Literasi di berbagai bidang pasti penting. Hanya saja, literasi harus diikuti dengan implementasi di masyarakat. Agar impian mewujudkan masyarakat yang literat di bumi Indonesia dapat benar-benar tereralisasi. Sebagai bagian dari mata kuliah Kajian Literasi dan Pengajaran Bahasa, program Doktoral – S3 Linguistik Terapan Pascasarjana UNJ menggelar kuliah tamu bertajuk “Membangun Budaya Literasi; Akses Baca Bukan Minat Baca” pada Jumat, 21 November 2025.
Dibuka oleh Prof. Dr. Endry
Boeriswati, Ketua Prodi Doktor Linguistik Terapan Pascasarjana UNJ dan dihadiri
dosen pengampu kajian literasi Prof Dr. Ilza Mayuni, Prof. Dr. Liliana
Muliastuti, dan 32 mahasiswa S3 Lingistik Terapan - Program Doktoral
Pascasarjana UNJ. Bertindak sebagai Narasumber Dr. Syarifudin Yunus, M.Pd., Pendiri
TBM Lentera Pustaka dan dosen FBS Unindra dikenal sebagai pegiat literasi Bogor
dengan pengalaman 8 tahun mengelola taman bacaan di kaki Gunung Salak Bogor.
“Kuliah tamu tentang literasi
ini sangat penting. Untuk memperkuat pemahaman dan praktik literasi yang
terjadi di masyarakat. Agar mahasiswa S3 dapat mengkaji sekaligus tahu praktik
baik literasi yang terjadi di lapangan. Ada inspirasi yang bisa diperoleh
sekaligus bisa memacu pemikiran bagaimana literasi harusnya dikembangkan,
utamanya terkait dengan pengajaran bahasa” ujar Prof. Dr. Endry Boeriswati, Ketua
Prodi Doktor Linguistik Terapan Pascasarjana UNJ dalam sambutannya.
Dalam paparannya, Syarifudin
Yunus menyampakan “pekerjaan rumah” literasi hari ini adalah bagaimana praktik
membumikan gerakan literasi dan kegemaran membaca di masyarakat. Karena itu,
melalui kuliah tamu kajian literasi ini, diharapkan mahasiswa S3 dapat memahami
praktik baik literasi di akar rumput, di samping dapat berkontribusi dalam bentuk
kajian dan pemikiran literasi yang lebih berdaya guna. Sekaligus mengkaji terkait
cara pandang tentang “minat baca” dan “akses baca”. Semestinya, sediakan dulu akses bacanya lalu
diukur minatnya. Karena minat baca, tentu sulit dicapat bila akses bacaannya
tidak tersedia,
Untuk itu, Syarifudin Yunus, yang
juga alumni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNJ berbagi kisah
tentang "aksi terjun langsung" dalam membudayakan literasi di
masyarakat, khususnya anak-anak usia sekolah. Secara prinsip, budaya literasi
seharusnya dimulai dari diri sendiri. Karena literasi merupakan kemampuan atau
keterampilan yang bersifat individual. Selebiihnya, aktivitas membaca, menulis,
berbicara, dan memecahkan masalah bisa diperkuat. Sebab, literasi adalah praktik
bukan teori.
"Setelah menekuni
literasi dan taman bacaan 8 tahun, akhirnya literasi bukan hanya soal buku atau
membaca. Tapi perlu komitmen dan konsistensi sepenuh hari dalam menggerakkan
literasi di masyarakat. Kondisi di masyarakat sangat menentukan program
literasi yang bisa dijalankan. Literasi juga harus inklusif dan kolaboratif”
kata Syarifudin Yunus yang menyelesaikan S3 Manajemen Pendidikan Unpak dengan
disertasi mengupas efektivitas tata kelola taman bacaan masyarakat di Kab. Bogor.
Karena
itu, untuk menjalankan literasi dan taman bacaan yang berdampak nyata pada
masyarakaut diperlukan tata kelola dan praktik baik literasi. Kata kuncinya, literasi
dan membaca harus dijadikan sebagai aktivitas yang asyik dan menyenangkan. Harus
lebih kreatif dalam menjalankan literasi, di samping komitmen dan konsistensi
yang optimal. Tidak ada teori paling benar dalam berliterasi, yang ada praktik
baik sesuai wilayahnya. Selain sebagai ilmu dan gerakan, literasi harusnya jadikan
ladang amal bagi siapapun.
“Masya
Allah, luar biasa kisah literasinya. Semoga bisa menjadi pendidik yang seperti Pak
Syarif. Terima kasih banyak atas sharingnya” uajr Nurlia Irvani, mahasiswa S3
Linguistik Terapan UNJ.
“Sebuah
perjalanan literasi yang nyata. Sungguh sangat menginspirasi Dr Syarif, sehat
sehat selalu” kata Heri Kuswanto, mahasiswa S3 Lingistik Terapan UNJ
setelah mengikuti kuliah tamu hari ini.
Selain untuk membekali
mahasiswa tentang praltik literasi, literasi menjadi bidang kajian penting dan
menarik yang dapat mengungkap perkembangan literasi di Indonesia dan di belahan
dunia lain. Oleh karena itu, pemikiran tentang pentingnya membumikan Gerakan literasi
harus seiring dengan implementasinya di masyarakat.
Setelah tanya jawab tentang
literasi, peserta kuliah tamu kajian literasi sepakat bahwa literasi menjadi bagian
penting kehidupan manusia yang tidak boleh diabaikan. Sebab rendahnya budaya
literasi masyarakat, akan berpotensi tumbuhnya "penyakit sosial"
seperti: produktivitas yang rendah, angka putus sekolah meningkat, kemiskinan
yang meluas, dan hilangnya sikap bijak terhadap informasi. Karena itu, literasi
harus terus disosialisasikan dan diimplementasikan ke masyarakat, apapun
alasannya. Literasi, fokus untuk mengubah niat baik jadi aksi nyata.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar