Faktanya, 72% taman bacaan yang ada di Indonesia hanya bisa membeli buku 1 dari 4 yang dibutuhkan. Hal itu terjadi karena tingkat persentase ketersediaan dana dibandingkan kebutuhan operasional taman bacaan, 72%-nya di bawah 25%. Sementara 17,9% taman bacaan punya ketersediaan dana operasional antara 25%-50%, 7,5% taman bacaan punya ketersediaan dana mencapai 51-75% dan hanya 2,2% taman bacaan yang dananya mencukupi 75%-100% kebutuhannya. Itulah simpulan Survei Tata Kelola Taman Bacaan tahun 2022 yang dilakukan TBM Lentera Pustaka (Juni 2022).
Survei
ini membuktikan bahwa sebagian besar taman bacaan yang ada di Indonesia, tidak
memiliki rasio kecukupan dana operasional yang memadai. Ingin beli buku 4 buah
tapi dananya hanya bisa beli buku 1 buah. Ingin renovasi ruang baca Rp. 1 juta
tapi dana yang ada hanya Rp. 250.000,-. Karena dana yang dimiliki di bawah 25%
dari total kebutuhannya. Realitas ini jadi bukti pegiat literasi berjuang di
taman bacaan berbasis iktikad baik dan semangat untuk bisa mempertahankan
eksistensi taman bacaannya.
Rendahnya
rasio kecukupan dana operasional ini tercermin dari hasil Survei Tata Kelola
Taman Bacaan tahun 2022 yang diikuti 138 pegiat literasi dari 88 kabupaten/kota
di 27 provinsi di Indonesia, yang terdiri dari: Jatim,
Jabar, NTT, Jambi, Jateng, Sumut, Maluku, Papua Barat, Sulsel, Sumbar, Kalbar, Sulbar,
Sultra, NTB, Aceh, Banten, Lampung, Sumsel, Riau, Sulteng, DKI Jakarta, Maluku
Utara, Bengkulu, Kalteng, Kalut, Yogyakarta, dan Bali. Hal ini sekaligus menyiratkan ada
tantangan besar di gerakan literasi di Indonesia.
“Faktanya, rasio kecukupan dana taman bacaan di Indonesia
memang memprihatinkan. 72% TBM yang ada hanya punya dana di bawah 25% dari yang
dibutuhkan. Maka agak sulit untuk berkerasi di TBM karena terbatasnya
pendanaan. Karena itu, kepedulian para donatur dan pemerintah daerah sangat
diperlukan di TBM”, ujar Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka di Bogor
sekaligus pelaksana Survei Tata Kelola Taman Bacaan tahun 2022.
Konsekuensi
dari rasio kecukupan dana yang minim, maka sarana prasarana taman bacaan pun
menjadi terbatas. Pendanaan memang jadi masalah klasik di taman bacaan karena
sifatnya sosial. Suka tidak suka, ketersediaan dana inilah yang jadi pemicu
taman bacaan dapat berbuat lebih optimal dalam meningkatkan kegemaran membaca
anak-anak dan masyarakat. Semoga taman bacaan tetap bisa eksis dan mendapat
dukungan dari berbagai pihak. Salam literasi. Salam literasi #TamanBacaan
#TBMLenteraPustaka #BacaBukanMaen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar