Saat ditanya bila harus menabung untuk Dana Pensiun, berapa besar uang yang akan Anda sisihkan setiap bulan? Jawabnya, 60% pekerja di DKI Jakarta mampu menyisihkan Tabungan untuk hari tua sebesar Rp. 100.000 s.d. Rp. 500.000. Sisanya, 20% di bawah Rp. 100.000 dan 20% lagi di atas Rp. 500.000 per bulan. Survei ini dilakukan Syarifudin Yunus, edukator dana pensiun yang diikuti 100 pekerja di Jakarta, dengan komposisi 85% di bekerja di sektor formal dan 15% di sektor informal.
Berdasarkan data Angkatan Kerja Nasional (BPS, 2023),
jumlah pekerja di DKI Jakarta mencapai 5 juta pekerja, dengan komposisi 64% di
sektor formal dan 36% di sektor informal. Pekerja formal didefiniskan sebagai
pekerja berstatus buruh/karyawan/pegawai, sedangkan pekerja informal adalah
pekerja berstatus berusaha sendiri, pekerja bebas dan pekerja keluarga/tidak
dibayar.
Selain mengkonfirmasi rendahnya tingkat inklusi dana
pensiun yang 5,42% (SNLIK OJK, 2022), survei edukator dana pensiun ini
dilakukan untuk memetakan tingkat kemampuan perencanaan pensiun bagi pekerja di
DKI Jakarta yang menjadi kota dengan tingkat transaksi ekonomi terbesar di
Indonesia. Di samping untuk mengetahui data tentang berapa sebenarnya kemampuan
menabung untuk hari tua kalangan pekerja di Indonesia, khususnya DKI Jakarta. Dan
ternyata hasilnya 60% pekerja mampu menyisihkan Rp. 100.000 – Rp. 500.000 per
bulan untuk tabungan hari tua.
Survei ini juga menegaskan beberapa sebab pekerja
tidak punya tabungan untuk hari tua, diantaranya: 1) tidak punya tujuan
keuangan di hari tua, 2) tidak cukupnya gaji/penghasilan untuk tabungan
pensiun, 3) masih banyak tanggungan keluarga, 4) harus membayar utang setiap
bulan, dan 5) biaya gaya hidup yang masih tinggi. Atas dasar alasan itulah,
survei lain menyebut 9 dari 10 pekerja di Indonesia sama Sekali tidak siap
untuk pensiun atau berhenti bekerja.
“Survei demografi pekerja penting dilakukan agar kita
tahu kondisi pekerja sebenarnya. Ternyata Tingkat kemampuan menabung untuk
pensiun atau hari tua pekerja ada. Kuncinya adalah edukasi yang berelanjutan
dan kemudahan akses membeli dana pensiun melalui digitalisasi atau aplikasi
teknologi” ujar Syarifudin Yunus, edukator dana pensiun dalam pemaparannya di
Unindra (12/2/2025).
Survei bertajuk “Dana Pensiun di Mata Pekerja” ini menggali
pula beberapa pertanyaan penting lainnya seperti: manfaat dana pensiun, keyakinan
memenuhi biaya hidup dihari tua, kemauan
menyisihkan menyisihkan sebagian gaji untuk hari tua, dan apa yang dilakukan
setelah pensiun. Secara bertahap, hasil survei dana pensiun di mata pekerja ini
akan dipublikasikan sebagai data yang bisa ketahui publik. Tujuannya, untuk memperkuat basis data dan realitas di lapangan dalam
mengembangkan industri dana pensiun di Indonesia.
Patut dipahami, pengetahuan pekerja tentang dana pensiun adalah persoalan mendasar.
Sebab pengetahuan akan mampu memengaruhi sikap dan perilaku pekerja untuk
memiliki dana pensiun. Sebagai cara untuk meningkatkan pengambilan keputusan
pekerja dalam merencanakan masa pensiunnya. Maka untuk mengubah dari tidak tahu
jadi tahu harus dilakukan edukasi terus-menerus di kalangan pekerja, baik
sebagai pekerja individual maupun pekerja suatu perusahaan. Di samping
pentingnya kemudahan akses untuk memiliki dana pensiun melalui digitalisasi dana pensiun. Salam
#YukSiapkanPensiun #SurveiDanaPensiun #EdukasiDanaPensiun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar