Ada yang menyangka literasi itu perlombaan, seperti kompetisi. Bersaing lalu merasa “menang” dari yang lain. Cara pandang literasi seperti itu justru sama sekali tidak literat. Lupa ya, tidak ada teori yang paling benar tentang literasi. Makanya semua orang di manapun, boleh berteriak dan menggadang-gadang literasi.
Literasi bukan skill atau
ilmu yang bisa mengantar manusianya menuju kesuksesan. Karena literasi memang
bukan karier tapi spirit. Literasi itu marwah pengabdian yang bisa diwujudkan
hanya melalui proses dan praktik baik. Maka literasi bukan lomba, bukan kompetisi.
Proses berliterasi di tiap tempat, tiap daerah berbeda dan tidak akan pernah
sama. Maka cara dan praktik baik yang ditempuh, sudah pasti berbeda-beda pula.
Literasi tidak pernah
merasa tertinggal dari siapapun. Literasi tidak pernah mengalahkan apalagi
dikalahkan. Banyak orang mengira literasi adalah sesuatu yang harus dicapai di
masa depan, padahal ia hadir dalam proses perjuangan kita sehari-hari. Anthony
Hope, menyebut literasi sama dengan kebahagiaan yaitu buah dari tindakan
bermakna yang dilakukan secara berulang.
Cara pandang yang
menjadikan literasi sebagai “garis fisnish” pasti salah. Karena literasi tidak
perlu dikejar. Siapapun pasti kecewa bila mengejar literasi. Lagi-lagi,
literasi itu hanya proses, hanya praktik baik yang dikerjakan di setiap waktu.
Maka literasi hanya mengajak kita untuk fokus pada hal-hal kecil yang memberi
kepuasan batin: masih mau belajar, berkarya dan menulis, atau membantu orang
lain sesuai kemampuan yang dimiliki dengan sepenuh hati. Proses literasi sangat
butuh komitmen dan konsistensi. Tidak mungkin ada praktik baik literasi yang
sifatnya insidental.
Terus terang, hidup ini
terlalu singkat untuk menunggu literasi menjadi “sempurna”. Justru sebaliknya,
literasi hanya butuh konsistensi siapapun untuk mengerjakannya. Menikmati
proses dan perjalanan literasi itu sendiri, bukan terobsesi dengan tujuan akhir.
Literasi itu tidak berujung, maka tidak akan pernah berhenti. Tidak ada sukses
di literasi. Karena apa yang baik hari ini belum tentu baik pula di akhirnya.
Lagi-lagi, literasi hanya proses.
Jadi sederhana saja,
hargai sekecil apapun perjalan literasi yang ditorehkan. Sebab bisa jadi, suatu
hari nanti, proses berliterasi itu yang menjadi penentu maju tidaknya peradaban
sebuah bangsa. Maka nikmati saja anak tangga literasi satu per satu,
tidak perlu merasa tertinggal dari siapapun. Karena literasi, tidak pernah
meninggalkan dan ditinggalkan. Salam literasi #FilosofiLiterasi
#TBMLenteraPustaka #TamanBacaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar