Crazy Rich Indonesia lagi ramai nih. Tentang anak-anak muda yang ingin cepat kaya tapi menipu atau merugikan orang lain. Triliunan rupiah “menilap” uang orang lain. Dalihnya, trading atau investasi online. Ada si Indra, ada di Doni yang kini masuk penjara. Akibat investasi illegal, judi online, penipuan, perbuatan curang atau pencucian uang. Apalah namanya, intinya si crazy rich itu pembohong dan merugikan orang lain. Geblek.
Anehnya,
kenapa banyak orang percaya sama yang begituan ya?
Orang-orang
yang tidak literat. Berharap bisa ikut kaya seperti si crazy rich. Biar tekor
asal kesohor. Nilainya juga gila, sampai triliunan rupiah. Ehh ujungnya, boro-boro
bisa dapat hasil investasi. Uang yang diinvestasikan pun tidak bisa
dikembalikan. Jangankan kaya, uang kembali pun tidak. Yah, minimal semua korban
jadi stress. Sambil bertanya ke dalam hati, kok bisa ya? Memang penyesalan
adanya di belakang Bos. Kalau di depan namanya pendaftaran.
Belajar dari
kasus crazy rich Indonesia, berarti ada masalah dengan literasi online di
Indonesia. Banyak orang mudah tertipu secara online. Karena di online, semuanya
mau serba cepat, serba instan. Kerja keras tidak mau tapi pengen
kaya, dari mana? Pengen punya uang banyak tapi kerjanya leha-leha, dari mana? Akibat
tidak paham cara ber-online. Banyak orang lupa, online atau media sosial itu hanya
“dunia tipuan”. Seolah hidup mewah di dunia maya, tapi nyatanya? Silakan di cek sendiri saja, teman-teman
online-nya.
Online memang tidak bisa dihindari. Bahkan kini sudah jadi kebutuhan primer. Tapi
online pun butuh literasi. Harus tahu cara memakainya, untuk apa dan bagaimana?
Apalagi di Indonesia, saat ini menurut KompasTekno dari We Are
Social (23/2/2021), waktu yang dihabiskan orang Indonesia untuk mengakses
internet per hari rata-rata yaitu 8 jam 52 menit. Dan dari 170 juta pengguna
internet di Indonesia, 96,4 persen di antaranya meng-akses melalui smartphone.
Maka
wajar, gara-gara online. Banyak pelajar masuk RS jiwa karena
kecanduan ponsel. Akibat menonton youtube dan main gim online hingga terganggu
kesehatan mentalnya. Tertawa sendiri, sibuk sendiri tapi hanya di dunia maya. Sibuk
mengomentari, sibuk update status bak selebriti online. Maka wajar bila
terganggu mentalnya. Karena kian jauh dari duniay nyata, terkesima dengan dunia
online. Mengerikan sekali.
Penting untuk literasi online. Bahwa dunia online tidak selalu
baik. Bahkan bila mau jujur, online itu lebih banyak jeleknya daripada
bagusnya. Online itu lebih banyak buruknya daripada baiknya. Apalagi untuk
mereka yang terbuai gaya hidup dan popularitas. Hidupnya jadi terlalu
direkayasa, hidup yang kamuflase. Persis seperti si crazy rich yang terjerat
kasus hukum sekarang.
Dunia online itu hakikinya “tidak seindah warna aslinya”. Semuanya
serba rekayasa alias tipuan. Kecuali online yang digunakan untuk keperluan yang
baik, perbuatan yang bermanfaat. Karena itu, jangan terpukau dengan dunia
online. Tetaplah hidup secara manual, hidup di dunia yang sebenarnya. Jangan
cari pahala vuma sebatas online. Tapi tidak pernah melakukan apa pun di dunia
nyata.
Jangan percaya dunia online. Spirit itulah yang diusung Taman
Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Taman bacaan
yang menyediakan akses membaca buku secara manual, bukan online. Agar anak-anak
tetap mampu bersosialisasi, berinteraksi dengan buku secara manual. Termasuk
aktivitas memberantas buta aksara, mengajari anak-anak pra sekolah, mengayomi
anak-anak difabel, dan menyantuni anak-anak yatim dan jompo binaan.
Di taman bacaan, perbuatan baik itu aksi nyata bukan hanya di
dunia maya. TBM Lentera Pustaka meyakini dengan membaca buku, targetnya tidak
ada lagi anak-anak putus sekolah. Tidak ada lagi kaum buta huruf, jangan ada
lagi pernikahan dini. Atau anak-anak yang terjerat narkoba padahal keluarganya
msikin. Maka taman bacaan, adalah satu-satunya “lawan tanding” yang seimbang
untuk dunia online.
Dunia online itu baik. Bila tahu cara pakainya, tahu waktu untuk
memakainya. Dan tetap berpijak pada realitas. Mampu membedakan saat di dunia
nyata, saat di dunia maya. Dan yang terpenting, dunia online itu menipu dan
penuh rekayasa. Maka berhati-hatilah. Agar tidak merugi atau terjerat kasus
hukum akibat perbuatan online.
Siapa pun bisa jadi apa pun di dunia online. Hebat di dunia
maya, keparat di dunia nyata seperti di crazy rich di Indonesia. Bahkan di
dunia online, siapa pun bisa membenci, mencaci atau menyakiti. Online bukan
jadi ladang amal malah jadi ladang dosa.
Jadi, online itu tidak semuanya baik. Bahkan lebih banyak mudarat
daripada maslahat. Jangan percaya dunia online, itu sudah cukup untuk literasi online. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar