Anjang sana dalam suasana lebaran masih terus berlangsung. Kemarin pun saya main ke rumah seorang kawan di Banten. Rumahnya sederhana, seperti pada umumnya orang-orang biasa. Duduk di teras rumah, beralaskan tikar. Di atas lantai peluran biasa, bukan keramik. Tapi rasanya adem, bahkan mata senyap-senyap terasa kantuk. Ada apa gerangan?
Saat beranjak siang, pun saya disuguhkan
makanan siang. Sederhana, hanya berlauk ikan hasil tangkapan empang dan sayur asem.
Tentu, tidak ketinggalan sambal dan kerupuk. Alhamdulilllah, luar biasa. Bukan
hanya pas lapar, tapi makan siang sederhana teras nikmat sekali. Apalagi makan
pakai tangan, lebih terasa nikmatnya. Dengan sedikit air kobokan yang bercampur
dan merasuk ke nasi. Bukti bahwa sesuatu yang sederhana mampu membuat
kenikmatan yang patut disyukuri.
Apa yang saya mau sampaikan melalui tulisan
ini. Dari makan siang di suasana lebaran, apapun akan terasa nikmat bila diterima
dengan ikhlas. Walau hanya dengan ikan tangkapan empang dan sayur asem, makan
siang terasa luar biasa. Murah dan sederhana, dengan sesekali cocolan sambal. Rumah
sederhana, makanan sederhana, dan penampilan sederhana pun akan menyejukkan
pandangan mata bila semuanya diterima dengan ikhlas.
Saya pun berpikir. Sebenarnya apapun di dunia
ini. Bahkan semua hal yang terjadi dalam hidup. Ada satu hal yang harus
dipahami betul. Bahwa kebahagiaan dan kenikmatan itu hanya bisa dirasakan ketika
kita benar-benar ikhlas menerimanya. Selalu berlapang hati atas apa yang sudah
menjadi takdir kita. Seperti makan siang saya di rumah kawan, yang hanya ikan
dan sayur asem sungguh nikmat dan membahagiakan. Memang benar, bila ada yang
menyatakan “Bahagia itu sederhana”. Tidak harus mewah, tidak harus traveling.
Cukup makan siang di kampung kecil di rumah kawan, asal ikhlas maka terasa nikmatnya.
Jadi, nikmat Tuhan mana lagi yang kita dustakan?
Ikhlas, ternyata penting. Bagi siapapun. Tidak
peduli seberapa banyak rasa lelah yang dialami. Tidak peduli seberapa waktu
yang dihabiskan. Tidak peduli seberapa berat rasa lapar itu. Bahkan tdai peduli
seberapa rasa sakit yang pernah hadir atau luka yang pernah ada. Asal ikhlas maka
akan memberi kepuasan tersendiri. Karena memang sejatinya, hidup ini memang terus
berjalan.
Jadi, di momen lebaran ini. Ada baiknya kita
memperbesar sifat ikhlas dalam hal apapun. Berlapang hati dalam segala keadaan
dan kondisi. Apapun yang terjadi. Tanpa perlu menyesali masa lalu. Tanpa perlu
berkeluh-kesah, tapi cukup dijalani dan disyukuri atas apa yang ada. Bahkan
saat bergaul dengan orang buruk pun, sangat dibutuhkan sikap ikhlas. Agar mampu
memberi pelajaran dan hikmah dalam kehidupan. Karena bergaul dengan orang buruk
sekalipun, pasti ada pelajaran yang berharga darinya. Tanpa perlu berurai air
mata.
Hidup memang pasang-surut. Pahit manis kehidupan
pasti bisa dialami siapa saja. Tanpa mengenal pangkat, jabatan atau status
sosial. Syaratnya sederhana, terima dengan ikhlas. Agar berbuah kebaikan pada
akhirnya. Untuk menjadi lebih baik dan lebih baik. Karena sejatinya, kebaikan
adalah perlakuan, bukan pertukaran.
Asal ikhlas, siapapun dan apapun pasti bisa
diterima. Karena nyatanya, tidak semua orang berbuat baik itu ikhlas. Salam
literasi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar