Jangan terlalu sibuk mencari uang, kalimat itu adalah jawaban saya saat ditanya. Kenapa begitu konsisten mengurus taman bacaan? Lah, sebab siapa lagi yang mau mengurus taman bacaan yang saya dirikan kalau bukan saya. Kan nggak mungkin orang lain mau bantu bila saya sendiri nggak ada di taman bacaan. Makanya, saya memilih yang seimbang saja. Cari uang jalan (nggak terlalu sibuk) tapi sosial juga jalan. Karena ajarannya, hidup itu haru seimbang. Seimbang dunia dan akhirat, seimbang lahir dan batin. Seimbang jasmani dan Rohani. Iya nggak?
Maka jangan terlalu sibuk mencari uang. Apalagi dijadikan
alasan untuk nggakmau berkiprah secara sosial. Jangan sampai, kalua masih
sibuku urusan uang ya kerjakan saja tanpa alasan apapun, Nggak usah
dikait-kaitkan dengan aktivitas sosial. Bilang aja “pengen kelar sama diri
sendiri duku…”. Karena urusan cari uang dan aktivitas sosial itu “satu kesatuan”,
bukan saling mengalahkkan. Karena sibuk cari uang, terus aktivitas sosial
ditinggalkan? Bukan begitu cara berpikirnya.
Suatu kali, anak muda di TBM Lentera Pustaka bertanya
pada saya. Bagaimana cara mendapatkan uang dengan mudah? Dengan santai saya
menjawab, uang itu ada di mana-mana. Masalahnya cuma satu, uang itu tidak ada
di kantong kita. Makanya, resep sederhananya, jangan sibuk mencari uang. Semakin
sibuk cari uang, maka semakin terpenjara oleh waktu oleh pikiran sendiri. Justru
sibukkan untuk membantu orang lain.
Bantulah orang lain, tebarkan manfaat kepada siapapun
selagi bisa. Bahkan ketika kita tahu mereka nggak bisa membalas sekalipun. Bantu
dan kerjakan apapung yang bisa menyenangkan orang lain. Termasuk anak-anak yang
tadinya nggak punta tempat membaca, jadi bisa membaca buku. Orang tua yang
tadinya susah tersenyu, tapi akhirnya bisa tersenyum di taman bacaan. Prinsipnya
Jalani saja yang baik dan bermanfaat.
Kenapa begitu? Karena rezeki itu nggak selalu datang dari
pekerjaan. Rezeki juga nggak selalu datang dari tangan orang yang dibantu..
Tapi rezeki (uang) sering kali datang dari jalan yang nggak pernah kita sangka.
Tapi untuk mendapat rezeki dari arah yang nggak disangka-sangka ya pasti sesuai
perbuatannya. Kalau kerjanya Cuma nongkrong di kafe, siapa yang dibantu? Kalau
kerjanya main dengan teman se-geng, siapa yang ditolong? Pasti beda bila ada di
taman bacaan. Anak-anak terbantu bisa baca, ibu-ibu terbantu diberi nasihat,
relawan terbantu punya aktivitas positif. Bahkan di TBM Lentera Pustaka di kaki
Gunung Salak secara rutin anak-anak yatim dan jimpi binaan selalu dibantu.
Bantu dan bantu saja orang lain.
Jelas kan, jangan sibuk mencari uang. Justru bantulah
sebanyak mungkin orang lain sebiasa kita. Membantu itu nggak harus kasih uang.
Tapi sediakan waktu untuk temani anak-anak yang membaca, bikin senang semua
orang yang ada di taman bacaan dan sebagainya. Karena ternyata, rahasia
kelimpahan rezeki itu bukan dari bekerja keras. Bukan pula dari rutinitas kerja
yang setiap tanggal 25 terima gaji. Melainkan dari ketulusan membantu orang
lain yang konsisten. Keikhlasan untuk tetap berada dan berkiprah sosial di
tempat yang kita nggak dapat apa-apa. Istilahnya, tetap berbuat baik di tempat
yang nggak ada untungnya.
Karena setiap kebaikan yang kita lakukan, pasti akan Kembali.
Entah dalam bentuk kesempatan, ketenangan, atau berkah yang lebih besar dari
sekadar uang. Ada kenyamanan dalam menjalani hidup, apapun kondisinya. Lebih
tenang, lebiih tentram memandang apapun tanpa dirasuki rasa iri, benci atau
membandingkan diri dengan orang lain.
Bua apa punya uang banyak kayak Sahroni akhirnya dimusuhin
dan dijarah rakyat. Buat apa ngetop kayak si Eko Patrio bila akhirnya di-bully
se-nusantara. Uangnya banyak tapi hidup nggak tenang, Mau ngapain coba? Uang
mau sebanyak apapun, bisa hilang dan tidak dibawa mati. Tapi kebaikan dan manfaat
yang dibagi ke orang lain pasti akan menemukan jalan untuk kembali. Maka,
jangan sibuk mencari uang. Sibuklah membantu orang lain, apapun dalihnya. Salam
literasi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar