Tahukah Anda? Menjalani aktivitas literasi di taman bacaan persis seperti orang yang bekerja. Sangta melelahkan, mulai dari membinging anak-anak yang membaca, bermain games, mengajar buta aksara, hingga memotivasi untuk tetap rajin ke taman bacaan. Selain menuntut energi yang besar, menjadi wali baca dan relawan di taman bacaan pun membutuhkan kreativitas dan kelapangan hati. Lelah pun ada di taman bacaan.
Lelah
di taman bacaan, pasti membuat siapapun berat. Apalagi sifatnya sosial dan
tidak popular. Mendingan lelah bekerja masih ada gajinya. Lebih baik lelah
berkebun masih ada yang dipanen. Maka benar, tidak banyak orang mau berkiprah
di taman bacaan. Karena melelahkan dan tidak ada apa-apanya. Sangat wajar lelah, apalagi bila diukurdari materi
atau uang.
Lelah
memang wajar terjadi. Lelah batin lelah fisik. Apalagi lelah yang sebabkan
harapan berbeda dengan kenyataan. Lelah karena hidup berjalan tidak seperti
yang harapan. Berharap sesuatu datang, ternyata datang pun tidak. Berjuang
untuk sesuatu namun hasilnya tidak memuaskan. Lelah akibat sedih, kecewa, bahkan
lelah segalanya. Ujungnya stres dan frustrasi. Sangat mengerikan efek dari
kelelahan.
Namun berbeda,
lelah yang dialami wali baca dan relawan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera
Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Yang tetap loyal dan ikhlas menjalankan aktivitas
literasi. Seperti setiap hari Minggu, dari pukul 10.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB
berada di taman bacaan. Karena tetap berlapang dada untuk mengabdi di taman bacaan.
Selain menjadi ladang amal, taman bacaan sudah dianggap jalan hidup pengabdian.
Dari waktu ke waktu, tetap berkiprah di TBM Lentera Pustaka. Sebab mampu berdamai
dengan keadaan.
Lelah di
taman bacaan pun hilang, ketika sebungkus nasi menghampiri. Disediakan oleh
Pendiri TBM Lentera Pustaka, wali baca dan relawan duduk menikmati makan siang bersama.
Sambil ngobrol dan bersiap aktivitas berikutnya, sebungkus nasi mampu mengusi rasa
lelah. Melengkapi kelapangan hati mengabdi di taman bacaan yag dibingkai sikap
sabar, ikhlas, syukur, dan merasa cukup. Bahwa siapapun yang ada di taman
bacaan sudah menjadi kehendak-Nya. Agar mampu berdamai dengan keadaan di tyaman
bacaan, apapun alasannya.
Sementara di luar sana, tidak
sedikit orang yang kerjanya mengintip laju orang lain. Merasa hidupnya tidak seberuntung
orang lain. Lalu stres, frustrasi, bahkan berkeluh-kesah sehari-hari, Hingga
lupa berbuat kebaikan dan menebar manfaat, sekalipun di taman bacaan pun melelahkan.
Lupa, ketika lelah perlu ibadah. Ketika mengeluh perlu sujud. Dan ketika ikhtiar
butuh pasrah. Beila begitu, maka lelah apapun pasti berubah dan berbuah.
Lelah itu tidak akan hilang,
Ketika manusia tidak yakin bahwa apapun yang terjadi dalam hidup sebenarnya
sudah ada di genggaman Allah SWT. Jalan hidup siapapun sudah menjadi bagian
dari takdir-Nya. Maka diperlukan sikap berdamai dengan keadaan. Untuk tetap berbuat
baik dan menebar manfaat, di mana pun dan kapan pun. Insya Allah, semuanya akan
indah pada waktunya dan berkah pada hidupnya.
Sebungkus
nasi, ternyata mampu mengusir lelah di taman bacaan. Asal tetap ikhlas dna syukur
saat menjalaninya. Tanpa keluh-kesah, untuk pantang menyerah. Karena lelah hadir
bukan untuk mematahkan semangat. Justru untuk mengembalikan tenaga. Lelah di
taman bacaan bukan menjadikan lemah.
Karena saat di taman
bacaan, Siapapun tersadar. Makanan untuk tubuh tidak cukup, harus
ada makanan untuk jiwa. Food for the body is not enough, there must be food
for the soul. Salam literasi #PegiatLiterasi
#TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar