Tangis Bu Tejo pun pecah. Air matanya
mengalir Sebagai tanda syukur. Saat ia pada akhirnya bisa membaca dan menulis, Setelah
belajar di GErakan BERantas BUta aksaRA (GEBERBURA) TBM Lentera Pustaka di kaki
Gunung Salak Bogor. Maklum puluhan tahun Bu Tejo buta huruf. Tidak ada yang mau mengajari. Tidak peduli
pada dirinya sebagai kaum dari kalangan miskin. Kini setelah dua tahun lebih belajar
baca-tulis. Bu Tejo pun terbebas dari belenggu buta huruf.
Bu Tejo yang buta huruf.
Mungkin hanya potret sebagian kecil kaum buta huruf yang ada di bumi Indonesia.
Tapi semangat untuk belajar dan motivasi untuk bisa baca-tulis telah mematahkan
rasa frustrasi yang dimilikinya. Ia hanya ingin bisa tulis. Tidak lebih dari itu.
Agar lebih bermartabat di mata anaknya. Bukan di mata orang lain. Bu Tejo hanya
tahu, belajar itu perbuatan baik. Maka ia pelihara semangat untuk tetap belajar.(Simak
Tonigh Show NET TV: https://www.youtube.com/watch?v=kDG0kGBSK3I)
Mungkin bagi Bu Tejo, belajar baca
tulis pun hanya mengisi waktu luang. Sebagai ibu rumah tangga sekaligus bekerja
sebagai pembantu yang hanya masuk kerja 3 kali seminggu. Dengan belajar pun, Bu
Tejo terhindar dari perilaku senang menggunjing atau gibah. Terhindar dari ngobrol
hal-hal yang tidak ada manfaatnya. Karena sebagai orang kampung, Bu Tejo yakin tidak
ada orang yang punya sifat dan karakternya. Tapi karena punya waktu luang
itulah jadi sebab menggunjing. Prinsip Bu Tejo sederhana. Sibukkan diri untuk
belajar dan berbuat baik. Agar tidak ada waktu untuk yang sia-sia.
Maka tuntutlah ilmu hingga ke negeri
cina, begitu kata pepatah populer. Bu Tejo pun telah menjalankannya. Karena
ajaran agama pun menegaskan tiap manusia untuk selalu menuntut ilmu
yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Ada pesan penting di situ, siapa
pun harus selalu belajar dan orang berilmu pun harus mengajarkan.
Tidak ada ILMU tanpa
diamalkan. Maka siapapun yang merasa ber-ilmu harus mengamalkan ilmunya. Karena
bila tidak akan membahayakan dirinya. Mencari ilmu memang wajib. Tapi megamalkan
ilmu yang dimiliki lebih wajib. Karena ilmu bukan hanya untuk menambah
pengetahuan. Apalagi memenuhi nafsu dunia lalu sibuk mementingkan diri sendiri.
Sangat keliru bila mengira ilmu tanpa amal akan bisa menyelamatkan dan
mendatangkan kebahagiaan. Siapa bilang ilmu itu tidak butuh diamalkan? Sangat
keliru pendapat itu.
Orang memiliki ilmu. Diperintahkan
untuk mengamalkan ilmunya dalam kehidupan nyata. Mengajarkan ilmunya kepada
orang lain. Seperti sabda Nabi Muhammad SAW, "Manusia yang paling
berat mendapatkan siksa di hari kiamat, yaitu orang yang mempunyai ilmu, namun
tidak memberi manfaat atas ilmunya."
Memang tidak mudah. Bagi orang berilmu menerima
nasihat. Karena nasihat bagi orang berilmu yang menuruti hawa nafsunya terasa
pahit. Orang-orang yang terlalu mencintai hal-hal yang dilarang oleh hatinya.
Siapa pun yang memiliki ilmu. Maka amalkanlah,
ajarkanlah orang lain. Sebagai sebab berkahnya ilmu. Karena ilmu tidak akan berkah bila disembunyikan. Ilmu yang dimiliki tapi sia-sia.
Sejatinya, puncak keilmuan seseorang
adalah saat ilmu itu bermanaat untuk orang lain, bukan untuk diri sendiri. Salam
literasi #GeberBura #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #PegiatLiterasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar