nya. Agar mampu berdamai dengan keadaan di tyaman bacaan, apapun alasannya.

 


Sementara di luar sana, tidak sedikit orang yang kerjanya mengintip laju orang lain. Merasa hidupnya tidak seberuntung orang lain. Lalu stres, frustrasi, bahkan berkeluh-kesah sehari-hari, Hingga lupa berbuat kebaikan dan menebar manfaat, sekalipun di taman bacaan pun melelahkan. Lupa, ketika lelah perlu ibadah. Ketika mengeluh perlu sujud. Dan ketika ikhtiar butuh pasrah. Beila begitu, maka lelah apapun pasti berubah dan berbuah.

 

Lelah itu tidak akan hilang, Ketika manusia tidak yakin bahwa apapun yang terjadi dalam hidup sebenarnya sudah ada di genggaman Allah SWT. Jalan hidup siapapun sudah menjadi bagian dari takdir-Nya. Maka diperlukan sikap berdamai dengan keadaan. Untuk tetap berbuat baik dan menebar manfaat, di mana pun dan kapan pun. Insya Allah, semuanya akan indah pada waktunya dan berkah pada hidupnya.

 

Sebungkus nasi, ternyata mampu mengusir lelah di taman bacaan. Asal tetap ikhlas dna syukur saat menjalaninya. Tanpa keluh-kesah, untuk pantang menyerah. Karena lelah hadir bukan untuk mematahkan semangat. Justru untuk mengembalikan tenaga. Lelah di taman bacaan bukan menjadikan lemah.

 

Karena saat di taman bacaan, Siapapun tersadar. Makanan untuk tubuh tidak cukup, harus ada makanan untuk jiwa. Food for the body is not enough, there must be food for the soul. Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar