Salah satu aktivitas yang dijalankan di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor adalah memberantas buta aksara. Namanya Gerakan BERantas BUta aksaRA (GEBERBURA), seminggu 2 kali, sekitar 9 kaum ibu belajar baca-tulis. Agar terbebas dari belenggu buta aksara. Apalagi di era yang katanya digital, kok masih ada saudara kita yang masih buta huruf?
Memberantas
buta aksara yang masih ada di masyarakat. Memang perbuatan sederhana. Tapi
sangat membutuhkan komitmen dan konsistensi. Untuk memgajarkan agar kaum ibu
bisa membaca dan menulis walaupun terbatas-bata. Untuk membangun seutas
harapan, bahwa masih ada orang-orang yang peduli terhadap kaum buta huruf. Agar terbebas dari belenggu buat aksara yang
menghantui mereka.
Sudah 4 tahun ini berjalan gerakan berantas buta aksara di kaki Gunung
Salak Bogor. Syarifudin Yunus, Pendiri TBM
Lentera Pustaka bersama 17 wali baca dan relawan taman bacaan bahu-membahu
untuk mengajar kaum buta aksara hingga kini. Spiritnya, hanya untuk menekan
kaum buta aksara di Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Kab. Bogor. Selalu menjadikan
kegiatan belajar baca-tulis sebagai kegiatan yang asyik dan menyenangkan. Maklum
di kalangan ibu-ibu, belajar baca-tulis tidak lagi prioritas. Terlalu banyak
kendala dan tantangannya.
Selain menjadi bagian kepedulian sosial, gerakan berantas buta aksara
juga menjadi ladang amal bagi banyak orang. Baik ibu-ibu yang belajar maupun
yang mengajar. Sebisa dan semampu yang dilakukan dalam menebar kebaikan. Karena
apapun, lebih baik memberi daripada meminta. Sekalipun hanya mengajarkan
baca-tulis kaum buta aksara.
Sementara di luar sana, masih banyak orang yang sibuk dengan dirinya
sendiri. Bahkan lebih gemar menyalahkan orang lain. Membenci, mencaci, dan
menghujat tanpa aksi nyata untuk memperbaiki keadaan. Apalagi akibat urusan
politik, semuanya bisa disalahkan,. Hanya karena membela idolanya. Teriak-teriak
semaunya salah, padahal sedang berjuang untuk “menuhankan” idolanya. Sama Sekali
tidak fair, bahkan licik. Lupa bahwa “bila tidak sama, kenapa tidak boleh beda?”
Melalui aktivitas berantas buat aksara,
siapapun diingatk. Untuk lebih peduli pada persoalan sosial yang ada di dekatnya.
Agar mampu mengubah niat baik jadi aksi nyata. Sekalipun hanya mengajar kaum
buta aksara. Agar mampu melek huruf dan bisa membaca-menulis. Agar sang ibu
lebih dihargai oleh anak-anaknya. Jangan biarkan masih ada kaum buta aksara di
dekat kita.
Jadilah relawan dalam memberantas buta aksara,
di manapun. Salam literasi #BerantasButaAksara #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar