Tanggal 8 September telah ditetapkan sebagai Hari Aksara Internasional atau Literacy Day. Poin pentingnya, jadikan Hari Aksara sebagai momentum untuk memberantas buta aksara yang tersisa. Ajak masyarakat untuk lebih gemar membaca dan menulis sebagai bagian dari upaya pencerdasan diri. Agar terwujud masyarakat yang literat, masyarakat yang sadar ilmu dan sadar informasi. Karena masyarakat literat pula yang mampu membendung hoaks, mwnjauh dari fitnah bahkan mampu menyeleksi setiap berita.
Karena
saat ini, masih ada sekitar 3,4 juta orang Indonesia yang masih dalam keadaan
bita huruf. Maka di momentum Hari Aksara Internasional, sangat penting
melakukan aksi nyata pemberantasan buta huruf di sekitar kita. Maka Hari Aksara
Internasional, jangan lagi diperingati secara seremonial. Tapi lakukan gerakan
untuk mendeteksi orang-orang di lingkungan kita, di dekat kita yang masih buta
huruf untuk segera dibantu belajar baca dan tulis. Agar lebih berdaya dan
memiliki martabat setara dengan yang lainnya. Jangan biarkan kaum buta huruf
makin terpinggirkan di era serba teknologi kini.
Memang
tidak mudah membangun masyarakat yang literat. Tapi harus ada komitmen untuk
memacu gerakan memberantas buta huruf. Untuk mewujudkan masyarakat yang melek
huruf secara paripurna. Karena faktanya, hari ini masih ada ibu-ibu atau
bapak-bapak yang tidak bisa baca dan tidak tulis. Seperti yang terjadi di Kaki
Gunung Salak Bogor. Jangankan baca dan tulis, mengingat tanggal kelahiran dan
umur berapa sekarang pun dia tidak tahu?
Berangkat
dari itulah didirikan GErakan BERantas BUta aksaRA (GEBER BURA) Lentera
Pustaka; sebuah gerakan sosial untuk memberantas buta huruf yang dipelopori
oleh Syarifudin Yunus, dosen Universitas Indraprasta PGRI Jakarta yang setiap
hari Minggu siang mendedikasikan waktunya untuk mengajar kaum buta huruf di
GEBER BURA.
Dengan
anggota 6 orang, GEBER BURA saat ini mengajarkan baca dan tulis para ibu-ibu.
Tentu, upaya pemberantasan buta huruf ini pun diharapkan dapat diikuti oleh
ibu-ibu lainnya. Tanpa rasa gengsi ataupun malu demi terbebas dari belenggu
belum melek aksara.
"GEBER BURA ini hadir atas kepedulian. Agar jangan ada lagi kaum buta huruf di dekat kita. Memang butuh trik dan cara yang pas untuk mengajar baca dan tulis pada kaum buta huruf. Harus sabar dan oenuh komitmen. Karena bila tidak pas, terlalu mudah bagi kaum buta huruf untuk "tidak datang lagi" dan berhenti belajar baca dan tulis" ujar Syarifudin Yunus yang saat ini tengah menempuh studi S3 Manajemen Pendidikan di Pascasarjana Unpak Bogor.
"GEBER BURA ini hadir atas kepedulian. Agar jangan ada lagi kaum buta huruf di dekat kita. Memang butuh trik dan cara yang pas untuk mengajar baca dan tulis pada kaum buta huruf. Harus sabar dan oenuh komitmen. Karena bila tidak pas, terlalu mudah bagi kaum buta huruf untuk "tidak datang lagi" dan berhenti belajar baca dan tulis" ujar Syarifudin Yunus yang saat ini tengah menempuh studi S3 Manajemen Pendidikan di Pascasarjana Unpak Bogor.
Melalui
metode "be-nang" alias belajar dengan senang, GEBER BURA selalu
memberikan tugas PR untuk melatih baca dan tulis, mengeja kata, hingga maju ke
depan untuk membaca dan menulis. Dan sejak 8 bulan ini, hampir semua peserta
GEBER BURA sudah mampu mengenal huruf, mengeja hingga menulis kata yang
sederhana.
Menariknya,
belajar baca dan tulis di GEBER BURA pun setiap peserta memperoleh
"oleh-oleh" tiap kali datang belajar, seperti mendapat seliter beras
atau jajan bakso dan sebagainua sebagai pemancing lain agar ibu-ibu semangat
dan mau datang setiap pertemuan baca tulis. Sebutlah, iming-iming agar semangat
baca dan tulis.
"Saya
berusaha bikin belajar senang bagi kaum buta huruf. Maklum karena ibu-ibu dan
relatif usia di atas 40 tahun, jadi kalau mereka datang di hari Minggu setelah
selesai mengajar, saya berikan satu liter beras untuk dibawa pulang.
Terus siapa yang duluan selesai satu lembar menulis, nanti dibelikan
bakso bareng-bareng atau es cincau," tambah Syarifudin Yunus yang alumni
UNJ.
Maka
di momentum Hari Aksara, GEBER BURA Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak
mengajak masyarakat saling bahu-membahu untuk memantapkan program pemberantasan
buta huruf. Karena tidak perlu alasan untuk peduli berantas buta huruf. Karena
di zaman yang serba modern dan serba digital seperti sekarang, jangan ada
orang-oramg yang tersisih akibat tidak bisa baca dan tulis.
Sungguh,
pemberantasan buta huruf sekecil apapun hanya butuh kepedulian dari pihak-pihak
yang mampu dan bisa. Karena tanpa kepedulian, mereka tidak akan pernah terbebas
dari keadaan buta huruf yang makin membuat terpinggirkam dan tidak berdaya. Kita
bukanlah atas apa yang kita banggakan,
melainkan atas apa yang kita tinggalkan. "Barangsiapa yang memudahkan
urusan saudaranya di bumi, maka Allah menyuruh penghuni langit untuk memudahkan
urusan ia di dunia dan kelak di akhirat Allah akan memudahkan urusannya".
(HR. Bukhori)
Berantas
buta huruf, kalau bukan kita siapa lagi? #GeberBura #LenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar