Seorang kawan cerita tentang dirinya yang sedang kecewa, lalu meminta saran? Saya katakan, kecewa itu biasa. Semua orang pernah kecewa. Kecewa juga fakta, tinggal kita menyikapinya mau bagaimana? Mau kecewa terus atau move on untuk menjadi lebih baik.
Kehidupan yang dijalani siapapun tidak selalu berjalan seperti
yang dikehendaki. Selalu ada pasang-surut. Hari ini berhasil besok gagal. Hari
ini senang besok sedikit, begitu silih berganti. Maka kecewa selalu ada, entah
karena ulah orang lain atau atas sebab diri sendiri. Rasa kecewa pasti muncul
saat kita gagal melakukan sesuatu. Tidak berhasil mendapatkan sesuatu yang
diinginkan, pasti kecewa.
Helen Keller pernah mengajarkan kita untuk tidak terlalu terjebak
dalam kekecewaan atau kehilangan. Ketika sebuah “pintu” tertutup—entah itu
kesempatan yang hilang, kegagalan, atau akhir dari sesuatu, kita sering terlalu
fokus pada rasa sedih atau penyesalan, sehingga melewatkan peluang baru yang
mungkin sudah ada di depan mata. Terjebak pada rasa kecewa yang berlebihan.
Tabir kecewa selalu ada pada setiap orang. Karenanya, siapapun
penting memiliki perspektif yang terbuka dan fleksibel. Bersikap realistis dan
melangkah pergi. Sebab kehidupan selalu penuh dengan perubahan, dan setiap
akhir sering kali menjadi awal dari sesuatu yang baru. Dengan menerima apa yang
sudah berlalu dan mengalihkan perhatian kita ke peluang baru, kita bisa
menemukan jalan lain yang mungkin lebih baik dan lebih sesuai dengan tujuan
hidup kita.
Jangan larut dalam kecewa. Karena the show must go on. Hidup terus
berjalan dan keberanian untuk melihat ke depan adalah kunci untuk menemukan
kebahagiaan yang baru.
Ada benarnya, kunci perubahan dan gairah hidup itu ketika
memusatkan seluruh energi bukan melawan yang lama, tetapi membangun yang baru.
Membuang jauh rasa kecewa dan masa lalu. Kata Socrates, perubahan hidup bukan
datang dari kemarahan terhadap masa lalu. Tapi dari keberanian untuk membentuk
masa depan. Terlalu banyak orang terjebak dalam dendam, rasa kecewa,
penyesalan, dan amarah terhadap apa yang sudah terjadi sehingga seluruh
energinya habis untuk melawan bayangan yang tidak bisa diubah. Terlalu meratapi
masa lalu dan kekecewaan.
Kata Socrates lagi, untuk melepaskan beban masa lalu bukan dengan
melupakannya. Tapi dengan memilih untuk tidak lagi diperbudak olehnya. Energi
yang dihabiskan untuk melawan hanya akan melemahkan. Tapi energi yang
dipusatkan untuk membangun sesuatu yang baru, pasti memberi harapan, kekuatan,
dan jalan untuk tumbuh lebih luar biasa
Ketahuilah, hidup kita tidak ditentukan oleh apa yang telah rusak,
tapi oleh apa yang berani kita bangun setelahnya. Perubahan bukan tentang
melawan bayangan lama tapi tentang menyalakan cahaya baru. Jadilah literat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar