Sobats, ini seperti kalimat perintah. Bahwa tidak semua teman harus dipertahankan meskipun sudah lama. Tidak sedikit orang yang maksa untuk pertahankan teman suma karena udah kenal lama. Padahal, lamanya kenal tidak selalu setara dengan kualitas hubungan. Bertahan dengan teman yang udah nggak asyik, itu bukan tanda memghargai pertemanan tapi lebih ke takut kehilangan masa lalu.
Yah, namanya teman. Bisa jadi, dulu masih satu circle, satu vibes. Tapi
seiring waktu kan bisa saja berubah. Atau sekarang udah beda jalan, beda arah orientasi.
Dan itu normal saja, ada teman yang bisa diajak tumbuh, ada pula pertemanan
begitu-begitu saja,. Ngobrol ngalor-ngidul tanpa ada manfaatnya. Bila temann
bisa berubah, maka hubungan pun pasti berubah.
Sob, memang tidak semua teman harus dipertahankan! Seiring waktu harus
lebih selektif memilih teman. Tentu, ada yang tetap dipertahankan dan terpaksa
ada yang dibuang. Apalagi teman yang kerjanya meremehkan teman sendiri, membanding-bandingkan,
atau bahkan kerjanya memperolek serta menjadikan kita sebagai bahan candaan.
Itu bukan candaan sehat tapi justru jadi bukti lingkungan teman yang toxic. Zaman
now, pilih teman yang memberi ruang kita untuk tumbuh dalam kebaikan dan
kemanfaatan. Bukan teman yang hanya membuang waktu atau tidak salaing
menghargai.
Harus diakui, pertemanan yang nggak seimbang itu berat. Pada akhirnya, harus
selektif memilih teman. Sebab selalu ada yang datang saat butuh, ada yang hadir
di saat perlu. Selebihnya menghilang, entah kemana? Apalagi saat kita yang lagi
butuh bantuan. Makanya ada yang bilang, kalau datang cuma saat butuh itu bukan
teman tapi penumpang.
Sudah lama berteman, tentu bukan alasan untuk bertahan. Apalagi bila
hubungan pertemanannya tergolong toxic. Berteman jadi pura-pura, bukan apa
adanya. Tapi lebih ke ada apanya. Di depan manis, di belakang pahit. Lagi duduk
bareng yang diomongin orang lain, begitu kita yang pergi malah kita yang diomongin.
Jatahnya diomongin sama teman sendiri.
Hati-hati saja. Membenci, memanipulasi, iri, nyebarin hoaks, dan
merendahkan itu bukan ciri teman. Teman itu harusnya mensupport, minimal diam
bila nggak tahu banyak. Sejelek-jeleknya teman ya mendoakan yang baik. Bukan
malah menghancurkan, apalagi gembira temannya kejeblos pada keburukan. Jadi,
tinggalkan teman yang nggak kondusif, nggak produktif pula. Kita lepaskan pertemanan
bukan karena benci. Tapi karena kita menyanyangi diri sendiri. Biar lebih sehat,
lebih objektif dalam melihat realitas.
Lepaskan saja circle teman yang nggak sehat. Apalagi teman yang arigan,
subjektif dan merasa benar sendiri. Lebih baik bangun circle pertemanan baru
yang lebih sehat. Circle yang positif bukan sekadar teman nongkrong atau cuma ramai
di WA group. Tapi pertemanan yang bikin siapapun tetap bisa tumbuh, merasa
dihargai, dan diterima apa adanya. Sebab pertemanan yang sehat bisajadi “pupuk”
buat versi terbaik diri kita. Bukan pertemanan yang jadi “hama” untuk kita.
Berani tinggalkan teman, bukan berarti jauhi pergaulan. Pilih
pertemanan yang sehat, memilih pergaulan yang saling menghargai dan memberi
ruang pada tumbuhnya kebaikan dan mau menebar manfaat. Ketahuilah Sob, waktu
itu singkat. Jadi carilah pertemanan yang bisa menjadikan kita lebih baik dari
kemarin. Salam literasi!

Tidak ada komentar:
Posting Komentar