Anak-anakku, kini kalian
tidak kecil lagi. Kalian sudah pada besar, sudah dewasa dan kian mandiri. Sejak
kecil di rumah, kalian dididik dan dibesarkan semampu yang Abi dan Ibu bisa. Selalu
diurus dan diasuh dari hari ke hari. Seakan tanpa terasa, akhirnya kini kalian
sudah pada dewasa. Maka untuk semua perjalanan kita, Abi dan ibu ucapkan terima
kasih. Alhamdulillah ya Allah, kalian mampu menjaga nama baik keluarga.
Sekadar mengigat kembali
kenangan kita. Saat kalian kecil dulu, bila Abi dan Ibu mendidik dan
membesarkan kalian dengan cara-cara yang mungkin dianggap kurang berkenan.
Semata-mata itu karena rasa kasih sayang orang tua kepada anak-anaknya.
Semuanya berangkat dari tanggung jawab dan ketulusan hati orang tua. Tidak ada
yang lainnya.
Di luar sana, zaman
terus berubah. Peradaban kian menantang. Apapun alasannya, kita harus siap
menghadapinya. Harus siap antisiapsinya, bukan malah terbuai dan terbawa arus
negatifnya.
Bisa jadi dulu, Abi dan Ibu
mendidik kalian dirasa keras atau longgar. Mungkin dulu, sehari-hari dikontrol
ketat untuk belajar dan sholat. Harus patuh kepada orang tua, dan diajarkan
bagaiman bergaul dengan orang lain bahkan anak-anak yatim. Semuanya Abi dan Ibu
lakukan karena memang menjalani hidup ini tidak mudah. Hidup sangat butuh
perjuangan sekaligus pengorbanan. Selalu ada tangis dan tawa, selalu ada air mata
dan keringat saat berproses dalam hidup.
Hidup bukan hanya diberikan
Allah SWT. Tapi harus digunakan dengan sebaik-baiknya. Karena semua dan apapun,
pasti akan dipertangungg-jawabkan kepada-Nya. Karenanya, semua yang terjadi di
rumah adalah bagian dari pendidikan. Agar kalian tahun cara berjuang dalam
hidup ini. Agar kalian tahu, ap aitu kecewa, sedih, tawa dan bahkan bahagia. Hingga
akhirnya, semua itu menjadi pelajaran berharga. Dan membentuk mental kalian sekuat
sekarang, melandasi sikap kalian seperti yang ada saat ini.
Dan kini, perjuangan dan
pengorbanan berat sudah dilewati. Pendidikan sudah kalian raih, akhlak sudah kalian
miliki. Bahkan hidup sudah menjadi jalan untuk kalian semua ke depannya. Maka
ingatlah selalu, arti perjuangan dan pengorbanan yang pernah kita jalani di
masa lalu. Tersulah perbaiki niat, baguskan ikhtiar dan berdoalah kepada-Nya. Tetap
sabar dan bersyukur dalam kondisi apapun. Selebihnya, biarkan Allah SWT yang bekerja
untuk kita.
Sudah pasti, tiap manusia
tidak ada yang sempurna. Jangankan berbuat salah, dosa pun pasti melekat pada
setiap diri. Begitu orang tua, pasti punya kekurangan dan kesalahan. Tapi hampir
semua orang tua, pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Maka
syukuri dan syukuri semuanya, syukuri yang ada. Itu modal penting untuk menuju
kehidupan yang lebih baik di depan.
Tentu Nak, menjadi orang
tua bukan hanya soal menafkahi dan mendidik sesuai kemampuannya. Tapi juga menanamkan
nilai-nilai dan sikap dalam kehidupan. Karena ijazah itu hanya buktibahwa kita
pernah sekolah, penah mengenyam pendidikan. Tapi yang penting adalah sikap
dalam hidup. Untuk saling menghormati dan menghargai, bahkan berpuihak pada nilai-nilai kebaikan dan
kemanusiaan. Itulah bekal hidup yang paling berharga.
Ingat Nak, orang tua
tidak selamanya bisa mendampingi kalian. Tidak selamanya pula tangan orang tua bisa
memeluk dan membantu kalian. Karena semua ada waktunya, siapa pun ada masa hidupnya.
Namun yang terpenting dari semua itu, tetaplah memiliki hati dan akal pikiran
yang sehat. Bersikap objektif dan jernih. Selalu dekat dengan-Nya dan berbuat
baiklah di mana pun berada.
Jangan pernah merasa
tinggi hati karena kaki kalian masih menjejak bumi. Jangan pernah membenci,
apalagi kpada orang yang berjasa kepada kita. Jangan pula mengambil hak orang
lain tanpa seizinnya. Itu penting, agar hidup kita berkah. Di luar sana, banyak
orang rezekinya melimpah tapi tidak berkah. Maka esok, jadilah orang lemah
dalam balas dendam. Jadilah orang kuat yang memaafkan. Dan jadilah orang cerdas
yang mengabaikan. Berpikir dan bertindaklah yang objketif dan proporsional saja.
Selebihnya lebih baik diam daripada bertindak salah kaprah.
Ingatlah nasihat Ali bin
Abi Thalib: "Tidak perlu menjelaskan tentang diri kita kepada siapa pun. Karena
yang menyukai kita tidak butuh itu. Dan yang membenci kita pun tidak akan
percaya itu."
Orang boleh punya seribu
mimpi, boleh pula punya seribu harapan. Tapi jangan lupa untuk “sedekah” walau
seribu yang kita punya. Teruslah berbuat baik dan tebarkan manfaat kepada orang
lain., apapun keadaannya. Karena hanya amal soleh yang membawa kita untuk
kembali kepada-Nya, bukan yang lainnya. Nabi Muhammad SAW yang ajarkan kepada
umatnya. Khoirunnas anfauhum linnas, sebaik-baik manusia adalah yang paling
bermanfaat bagi manusia lainnya. Karenanya, kebaikan seseorang itu tidak
dilihat dari paras, jabatan, kekayaan, pangkat, atau asal usulnya. Tapi dari
amal solehnya, dari kebaikan yang ditinggalkan selama hidup di dunia.
Besok-besok Nak, ada
yang diuji Allah dengan kesulitan. Ada pula yang diuji Allah dengan kemudahan. Jangan
lupa, keduanya sama-sama ujian. Semua manusia diuji oleh Allah. Maka tetaplah
sabar dan tawakal. Syukuri yang dimiliki dan teruslah berbuat baik. Maka jangan
pernah membandingkan hidup kalian dengan hidup orang lain. Karena kita semua sedang
“bertanding” di kotak masing-masing, di kotak yang berbeda-beda, tidak mungkin
sama.
Untuk anak-anakku, Ini
hnaya pesan kebaikan Nak. Jangan pernah menunggu waktu untuk berubah. Tapi
berubahlah selagi masih ada waktu. Untuk memperbaiki diri dan menjadi pribadi
yang lebih baik. Buatlah cerita yang baik-baik, karena cerita buruk sama sekali
tidak berguna bagi siapapun. Perbanyaklah bersyukur dan kurangilah mengukur
(nikmat orang lain). Sebab yang indah itu menerima apa yang Allah takdirkan
untuk kita. Selamat berjuang dan berkorban di dunia untuk kehidupan akhirat
yang lebih baik Nak! Salam hangat …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar