Banyak pekerja yang mengalami kemiskinan di masa pensiun. Merana di hari
tua dan mengalami masalah finansial ketika pensiun. Tidak lagi bisa mempertahankan
standar hidup seperti saat masih bekerja. Terpaksa bergantung kepada anak-anaknya
di hari tua, bahkan kesehatan dan mental cenderung menurun. Tidak sesegar waktu
bekerja. Maka wajar, 1 dari 2 pensiunan di Indonesia sangat mengandalkan
transferan anaknya untuk biaya hidup di hari tua (ADB, 2024).
Bila mau dicermatai sekaligus disadar, tentu ada banyak factor yang menjadi
sebab pekerja merana di hari tua dan mengalami masalah finansial di masa
pensiun. Secara garis besar terjadi akibat faktor personal maupun sistemik. Abai
terhadap perencanaan masa pensiun. Dari survei saya terhadap kawan-kawan yang
sudah pensiun, setidaknya ada 7 (tujuh) sebab pekerja mengalami masalah finansial
di masa pensiun:
1. Kurangnya
perencanaan keuangan jangka panjang. Banyak pekerja fokus pada kebutuhan jangka pendek (gaji bulanan, cicilan,
konsumsi), dan tidak menyisihkan penghasilan untuk masa pensiun. Masa pensiun
dianggap masih lama atau terlalu yakin pensiun nanti saja.
2. Gaya
hidup konsumtif. Semakin
tinggi penghasilan, semakin tinggi pula gaya hidupnya (disebut "lifestyle
inflation"). Akibatnya, tabungan untuk masa depan pun minim.
3. Minimnya
literasi keuangan. Banyak pekerja tidak memahami pentingnya menabung untuk hari tua, tidak
tahu dana pensiun, atau bagaimana menghitung kebutuhan saat pensiun. Akibatnya,
tidak mau dan tidak tahu harus mulai menabung berapa dan kapan untuk pensiun?
4. Tidak
ada akses atau partisipasi pada program pensiun. Di sektor informal (pedagang, buruh lepas,
freelancer) banyak yang tidak punya akses ke program pensiun,, sedangkan di
sektor formal, banyak pekerja yang tidak punya dana pensiun sukarela dan tidak mau
menabung untuk masa pensiun ( di luar JHT BPJS Ketenagakerjaan atau program
pensiun dari Perusahaan).
5. Harapan
terlalu tinggi pada anak. Masih ada budaya bahwa anak akan merawat orang tua di masa tua. Tapi
realitas zaman sekarang (biaya hidup tinggi, individualisme meningkat) bikin
harapan ini sering tidak sesuai dengan kenyataan.
6. Kesehatan
memburuk, biaya meningkat. Di usia tua, pengeluaran cenderung meningkat karena biaya kesehatan,
sementara pendapatan tidak ada. Kalau tidak punya dana yang cukup, bisa jatuh
miskin dengan cepat.
7. Laju
inflasi barang dan jasa yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Setiap tahun biaya hidup semakin meningkat
akibat laju inflasi, sementara usia harapan hidup lebih panjang.
Konsekuensinya, kebutuhan biaya hidup di hari tua semakin tidak terjejar untuk
diimbangi akibat tidak punya gaji lagi. Keuangan mulai jadi masalah.
Tentu, setiap pekerja pasti ingin hidup tenang dan nyaman di masa pensiun.
Agar mampu mempertahankan standar hidup di hari tua sekalipun biaya hidup
semakin meningkat. Karena itu, mau tidak mau, setiap pekerja harus berani
memulia untuk memiliki dana pensiun. Untuk memastikan adanya kesinambungan
penghasilan di hari tua, di samping untuk menghindari ketergantungan hidup dan
finansial kepada anak-anaknya. Bagaimana preferensi untuk menyiapkan dana
pensjun sejak dini dapat disimak di artikel berikut https://ejurnal.politeknikpratama.ac.id/index.php/jupiman/article/view/5002.
Harus disadari, kemiskinan saat pensiun adalah akibat dari berbagai faktor
yang saling berhubungan: perencanaan keuangan yang buruk, gaya hidup konsumtif,
lemahnya sistem pensiun, hingga faktor budaya dan sosial. Agar tidak miskin di
hari tua dan merana di masa pensiun, maka siapkan perenacanaan pensiun sejak
dini. Salam #YukSiapkanPensiun #EdukasiDanaPensiun #DanaPensiun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar