Literasi paling sederhana itu “kerjakan yang baik, tinggalkan yang buruk”.
Kalimat
sederhana tapi jelas. Tanpa dalih tanpa alasan. Selagi itu kebaikan dan
bermanfaat untuk orang lain, maka kerjakanlah. Smabil diam boleg, sambil
berisik pun tidak masalah. Asal itu kebaikan,kebajikan. Bukan keburukan, bukan
kejelekan, bukan pula gossip atau ngomongin orang.
Karena
setiap perbuatan baik sekecil apa pun akan Kembali kepada yang melakukannya.
Dan kebrukan sekecil apa pun yang ditebarkan, maka akan Kembali pula kepada yang
mengerjakannya. Jadi tinggal pilih, mau yang baik atau buruk? Itu semua ada
konsekuensinya.
Tidak
usah berdalih lagi. Setiap perbuatan baik pasti berdampak positif, maka
kerjakanlah. Akan tetapi pekerjaan buruk yang sia-sia bahkan berdampak negatif,
maka jauhilah.
Seperti
yang dilakukan di taman bacaan. Itulah perbuatan baik.
Mulai
dari memberi akses bacaan kepada anak-anak. Mengecek kartu baca, menemani
membaca hingga mengajarkan adab kebaikan seperti salam, cium tangan, hingga
antre. Atau mengajar ibu-ibu buta aksara pun perbuatan baik. Dari yang tadinya
tidak bisa menulis nama, membuat tanda tangan hingga membaca kata. Akhirnya
kini, kini mereka bis abaca bisa tulis. Maka selagi baik, maka kerjakanlah.
Di
taman bacaan tidak ada politik, tidak ada pula kebencian. Yang ada hanya
ikhtiar, bagaimana cara anak-anak di masa penademi Covid-19 yang harus belajar
dari rumah tapi tetap bisa membaca buku. Ibu-ibu buta aksara tetap dapat
belajar baca tulis agar tidak lupa dan lebih bermartabat di mata anaknya.
Bahkan anak-anak yatim yang dibina agar tetap bisa belajar, tidak putus
sekolah. Itulah yang dilakukan di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor.
Dan
ketahuilah, setiap perbuat baik itu jarang diingat. Tapi setiap perbuatan buruk
justru jarang dilupakan. Tetaplah menebar kebaikan, di mana pun dan hingga kapan
pun.
Man
Jadda Wajada, “siapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan mendapatkannya”.
Salam literasi #KampanyeLiterasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar