Ini bukan tentang pohon. Tapi tentang masa pensiun.. Perumpamaanya seperti “pohon tumbang vs pohon tumbuh”. Tentang seoarang pekerjas, antara tidak siap pensiun atau siap untuk pensiun. Sebuah ilustrasi keadaan di hari tua, saat tidak bekerja lagi. Sebuah edukasi dana pensiun yang mungkin kurang disadari banyak pekerja.
Dalam konteks pensiun, “pohon tumbang” hanya ibarat tentang
keadaan dramatis seseorang di hari tua yang akhirnya mengalami krisis keuangan,
bangkrut di usia tua, atau harus bekerja lagi setelah pensiun. Semua orang bisa
melihat dan mengalami kondisi tersebut. Sementara “pohon tumbuh” ibarat
kebiasaan kecil menabung rutin untuk pensiun. Sunyi, tidak terasa setiap bulan,
bahkan kadang dianggap remeh. Tapi dalam 20–30 tahun, “tumbuh” menjadi pohon
besar yang menopang hidup di hari tua.
Di dunia nyata, selalu ada kondisi yang kontradiktif.
Sebuah paradoks keadaan di masa pensiun. Ada ornag yang sangat bergaya hidup di
saat bekerja tapi akhiirnya merana di masa pensiun. Pun sebaliknya, ada orang
sederhana di saat bekerja tapi rutin menabung untuk hari tuanya sehingga kini
benar-benar tenang dan bisa menikmati masa pensiun, Semuanya hanya pilihan dan
tergantung pada sikap masing-masing. Tentang keadaan di masa bekerja vs di masa
pensiun.
Sering kali, banyak orang akan heboh kalau ada kisah
pensiunan yang bangkrut, apalagi di masa bekerjanya begitu jaya. Tapi masalahnya,
jarang ada yang bercerita tentang pekerja biasa yang diam-diam konsisten
menabung, mungkin hanya Rp. 100.000 per bulan. Lalu begitu pensiun, hidupnya
tenang dann adem ayem tanpa utang. Jadi mana yang lebih penting, saat bekerja
penuh gaya atau saat pensiun tenang sejahtera?
Ibarat pohon, masa pensiun hanya ada dua kemungkinan. Merana
atau sejahtera di hari tua. Ada di dekat kita, pohon-pohon kecil yang tetap tumbuh
perlahan hingga rindang di kemudian hari. Siapapun merasa adem dan tenang saat beristirahat
di bawahnya. Tapi ada pula pohon yang terlihat besar dan rindang pada awalnya
tapi ujungnya mudah roboh bahkan daun-daunnya kering dan rontok. Tidak satu pun
orang bisa berteduh di bawahnya. Begitulah masa pensiun, ada yang pada akhirnya
merana ada yang berjaya. Ada yang suka di hari tua, ada yang duka di masa
pensiun. Ibaratnya, ada pohon yang tumbuh sunyi hari ini tapi menyejukkan di
esok hari.
Bisa jadi, menyisihkan Rp100 ribu – Rp500 ribu per
bulan mungkin “tidak terdengar” atau dianggap kecil nilai sekarang. Tapi
setelah puluhan tahun rutin menabung untuk hari tua, justri menjadi penopang kehidupan
masa pensiun seorang pegawai kecil. Puluhan tahun bekerja benar-benar disadari
akan pentingnya menyiapkan masa pensiun, saat tidak bekerja lagi. Kecil nilai
tabungannya tapi konsisten untuk masa pensiun (dana pensiun) ternyata lebih
besar hasilnya daripada menunggu “jumlah besar” sesekali yang belum tentu ada
uangnya (uang pesangon).
Urusan pensiun bahkan pesangon, terjadang seperti menanam
pohon kecil di hutan. Tidak terasa secara langsung, tapi dampaknya untuk jangka
panjang luar biasa. Hanya menyisihkan sedikit setiap bulan, tapi ketika
pensiun, hidupnya jauh lebih tenang dibanding yang tidak mempersiapkan masa
pensiun sama sekali. Maka jangan menunggu
sampai terdengar ‘suara pohon tumbang’ (krisis pensiun) taoi mulailah merawat
pertumbuhan sunyi (menabung di dana pensiun) dari sekarang. Sebab urusan
pensiun, kalau bukan kita yang siapkan mau siapa lagi?
Faktanya hari
ini, 1 dari 2 pensinan di Indonesia mengandalkan transferan dari anaknya untuk
biaya hidup di hari tua. Bakan 9 dari 10 pekerja yang ada sama sekali tidak
siap untuk pensiun atau berhenti bekerja. Karena tidak tersedianya dana yang cukup
untuk hari tua. Akankah pohon-pohon itu tetap tumbuh di hari tua atau seketika
tumbang di masa pensiun?
Hati-hati, peribahasa Persia berkata, “Saat
pohon tumbang, semua orang mendengar suaranya. Tapi saat pohon tumbuh, tidak
seorang pun mendengarnya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar