Jauhi
Rasionalisasi Semu Pendidikan Indonesai, Diskusi Pedagogik IKA UNJ
Bertajuk
“Mengenali
Sumber Persoalan Bottleneck Pendidikan Nasional Untuk Melampangkan Jalan Napas
Pendidikan Indonesia”, Forum Diskusi Pedagogik IKA UNJ menggelar diskusi
bulanan secara daring terkait sistem pendidikan di Indonesia. Dibuka oleh Dr.
Komarudin Sahid, M.Si sekali Rektor UNJ, menegaskan bahwa pendidikan adalah
persoalan besar bangsa Indonesia yang terus-menerus berdinamika dan harus
dicarikan solusinya.
Menghadirkan dua tokoh pendidikan Indonesiaa, yaitu 1) Prof. Dr.
Sutjipto, Rektor UNJ 1997-2005/Direktur Pascasarjana Univ. Pancasila dan 2) Prof.
Dr. Yoyon Suryono, Guru Besar UNY kian menegaskan adanya ketidak-fungsian dalam
sistem pendidikan. Dipandu moderator Abdulllah Taruna, diskusi pedagodik yang dihadiri 56
peserta ini terbilang sangat mencerahkan karena mampu memetakan persoalan
mendasar yang dihadapi dunia pendidikan, apalagi di masa pandemo Covid-19.
“Saya
menyebutnya bukan bottleneck tapi lebih tepatnya entropi, ada energi yang tidak
berfungsi. Maka bila dibiarkan akan berkembang menjadi kehancuran dunia
pendidikan. Maka dari itu, kini saatnya semua pihak utamanya pemerintah harus
muali memperlancar komunikasi dan koordinasi agar masalah pendidikan perlahan
dapat dicarikan jalan keluar” ujar prof. Dr. Sutjipto dalam paparannya.
Karena
memang faktanya, anggaran pendidikan di Indonesia yang lumayan besar 20% atau
500-an triliun tidak memberi dampak yang signifikan terhadap peningkatan
kualitas pendidikan. Maka sebagai sebuah sistem, perlu ada efisiensi terhadap
sumber daya agar bisa memberi kontribusi yang lebih besar dan semua elemen
harus menjalankan fungsinya dengan benar, jangan jalan sendiri-sendiri.
Prof.
Dr. Yoyo Suryono pun menegaskan bahwa pendidikan Indonesia saat ini terjebak
pada “rasionalisasi semu”. Seolah-olah program yang dibuat bagus tapi tidak
punya manfaat besar. Sehingga keluaran anggaran pendidikan begitu besar tapi
dampaknya tidak terasa. Karena pendidikan terbawa arus mainstrem ekonomi yang
terlalu liar. “Maka hari ini, kita butuh konsep sistem pendidikan Indonesia
yang benar-benar Indonesia, bukan berkiblat keman-mana. Mau seperti apa kita
dengan pendidikan? Sehingga kita bisa memetakan persoalan lalu mencari
solusinya” ujarnya.
Harus
diakui, pendidikan Indonesia hari ini megalami kelangkaaan sumer daya dan
pemahaman perilaku pendidikan yang bias. Maka munculan masalah dalam
pendidikan. Untuk itu, sangat perlu diperkuat paradigma pendidikan yang ada di
Indonesia sambil memperkuat ideologi pendidikan “berwarna” Indonesia. Dunia
pendidikan pun harus berkolaborasi dengan berbagai ahli untuk mempekuat sistem
dan kualitas pendidikan di Indonesia, tentu dengan basis kesejarahan Indonesia.
Khusus
di masa pendemi Covid-19 seperti sekarang, maka jalan yang paling mungkin
dilakukan para praktisi pendidikan adalah melakukan yang terbaik sesuai denga
peran dan tanggung jawabnya masing-masing, baik guru maupun dosen. Pendidikan
formal maupun nonformal harus diselamatkan semuanya agar saling melengkapi,
jangan adda yang ditinggalkan. Dan yang paling penting, siapapun yang berkiprah
di dunia pendidikan jauhilah sifat “mbati”, selalu ingin cari keuntungan.
Diskusi
pedagogik IKA UNJ ini ditutup sambutan Juri Ardiantoro selaku Ketua Umum IKA UNJ
dan Deputi IV KSP yang menekankan pentingnya kepedulian terhadap masalah
pendidikan. Karena itu, IKA UNJ akan selalu mendorong diskusi berkala yang
positif sebagai masukan terhadap sistem pendidikan Indonesia. Salam pedagogik …
#IKAUNJ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar