Selasa, 06 April 2021

Literasi Kopi: Tidak Ada Masalah yang Tidak Ada Jalan Keluar

Sebagian besar orang, justru cenderung stres saat pandemi Covid-19. Akibat WFH dan kelamaan di rumah. Belum lagi melawan rasa jenuh setiap hari. Maklum pandemic Covid-19 sudah melebihi satu tahun. Maka wajar pandemic Covid-19 makin bikin segala sesuatunya lebih rumit. Stres, jenuh, gelisah, bahkan takut.

 

Konsekuensinya, emosi jadi labi;. Keadaan jadi serba tidak pasti. Tekanan darah jadi meningkat. Pembuluh darah bisa jadi tambah sempit. Akhirnya, imunitas tubuh pun menurun. Dan akhirnya jadi rentan, masalah Kesehatan pun muali terusik.

 

Lalu, kawan saya bertanya. Bagaimana cara mengusir stress di masa pandemic Covid-19?

Saya pun menjawab sederhana. Ngopi-lah sejenak. Karena kopi menjadikan siapa pun lebih rileks, lebih santai. Tentu ngopi dengan protokol kesehatan.

 

Sebut saja kaum penikmat kopi. Seakan tiada hari tanpa ngopi. Dan ngopi itu bukan soal harganya. Tapi maknanya yang luar biasa. Karena aroma khas kopi begitu menenangkan. Pikiran jadi lebih rileks. Apalagi seteguk kopi, pasti semuanya kembali stabil. Alias netral. Maka stress pun pergi. Galau gelisah pun menyingkir. Apapun masalah hidup, tidak boleh membelenggu kaum penikmat kopi.

 

Kok bisa, secangkir kopi mengusis stress?

Begini skemanya. Pada secangkir kopi itu selalu ada pelajaran hidup. Kopi bisa manis, bisa pula pahit. Kopi itu bersifat manasuka. Hidup pun tidak selalu manis. Kadang ada pahitnya. Nah hebatnya secangkir kopi. Siapa pun penikmatnya selalu bisa melewati semua keadaan. Hingga tercipta kenikmatan yang tidak terhingga.

 


Kaum penikmat kopi itu sadar betul.

Bahwa kopi, punya kelebihan tanpa perlu dibicarakan. Kopi juga punya kekurangan, tanpa perlu diperdebatkan. Sangat manusiawi, bila ada kelebihan pasti ada kekurangan. Ada yang plus ada pula minus. Maka saat ngopi, ada pesan untuk menikmati segalanya. Apa pun kondisinya.

 

Rileks. Seperti kaum penikmat kopi. Saat pesan kopi di warung. Sama sekali tidak peduli. Pelayan mau jutek boleh, galak pun boleh. Apalagi ramah dan santun. Kaum penikmat kopi rikeks saja. Tidak perlu ada gelisah atau marah. Karena di mata kaum penikmat kopi. Di dunia ini hanya dua tipe manusia. Yaitu 1) mereka yang reaksinya negatif. Pikirannya jelek, sikapnya memghasut, dan perilakunya marah-marah bahkan menebar fitnah atau 2) mereka yang reaksinya positif. Pikirannya bagus, sikapnya bijaksana dan perilakunya rileks, enjoy saja.

 

Satu hal yang patut diacungi jempol. Dari kaum penikmat kopi.

Bahwa siapa pun tidak bisa mengontrol pikiran dan perilaku orang lain. Tapi kaum penikmat kopi hanya bisa mengontrol dirinya sendiri. Ngopi itu yang penting "substansi" bukan "reaksi". Karena pada secangkir kopi, tidak boleh ada orang lain yang ikut menentukan cara kita dalam bertindak. Kaum penikmat kopi itu bisa tetap sejuk di tempat yang panas. Tetap merasa kecil meskipun telah menjadi besar. Tetap tenang di tempat gaduh sekalipun.

 

Kaum penikmat kopi selalu berpesan.

Nikmatilah hidupmu, manis atau pahit. Agar tetap rileks dalam situasi apapun. Karena sejatinya, tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikam. Karena semuanya terjadi atas kehendak Alllah SWT.

 

Maka ngopilah sejenak. Agar tidak stress, tidak gelisah. Karena ngopi, selalu mengajarkan. Untuk tidak terburu-buru dalam menjalani sesuatu. Tapi nikmati saja apa yang ada, seperti saat meneguk secangkir kopi. Salam literasi #KaumPenikmatKopi #FilosofiKopi #LiterasiKopi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar