Sebagai
bagian upaya meningkatkan kesadaran dan kecintaan generasi muda terhadap
warisan budaya lokal, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Universitas Pakuan menyelenggarakan workshop dengan judul “PANGAJARAN DUMASAR
KANA KEARIFAN LOKAL SUNDA” di Aula FKIP Unpak (25/9/2024). Dibuka oleh Dr. Eka
Suhardi, M.Si (Dekan FKIP Unpak) dan dihadiri oleh 80% guru, 15% Kepala sekolah
dan pengawas dan sisanya 5% tamu undangan, workshop ini mnghadirkan pembicara tokoh
budaya Sunda, Dr. Kurniawan Saefullah, S.E., M.Ec., dosen FEB
sekaligus Dekan
Sekolah Vokasi Universitas Padjajaran Bandung.
Workshop ini sekaligus untuk antisipasi terhadap penurunan rasa
cinta terhadap budaya lokal, terutama di kalangan generasi muda. Akibat mengadopsi
budaya populer dari luar negeri, seperti musik, fashion dan gaya hidup sehingga melestarikan warisan budaya lokal menjadi
tertinggal. Berkurangnya minat generasi muda mempelajari tarian dan bahasa
lokal, memainkan alat musik tradisional serta memahami makna di balik upacara
adat yang menjadi bagian dari identitas budaya daerah, termasuk makanan
tradisional sudah menjadi bukti. Akhirnya, budaya lokal seringkali
terpinggirkan oleh konten-konten global.
“FKIP Unpak berkomitmen untuk meminimalisasikan penurunan rasa cinta terhadap budaya lokal. Untuk itu, Prodi PGSD FKIP Unpak menggelar workshop ini untuk meningkatkan kesadaran dan kecintaan generasi muda terhadap warisan budaya lokal. Acara ini memberikan pengalaman langsung tentang pentingnya melestarikan budaya lokal. Workshop pengajaran berbasis budaya Sunda ini penting untuk melestarikan kearifan lokal orang Sunda. Agar kita lebih cinta pada budaya sendiri. Seperti permainan tradisional Gobak sodor, di situ ada nilai-nilai budaya Sunda yang berlaku universal seperti kerja sama tim, keadilan, kompetisi, dan komunikasi” ujar Dr. Eka Suhardi, M.Si, Dekan FKIP Unpak didampingi Dr. Yuyun selaku ketua panitia workshop.
Dalam paparannya, Dr. Kurniawan Saefullah, S.E., M.Ec., tokoh budaya
Sudan sekaligus Dekan Sekolah Vokasi Unpad Bandung kembali sejarah dan nilai-nilai
kebaikan yang diajarkan dari budaya sunda secara lengkap dan mudah dipahami. Penyajian
yang atraktif dan diskusi interaktif serta games tentang “Silih Asah, Silih
Asuh dan Silih Asih” mendapat apresiasi dan antusiasme dari peserta. Terbukti
dari banyaknya
pertanyaan dari peserta workshop. Bertindak sebagai moderator Dr. Rais Hidayat,
M.Pd yang menyimpulkan kunci untuk menumbuhkembangkan
minat untuk mempelajari budaya Sunda yaitu “Nyaah: Cinta”
Secara khusus FKIP Unpak juga memberikan apresiasi kepada peserta dan para pihak yang mendukung workshop pelestarian budaya lokal seperti SDN Bengle, SDN KedungHalang 3, SDN Ciomas 4, SDN Sukaraja 3, dan SDS Muhammadiyah Bojong Gede dan para Kepsek Pak Yanto, Jakaria, Ibu Suhartatik, Titin, dan Nurul dan para pengawas Ibu Eutik, Ibu Yuyun, Pak Momo yang mendukung workshop pengajaran budaya lokal ini.
"Workshop ini penting sebagai penguatan budaya lokal Sunda. Terima kasih kepada seluruh pihak yang sudah hadir dan mendukung serta berupaya dalam melestarikan budaya lokal" ujar Dr. Yuyun selaku Ketua Panitia.
Setelah
mengikuti workshop ini, salah satu guru peserta workshop mengaku bahwa
sebelumnya ia tidak terlalu tertarik dengan budaya lokal. Namun, setelah
mengikuti workshop ini menyadari betapa kayanya warisan budaya yang dimiliki
Indonesia khususnya Sunda. “Awalnya
saya tidak terlalu paham tentang pentingnya budaya tradisional, tapi setelah
mengikuti seminar dan workshop ini, saya jadi lebih menghargai dan merasa
bangga sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang menghargai dan melestarikan
budaya lokal” ujarnya.
95%
peserta berharap, workshop tentang budaya lokalini dapat dilaksanakan secara
terjadwal oleh Universitas Pakuan terutama FKIP sehingga dapat menjadi Pusat
Pemberdayaan Budaya Sunda. Agar kecintaan terhadap budaya lokal Sudan dapat
tetap terpelihara di masyarakat. Karena kecintaan budaya lokal adalah wujud rasa
bangga terhadap identitas budaya bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar