Selasa, 08 Februari 2022

Pers di Mata Pegiat Literasi, Apa Masih Objektif?

Ada pertanyaan penting di Hari Pers Nasional tahun 2022 ini. Apakah pers hari ini masih objektif? Tentu jawabnya dapat diperdebatkan. Atau justru jawabnya sangat subjektif, tergantung siapa yang bicara. Soal objektivitas pers hari ini, patut menjadi tema besar insan pers di mana pun. Apalagi di tengah era digital yang kian liar sumber informasinya. Hingga pembaca semakin sulit memilah mana berita yang benar mana yang hoaks?


Sesuai dengan fungsinya, pers atau media bisa jadi satu-satunya pemberi informasi dan berita yang dapat diandalkan. Tempatnya mencari berita yang objektif dan berimbang. Berita yang bersabdar pada fakta dan data di lapangan. Bukan sekedar memenuhi hausnya informasi masyarakat yang kian kepo. Maka, objektivitas pers menjadi sangat penting dipersoalkan kembali.

   

Lalu pertanyaannya, pers yang objektif menurut siapa?

Objektif harusnya bukan hanya berbasis logika. Tapi hati nurani dan etika pun jadi acuan. Berita yang mampu mengungkap keadaan yang sebenarnya. Tanpa dipengaruhi pendapat atau opini di jurnalis atau institusi medianya. Objektivitas pers yang merujuk pada faktualitaas, keadilan, dan bersifat nonpartisan. Karena itu, independensi  pers atau jurnalis harus dikedepankan.Agar setiap berita yang disajikan mampu menjadi informasi yang mencerdaskan dan berdampak positif bagi pembaca. Bukan sebaliknya, justru menimbulkan kebingungan di masyarakat.

 

Apalagi di tengah konstelasi politik yang menguat dan maraknya hoaks, insan pers memiliki tanggung jawab moral untuk mendidik masyarakat. Melalui sajian berita dan informasi yang objektif. Berita yang mampu menjawab simpang siurnya berita atau “ketidakpastian” kondisi di lapangan. Pers yang objektif, sekaligus jadi saran pembelajaran bagi masyarakat. Tentang objektivitas dan cara pandang melihat persoalan kehidupan.

 

Tidak dapat dipungkiri, berita itu ada yang sesuai fakta. Ada pula yang tidak sesuai fakta. Karena itu, insan pers harus berdiri di tengah. Tidak memihak dan tetap berimbang untuk menyajikan berita apa pun. Di era serba digital seperti sekarang, justru satu-satunya sumber informasi yang valid adalah pers atau media. Namun bila objektivitas pers sudah terkontaminasi, lalu ke mana lagi masyarakat bisa mencarinya?

 


Objektivitas pers memang patut dikedepankan. Agar masyarakat pun mampu melihat suatu peristiwa dari sudut pandang yang benar. Karena berita yang baik belum tentu benar. Berita apa pun harus terbebas dari kepentingan insan pers atau institusi medianya. Berita tidak perlu mengejar siapa yang salah pada satu kasus. Tidak perlu pula berita menyudutkan pihak tertentu. Karena berita hanya menyajikan fakta dan data yang sebenarnya.

 

Westerstahl dalam McQuail (2005) tentang objektivitas pers harus menjunjung tinggi dua hal, yaitu 1) faktualitas yang bertumpu pada kebenaran dan relevansi dan 2) keadilan yang bertumpu pada keberimbangan dan netralitas. Maka berita yang objektif tidak cukup hanya benar dan relevan bila tidak memenuhi berimbang dan netral. Karena itu, berita apa pun harus bersifat faktual dan adil. Bukan berita yang menyesatkan atau berita yang tidak didasari iktikad baik.

 

Berita, tentu bukan hanya harus cepat dan harus terdistribusi luas. Tapi berita pun harus akurat dan valid. Karenanya, setiap insan pers harus berani menyingkirkan segala hal subjektif. Tetap netral dan proposrsional dalam pemberitaan. Berita yang tidak harus memojokkan pihak tertentu. Sebagai pembelajaran kepada masyarakat akan pentingnya sikap objektif.

 

Sejatinya, berita bukan hanya untuk diketahui. Melainkan harus dipahami sebagai kebenaran informasi. Objektivitas berita jadi indikator penting media masssa. Tanpa objektivitas, kualitas informasi yang diberitakan pun jadi bermasalah. Berita yang tidak patut dipercaya karena 1) beritanya tidak komprehensif dan tidak mencerdaskan, 2) beritanya kurang akurat dan tidak jujur, dan 3) beritanya tidak berimbang dan tidak adil. Maka kualitas berita menjadi penting dijaga setiap insan pers di mana pun dan media apa pun. Bukan hanya mengejar berita yang sensasional tanpa esensi.

 

Sejatinya, berita yang objektif mampu memberi dampak positif bagi masyarakat. Berita yang memicu respon positif untuk menjadikan tatanan masyarakat yang lebih baik. Bukan berita yang gampang “digoreng” ke sana ke mari. Bertebaran jadi hoaks tanpa bisa dipertanggungjawabkan. Itulah peran insan pers dan media massa untuk terus menyuarakan kebenaran yang hakiki, tanpa keberpihakan sedikit pun. Untuk menyajikan berita, bukan cerita.

 

Jadi, apakah pers hari ini masih objektif? Selamat Hari Pers Nasional #HariPersNasional #JurnalistikTerapan #IndonesiaMembaca

1 komentar:

  1. Hello I am from gacorteros.com, I was reading your article and it very useful for me,
    Thanks for sharing this useful information. you are a talented writer, if u have free time u can visit my website too :)

    BalasHapus