Hati-hati untuk pekerja yang sebentar lagi pensiun. Uang pensiun, khususnya yang diperoleh dari dana pensiun, sejatinya bisa diambil secara sekaligus (lumpsum) jumlahnya di bawah Rp. 625 juta. Opsi lainnya, bisa dibayarkan secara bulanan, dengan durasi paling sedikit 10 tahun atau maksimal 25 tahun. Karena uang pensiun milik pekerja, jadi terserah mau pilih yang mana?
Akan tetapi
patut diketahui, sebuah survei menyebut uang pensiun yang diambil secara
sekaligus (lumpsum) ternyata hanya bertahan selama 5 tahun atau 60 bulan. Setelah
itu, si pensiunan tidak punya ketersediaan dana lagi dan terpaksa bergantung
pada anak-anaknya (bila ada). Uang pensiun yang harusnya jadi “gaji bulanan semasa
pensiun” justru cepat habis karena tidak mampu mengelola “uang besar” yang
diterimanya saat pensiun. Tentu ada sebab akibatnya, kenapa uang pensiun yang
diambil sekaligus gampang cepat habis?
Banyak pensiunan
yang menyesal setelah mengambil uang pensiun secara sekaligus. Karena biasanya,
setelah menerima uang pensiun yang jumlahnya besar (belum pernah diterima
selama masa bekerja) boleh dibilang jadi “kalap”, akhirnya uang pensiun digunakan
untuk sesuatu yang “tidak terencana” dengan baik.
Dari berbagai kisah
nyata pensiunan, aliran uang pensiun yang diambil secara sekaligus biasanya dipakai
untuk dua perilaku utama, yaitu 1) belanja besar di awal pensiun (membeli rumah,
membeli mobil, renovasi rumah atau liburan berbiaya mahal) dan 2) dijadikan modal
usaha, yang sebelumnya tidak pernah dilakukan semasa bekerja. Sementara itu, tidak
sedikit pensiun yang tidak tahu mengelola uang pensiun untuk biaya bulanan.
Padahal ketika pensiun kan sudah tidak bekerja dan tidak punya punya gaji lagi.
Gagal, memisahkan antara dana untuk biaya hidup sehari-hari dan dana untuk konsumsi
atau gaya hidup.
Belum lagi, ada
pula pensiunan yang menempatkan uang pensiun di investasi berisiko tinggi
dengan iming-iming return yang tinggi. Akhinya jadi salah investasi atau
terjebak pada investasi bodong. Jangankan dapat untung, modal pokok saja belum
tentu bisa kembali. Uang pensiun sudah pasti makin tergerus ketika si pensiunan
mengalami sakit. Sebab biaya kesehatan relatif tidak terduga dan biasanya
semakin mahal.
Atas sebab dua
hal itulah, survei menyebut pensiunan yang mengambil uang atau manfaat pensiun
secara sekaligus (lumpsum) pada saat pensiun, rata-rata hanya bertahan selama 5
tahun atau hanya bisa dipakai 60 bulan saja (sumber: https://www.metlife.com/about-us/newsroom/2022/february/retirees-depleting-retirement-plan-lump-sums-faster-than-five-years-ago/).
Akibat, banyak pensiunan yang tidak tahu cara mengelola uang pensiun sehingga
jadi sebab mengalami masalah keuangan di hari tua.
Bila uang
pensiun diambil secara sekaligus, berarti si pensiunan tidak punya "gaji
pensiun secara bulanan". Setelah 5 tahun pensiun, akhirnya tidak punya
uang sama sekali dan bingung harus bagaimana? Berbeda dengan uang (manfaat) pensiun
yang dibayar bulanan: pengeluaran jadi lebih terkendali dan pola hidup lebih
stabil. Karena itu, calon pensiunan harus hati-hati. Mau mengambil uang pensiun
secara sekaligus atau uang pensiunnya dibayarkan secara bulanan? Keputusan ini
terkesan sederhana tapi dapat menentukan “nasib” di hari tua.
Nah kabar baiknya
adalah 82% calon pensiunan lebih cenderung memilih uang pensiun dibayyar secara
bulanan (gaji pensiun bulanan) daripada 18% yang berniat mengmbil uang pensiun
secara sekaligus walaupun berpotensi cepat habis. Biar bagaimana pun, memiliki
kesinambungan penghasilan (dibayar bulanan) saat pensiun lebih diperlukan
daripada mengambil uang pensiun secara sekaligus. Tapi itu semua, hanya biasa
terjadi bila menjadi peserta dana pensiun. Bila tidak, entah akan seperti apa
di masa pensiun?

Tidak ada komentar:
Posting Komentar