Selasa, 12 April 2022

Tips Habiskan Uang THR versi Pegiat Literasi

Sebentar lagi, para pekerja mendapat Tunjangan Hari Raya (THR). Kata Ibu Menaker RI, THR wajib dibayarkan dan tidak boleh dicicil. Itu berarti, setiap pekerja baik tetap maupun kontrak berhak menerima THR. Besarnya setara 1 bulan upah atau proporsional bila bekerja belum 1 tahun.  Maka senyum gembira pun merangsek di sela bibir para pekerja. Maklum, THR telah tiba sebentar lagi.

 

Ehh setelah THR diterima pun masih ada yang bertanya. Bagaiman cara menghabiskan uang THR? Tentu jawabannya pun tidak terlalu sulit. Bila mau menghabiskan THR ya cukup dibelanjakan saja semua yang diinginkan. Apalagi barang-barang konsumsi seperti gawai, laptop, TV, dan sebagainya. Jangan sampai ada sisa, semua uang THR belanjakan. Itu cara paling cepat dan tidak tepat untuk menghabiskan uang THR.

 

Tapi bila ditanya ke penasihat keuangan, tentu ada banyak tips untuk menghabiskan uang THR. Memang tidak ada tips yang paling tepat. Tapi setidaknya ada acuan untuk menggunakan uang THR secara bijak dan produktif. Karena jangan samapi hari raya Idul Fitri dimaknakan dengan konsumtif atau berfoya-fota. Sehingga tidak ada lagi bekas ibadah puasa yang harusnya mampu menahan diri. Maka siapa pun yang berpuasa, semestinya mampu menahan diri, termasuk dalam memakai uang THR-nya.

 

Nah menariknya, bagaimana cara menghabiskan uang THR di mata pegiat literasi? Pegiat literasi itu pekerja sosial. Tentu tidak ada THR-nya. Tapi bila si pegiat literasi bekerja secara formal di kantoran kan pasti dapat THR. Untuk itu, ad acara bijak pegiat literasi dalam menghabiskan uang THR. Resep paling sederhana menghabiskan uang THR secara bijak menurut pegiat literasi adalah sebagai berikut:

1.      Untuk membeli buku dan sedekah ke Taman Bacaan sekitar 15%

2.      Untuk memenuhi kebutuhan lebaran, seperti belanja baju, kue, mudik sekitar 50%

3.      Untuk membayar utang sekitar 15%

4.      Untuk tabungan atau investasi 20%

Memang sih komposisi menghabiskan THR di atas itu hanya teori. Tapi harusnya sebisa mungkin direalisasi sekalipun kondisi setiap orang berbeda-beda. Artinya, cukup tidak cukup atau bisa tidak bisa ya diusahakan memenuhi komposisi tersebut. Sebagai sarana latihan dalam mengelola uang secara bijak kan tidak ada salahnya.

 


Secara prinsip, THR itu memang seharusnya dipakai untuk 1) pembayaran apapun yang bersifat wajib, 2) memenuhi keperluan yang sudah dianggarkan saat lebaran, dan 3) harus cukup dan jangan sampai bikin utang baru. Sekali lagi, itu semua teori dan nasihat bijak untuk mengelola uang THR jelang lebaran. Dan jangan sampai, setelah lebaran kondisi ekonomi malah lesu dan terlilit utang apalagi berbunga tinggi. Bahkan jangan sampai terjebak pada pinjol alias pinjaman online.

 

Bila mau jujur, banyak orang punya penghasilan dan menerima THR. Tapi sayang, banyak orang pula tidak mampu mengelola uangnya dengan bijak. Seringkali terjebak pada pengeluaran yang tidak terencana. Akhirnya, mengalami masalah finansial. Apalagi terjebak gaya hidup, perilaku konsumtif dan kadang hedonis. Bahkan mumpung mau lebaran, prinsipnya “pakai selagi ada, habisin selagi punya. Besok urusan nanti?

 

Ahh, uang-uang kita. Mau diapakan saja kan sah-sah saja. Iya benar tapi seperti kata pepatah “lebih besar pasak daripada tiang”. Jangan sampai kalap karena mau lebaram. Lalu justru nafsu konsumtif selalu dilampiaskan. Hingga akhirnya, terjerat utang atau justru tabungan terkuras ludes. Lalu pinjam sana, pinjam sini jadi sebuah tradisi tahunan tiap kali lebaran.

 

Dan tiap usai lebaran, kantong cekak tabungan pun ludes. Maka habiskan saja uang THR. Salam literasi #PegiatLiterasi #UangTHR #TBMLenteraPustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar