Ada pertanyaan penting di Hari Pers Nasional tahun 2022 ini. Apakah pers hari ini masih objektif? Tentu jawabnya dapat diperdebatkan. Atau justru jawabnya sangat subjektif, tergantung siapa yang bicara. Soal objektivitas pers hari ini, patut menjadi tema besar insan pers di mana pun. Apalagi di tengah era digital yang kian liar sumber informasinya. Hingga pembaca semakin sulit memilah mana berita yang benar mana yang hoaks?
Sesuai dengan fungsinya,
pers atau media bisa jadi satu-satunya pemberi informasi dan berita yang dapat
diandalkan. Tempatnya mencari berita yang objektif dan berimbang. Berita yang bersabdar
pada fakta dan data di lapangan. Bukan sekedar memenuhi hausnya informasi
masyarakat yang kian kepo. Maka, objektivitas pers menjadi sangat penting
dipersoalkan kembali.
Lalu pertanyaannya, pers yang objektif
menurut siapa?
Objektif harusnya bukan hanya berbasis logika.
Tapi hati nurani dan etika pun jadi acuan. Berita yang mampu mengungkap keadaan yang sebenarnya.
Tanpa dipengaruhi pendapat atau opini di jurnalis atau institusi medianya. Objektivitas
pers yang merujuk pada faktualitaas, keadilan, dan bersifat nonpartisan.
Karena itu, independensi pers atau jurnalis harus dikedepankan.Agar
setiap berita yang disajikan mampu menjadi informasi yang mencerdaskan dan
berdampak positif bagi pembaca. Bukan sebaliknya, justru menimbulkan
kebingungan di masyarakat.
Apalagi di tengah konstelasi politik yang
menguat dan maraknya hoaks, insan pers memiliki tanggung jawab moral untuk
mendidik masyarakat. Melalui sajian berita dan informasi yang objektif. Berita
yang mampu menjawab simpang siurnya berita atau “ketidakpastian” kondisi di lapangan.
Pers yang objektif, sekaligus jadi saran pembelajaran bagi masyarakat. Tentang
objektivitas dan cara pandang melihat persoalan kehidupan.
Tidak dapat dipungkiri, berita itu ada
yang sesuai fakta. Ada pula yang tidak sesuai fakta. Karena itu, insan pers harus
berdiri di tengah. Tidak memihak dan tetap berimbang untuk menyajikan berita apa
pun. Di era serba digital seperti sekarang, justru satu-satunya sumber
informasi yang valid adalah pers atau media. Namun bila objektivitas pers sudah
terkontaminasi, lalu ke mana lagi masyarakat bisa mencarinya?
Objektivitas pers memang patut dikedepankan.
Agar masyarakat pun mampu melihat suatu peristiwa dari sudut pandang yang
benar. Karena berita yang baik belum tentu benar. Berita apa pun harus terbebas
dari kepentingan insan pers atau institusi medianya. Berita tidak perlu
mengejar siapa yang salah pada satu kasus. Tidak perlu pula berita menyudutkan
pihak tertentu. Karena berita hanya menyajikan fakta dan data yang sebenarnya.
Westerstahl dalam
McQuail (2005) tentang objektivitas pers harus menjunjung tinggi dua hal, yaitu
1) faktualitas yang bertumpu pada kebenaran dan relevansi dan 2) keadilan yang
bertumpu pada keberimbangan dan netralitas. Maka berita yang objektif tidak
cukup hanya benar dan relevan bila tidak memenuhi berimbang dan netral. Karena
itu, berita apa pun harus bersifat faktual dan adil. Bukan berita yang menyesatkan
atau berita yang tidak didasari iktikad baik.
Berita, tentu bukan hanya harus cepat dan
harus terdistribusi luas. Tapi berita pun harus akurat dan valid. Karenanya, setiap
insan pers harus berani menyingkirkan segala hal subjektif. Tetap netral dan
proposrsional dalam pemberitaan. Berita yang tidak harus memojokkan pihak tertentu.
Sebagai pembelajaran kepada masyarakat akan pentingnya sikap objektif.
Sejatinya, berita bukan hanya untuk
diketahui. Melainkan harus dipahami sebagai kebenaran informasi. Objektivitas berita
jadi indikator penting media masssa. Tanpa objektivitas, kualitas informasi yang
diberitakan pun jadi bermasalah. Berita yang tidak patut dipercaya karena 1) beritanya
tidak komprehensif dan tidak mencerdaskan, 2) beritanya kurang akurat dan tidak
jujur, dan 3) beritanya tidak berimbang dan tidak adil. Maka kualitas berita
menjadi penting dijaga setiap insan pers di mana pun dan media apa pun. Bukan
hanya mengejar berita yang sensasional tanpa esensi.
Sejatinya, berita yang objektif mampu memberi
dampak positif bagi masyarakat. Berita yang memicu respon positif untuk
menjadikan tatanan masyarakat yang lebih baik. Bukan berita yang gampang “digoreng”
ke sana ke mari. Bertebaran jadi hoaks tanpa bisa dipertanggungjawabkan. Itulah
peran insan pers dan media massa untuk terus menyuarakan kebenaran yang hakiki,
tanpa keberpihakan sedikit pun. Untuk menyajikan berita, bukan cerita.
Jadi, apakah pers hari ini masih objektif?
Selamat Hari Pers Nasional #HariPersNasional #JurnalistikTerapan #IndonesiaMembaca
Hello I am from gacorteros.com, I was reading your article and it very useful for me,
BalasHapusThanks for sharing this useful information. you are a talented writer, if u have free time u can visit my website too :)