Musuh itu ada di mana-mana. Dan tidak ada satu pun orang yang tidak punya musuh. Karena musuh itu ada yang terang-terangan, ada pula yang sembunyi-sembunyi. Musuh itu seperti uang logam, di depan lain di belakang lain. Itulah musuh, sesuatu yang nyata ada.
Musuh
itu “lawan” dalam segala bentuknya. Bisa
berbentuk kawan, bisa pula tandingan. Atau segala sesuatu yang sifatnya
mengancam atau merusak. Prinsip sederhana musuh adalah penyakit tertua di dunia
ini, yaitu iri atau dengki. Tidak suka, tidak senang dan teman-temannya. Hanya
saja, cara kerja musuh hari ini begitu canggih. Bisa lewat media sosial, bisa
ada di grup WA. Bertindak seperti kawan tapi pikirannya memusuhi, membenci.
Fitnah, gibah, hoaks, kepo, dan gosip itu ciri-ciri musuh nyata. Seperti uang
logam, di depan ngomongnya lain di belakang pun lain lagi.
Maka,
siapa pun dan di mana pun harus hati-hati terhadap setiap musuh. Musuh pun
jangan dihindari apalagi dilawan. Karena musuh di mana pun bersifat merusak. Sehingga
satu-satunya cara untuk menghadapi musuh adalah dengan terus berkarya dan menunjukkan
prestasi. Tetap bertindak baik dan tidak perlu mempedulikan si musuh. Kita hanya bisa mengendalikan diri sendiri. Dan sama
sekali tidak bisa mengendalikan si musuh. Begitulah cara bersikap untuk musuh
atau siapa pun yang memusuhi kita.
Musuh
itu lazim terjadi ada ada. Karena di dunia ini, isinya hanya ada hal-hal yang
"mereka sukai" dan ada pula hal-hal yang "mereka tidak
disukai." Tujuannya sederhana, mereka hanya ingin mengubah dunia atau
orang seperti yang mereka pikirkan. Maka siapa pun yang jadi targetnya, bila
tidak sesuai dnegan pikirannya. Maka akan terus dijadikan musuhnya. Musuh pun
kerjanya hanya mengintip laju orang lain. Selalu kepo. Musuh itu, semua pikiran
dan perilakunya sia-sia. Tidak produktif dan tidak mampu melakukan apa pun.
Lalu berceloteh banyak di media sosial.
Tidak
terkecuali, taman bacaan dan pegiat literasi pun dihantui banyak musuh. Yaitu
orang-orang yang tidak suka terhadap aktivitas literasi yang dilakukan taman
bacaan. Karena itu, taman bacaan atau pegiat literasi patut mengenali “musuh-musuhnya”,
yang kerjanya merusak atau mengganggu kegiatan literasi yang dijalankan.
Beberapa perilaku musuh di taman bacaan atau pegiat literasi, antara lain:
1. Melarang anak-anak untuk membaca buku di
taman bacaan.
2. Menebar fitnah atau gosip buruk dan tidak
berdasar terhadap taman bacaan atau pegiat literasi yang aktif di dalamnya.
3. Merusak fasilitas yang ada di taman
bacaan, baik bangunan, rak buku atau buku-bukunya.
4. Bersikap dan berperilaku memusuhi taman
bacaan, tidak pernah mau membantu bahkan apatis.
5. Selalu mencari cara untuk mengganggu berbagai
aktivitas di taman bacaan.
Jadi,
sekalipun aktivitas taman bacaan bersifat sosial dan baik. Tapi tetap saja ada
musuhnya, Pegiat literasi di mana pun harus memahami keadaan tersebut. Agar tidak
mudah putus asa, tidak menggubris apa pun yang dilakukan musuh. Untuk selalu ingat
dan fokus pada tujuan besar literasi. Yaitu menyediakan akses bacaan kepada anak-anak
dan menjadi sentra pemberdayaan masyarakat. Jangan membuang waktu untuk meladeni
musuh-musuh taman bacaan. Teruslah berkarya dan berbakti di taman bacaan. Biarkan
alam dan waktu yang akan membuktikannya.
Musuh,
di mana pun. Selalu cara untuk menyusahkan orang lain. Selalu tidak suka orang
lain berhasil. Sifat dasar musuh adalah sangat bernafsu untuk mengubah dunia.
Agar dunia ini berjalan sesuai dengan pikiran dan ocehan mereka, sesuai cara
pandang mereka. Siapa yag tidak disenanginya harus kalah. Dan dia harus menang.
Mereka rela bertarung sekuat tenaga untuk menaklukkan dunia. Ambisi, cita-cita
dan kekuatannya dikerahkan agar dunia bisa berputar sesuai hasratnya, sesuai
keinginannya. Karena di mata musuh, hanya ada dua tipe manusia di hadapannya, yaitu:
1) orang lain yang bisa jadi "sumber kesenangan dan kebahagiaannya"
atau 2) orang lain yang dianggap akan "mendatangkan derita, kepahitan dan kefrustrasiannya."
Itulah spirit orang-orang yang memusuhi atau gemar bermusuhan.
Musuh, tidak perlu disesali. Tapi cukup
dijadikan pelajaran dan ambil hikmanya. Bahwa setiap perbuatan baik selalu ada
musuhnya. Selalu ada orang yang tidak suka. Entah, apa alasannya? Karena itu, taman
bacaan atau pegiat literasi jangan pernah mau ikut “permainan” yang diperagakan
para musuh. Jangan ikut menabuh gendering perang para musuh. Jangan ikut benci
atau marah, karena segala sifat dan perialku buruk itu memang tugas musuh.
Bukan pegiat literasi yang ada di taman bacaan.
Terlepas dari itu semua, banyak orang
menyangka musuh itu ada di orang lain. Padahal musuh sebenarnya ada di diri
sendiri. Siapa pun yang mudah marah, gampang iri, atau tidak suka orag lain
berhasil, justru musuhnya ada di diri sendiri. Seperti di taman bacaan, apa pun
musuhnya apa pun kendalanya, jadikan semuanya untuk introspeksi diri, untuk memperbaiki diri.
Karena sejatinya, siapa pun tidak dapat
mengontrol orang lain. Kita dan siapa pun hanya mampu mengontrol dirinya
sendiri. Jadi siapa musuh kamu? Hanya diri kamu sendiri. Bukan orang lain. Siapa pun musuhnya, tetaplah berbuat dan berkata
baik. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar