Menjejak tahun 2022 ini, tiga perguruan tinggi lakukan kolaborasi dalam kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) bertema “Peningkatan Kualitas Manajemen Kelas melalui Implementasi Kepemimpinan Situasional (Situational Leadership) dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar” pada 6-7 Januari 2022 di SDN 1 Mandalajaya, Kec. Maleber, Kab. Kuningan, Jawa Barat. Kegiatan ini diikuti puluhan guru dari berbagai sekolah dasar.
Bertindak sebagai narasumber dari 3
perguruan tinggi, yaitu 1) Dr. Donna Sampaleng, M.Pd.K dari STT IKAT Jakarta, 2)
Dr. Baharuddin, M.Pd., dari Universitas Islam 45 Bekasi, dan 3) Dr. Yuyun
Elizabeth Patras, M.Pd., dan Dr. Rais Hidayat, M.Pd., dari Universitas Pakuan
Bogor yang juga adalah Pelatih Ahli Sekolah Penggerak. Adapun materi yang dipaparkan berkaitan dengan pentingnya kepemimpinan guru yang mencakup: 1) Tantangan
Pembelajaran abad 21, Era Industri 4.0, Society 5.0 dan Pandemi Covid 19, 20 Manajemen Kelas
Berorientasi Keterampilan Abad 21, 3) Implementasi Kepemimpinan Situasional (Situational Leadership) dalam
Pembelajaran di Sekolah Dasar, dan 4) Praktik Manajemen Kelas Berbasis
Kepemimpinan Situasional.
Dr. Donna Sampaleng menegaskan bahwa
kepemimpinan guru perlu diperkuat karena tantangan di abad 21 dan industri 4.0
semakin berat. “Guru yang memiliki kepemimpinan yang kuat akan mampu
memengaruhi peserta didik untuk beradaptasi dengan berbagai perubahan di abad
21,” ujar doktor majamen pendidikan lulusan Universitas Negeri Jakarta yang
meneliti mutu terpadu pendidikan ini.
Arti penting kepemimpinan guru juga
disampaikan oleh Dr. Baharuddin. Menurut pria kelahiran Makasar ini, agar guru
efektif dalam melaksanakan kepemimpin di dalam kelasnya, maka guru harus
menguasai berbagai teori kepemimpinan, khususnya kepemimpinan situasional.
“Guru harus tahu memperlakukan peserta didik sesuai kematangannya sehingga
tidak menyamaratakan perlakuan, itulah kepemimpinan yang harus dikuasai guru,”
tegas dosen Unisma 45 Bekasi ini.
Sementara itu, Dr. Yuyun Elizabeth Patras
memberikan praktik nyata bagaimana mengimplementasikan kepemimpinan situasional
di dalam kelas. Pada sesi ini beberapa simulasi penanganan peserta didik sesuai
kematangannya dengan detail dibahas dan dipraktikan. “Bapak Ibu guru jangan
lagi memperlakukan peserta didik dengan cara yang sama, karena mereka memiliki
kematangan yang berbeda-beda, itulah yang disebut pembelajaran
terdeferensiasi,” ujar wanita kelahiran Ternate ini.
Pada sesi penutup, Dr. Rais Hidayat
menyampaikan bahwa kegiatan PKM sangat penting untuk membangun kolaborasi
antara perguruan tinggi dengan sekolah dasar sebagai ujung tombak pendidikan.
Melalui kegiatan PKM, maka perguruan tinggi menjadi menara air yang mampu
memberikan manfaat bagi masyarakat. “Semoga kegiatan ini bermanfaat untuk
peningkatan mutu pendidikan,” ujar pria kelahiran Kuningan, Jawa Barat ini.
Dalam kesempatan ini, kolaborasi PKM
dari 3 perguruan tinggi ini pun memberikan tali kasih berupa uang tunai untuk memperbaiki
toilet dan taman sekolah. Selain berjalan lancar, para guru yang menjadi
peserta pun sangat antusias. Bahwa kegiatan pelatihan kepemimpinan guru ini sangat
tepat dan perlu dilakukan secara berkelanjutan. “Kami mewakili guru-guru di
sini sangat senang dengan kegaiatan pelatihan ini, sangat kami tunggu kegiatan
lanjutanya,” ujar Wawan Arusdiawan, S.Pd., guru SDN Giriwaringin, Kec. Maleber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar