Saat ditanya, siapa yang paling gampang mengumbar
komentar di dunia ini?
Sebagian besar jawabnya pasti “netizen”. Netizen itu
sebutan untuk orang yang aktif di dunia maya. Netizen, istilahnya "warga internet" atau
citizen of the net. Akibat ponsel ada di genggaman tangannya, netizen
begitu mudahnya memainkan jari-jemarinya. Berceloteh, mengoceh, bila perlu menghakimi
orang lain. Tentang apa saja, tentang apa pun.
Di kalangan netizen. Ada anekdot
yang menyebut “netizen maha benar”. Atau netizen selalu benar. Itu berarti,
netizen tidak pernah salah. Anekdot itu pula yang menjadikan netizen merasa
boleh mengomentari apapun. Tiap ada masalah atau info terkini di negeri ini,
netizen buru-buru menyerbu. Semua linimasa media sosial, entah
instagram, facebook, twitter, dan sejenisnya
dibanjiri komentar netizen. Di situlah, kadang netizen itu menyebalkan, bahkan
menjengkelkan.
Apakah netizen itu maha benar?
Menurut saya, jelas tidak. Malah netizen bisa jadi “biang
kerok” kegaduhan. Tahu sedikit tapi komentar banyak. Berlaku sok bijak tapi
berharap mencari-cari kesalahan orang. Bersikap seperti benar tapi lupa kesalahannya
sendiri. Berbagi berita seakan bertanya padahal menyebarkan hoaks. Berceloteh
di media sosial seakan menuntut klarifikasi, entah kepada siapa? Jadi netizen,
menurut saya, bukan maha benar tapi maha sok tahu. Tidak benar tapi sok tahu,
netizen netizen.
Ada beberapa cara kerja netizen di media sosial. Bila
ditelusuri, perilaku netizen di media sosial bisa dideteksi. Hal yang paling
kentara adalah “mengomentari hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dikomentari”.
Urusan pribadi orang, urusan kebijakan negara, bahkan urusan berita yang belum
pasti kebenarannya pun buru-buru dikomentari. Wajar bila netizen di negeri ini
dikenal sebagai "kaum paling cerewet di media sosial",
berada di urutan ke-5 dunia, melebihi Tokyo dan New York sekalipun.
Ciri lain netizen adalah terlalu mudah menghujat dan
menyalahkan. Apapun soalnya, netizen buru-buru mncari salahnya lalu menghujat
sebebas-bebeasnya. Atas nama hak asasi manusia, netizen merasa boleh
berkomentar apapun. Begitu dinasihat, langsung menjawab sambil nolot “mulut
mulut gue, pikiran pikiran gue, usil ama lo…”. Begitulah kata netizen yang sok
tahu. Bersikap nyinyir dan gemar meninggalkan hujatan di mana-mana. Apalagi
kepada orang-orang yang ‘tidak sealiran” dengannya. Beragam postingan
dikomentari sekehendak hati netizen. Mulai dari nyinyir, menyalahkan, membenci
hingga menghina sekalipun.
Hebatnya lagi, netizen itu seperti “tukang
debat”. Ada saja yang dikomentari dan diperdebatkan. Salaing berbalas komentar
untuk hal yang tidak penting-penting amat. Netizen yang saling adu argument,
berdebat agar dibilang ilmiah. Padahal itu semua omong kosong dna tidak berbobot.
Kita sering lipa, netizen itu punya banyak masalah. Nah, berdebat itulah yang
jadi pelariannya.
Netizen itu bukan maha benar. Tapi maha
sok tahu.
Tiap kali ada berita atau soal yang tidak
disukainya. Netizen buru-buru mencari atau mention teman senasib, teman
sealiran. Netizen yang merasa jadi “korban” lalu cari teman senasib. Itu bukti
bahwa netizen itu banyak yang tipikal “baperan”, sulit menerima realitas. Mereka
hanya mau keadaan seperti apa yang diinginkannya. Mungkin kalau boleh, netizen
pun ingin hidup di surga sendiri. Tidak boleh ada orang lain yang menemaninya,
apalagi yang tidak sealiran.
Perilaku netizen paling konyol kian
tampak. Netizen seringkali berkomentar tapi belum membaca. Dia sendiri tidak
tahu “duduk persoalannya”. Tapi hebatnya, langsung komentar dan menyerang
siapapun yang perlu disalahkan menurut dia. Netizen yang bilang “jangan menilai
buku dari sampulnya’. Tapi dia sendiri yang “menguliti” isi buku gara-gara sampulnya.
Ujung-ujungnya, si netizen pun sering enggak nyambung, suka salah fokus. Jadi,
OOT (out of topic) itu ciri terhebat dari netizen. Bawaannya ke personal dan
emosional. Saran yang paling pas untuk netizen adalah “perbanyak baca buku”,
bukan perbanyak nonton tv atau ngomongin orang.
Jadi jelas, netizen itu bukan maha benar.
Tapi maha sok tahu. Giliran hal yang tidak disukai, dia buru-buru komentar. Giliran
tidak punya uang, si netizen jadikan media sosial untuk berdagang. Medsos yang
dipakai untuk jualan biasanya punya netizen. Tapi di balik itu, netizen bila
lagi benar. Mereka pun gemar mengajak kebaikan di media sosial. Sekalipun
menjengkelkan, netizen tergolong peka dan suka menasihati orang lain. Walau dirinya
sendiri susah dinasihati. Asal ada orang posting foto
dengan pakaian seksi atau sedang pacaran. Netizen pasti akan berkomentar “aurat
jangan diumbar ke orang-orang dong” atau “semoga lekas diberi hidayah ya…”. Makin
terbukti, netizen itu maha sok tahu bukan maha benar.
Jadi, apa yang saya mau katakan
tentang netizen?
Berhati-hatilah pada
netizen. Karena bila tidak sepaham dengan netizen maka dia akan menyerang
habis-habisan. Karena netizen itu sangat militan, spartan, dan loyalis sejati.
Mampu berkomentar seenak pikirannya.
Dan yang paling hebat dari netizen adalah
“ilmu pengetahuan” yang dimiliknya seakan melebihi buku ensiklopedia. Netizen itu tahu segala hal walau hanya sedikit saja lalu
berkoar-koar di media sosial. Seperti orang benar. Netizen itu maha sok tahu.
Netizen suka lupa. Ada
tiga hal yang tidak bisa disembunyikan dalam hidupnya, yaitu matahari, bulan,
dan kebenaran … #LiterasiMediaSosial #BudayaLiterasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar