Saat membaca novel “Dangerously Perfect” karya Shita Hapsari, sepintas ada benarnya bahwa manusia hanya bisa menerima realitas sampai dia memutuskan mencari jalan keluar secara darurat. Berusaha sempurna untuk dirinya tapi sangat berbahaya untuk orang lain, dangerously perfect.
Mungkin itulah pesan “peringatan darurat” dari
taman bacaan. Ketika putusan MK yang sesuai dengan hati nurani rakyat, justru “dibegal”
oleh DPR. Ketika seorang yang mem-branding diri “tukang kayu” pada akhirnya
bertindak seperti “raja”. Bahkan ketika awal berkuasa didorong dan diusung ke
Jakarta, lalu “menikung” meninggalkan yang mengusungnya. Apa lagi namanya kalau
bukan dangerously perfect! Sudah segitu saja, jangan diteruskan …
Hati-hati, terkadang kesempurnaan
itu berbahaya. Berapa banyak orang yang mengagumi kesempurnaan, Mau jadi
manusia sempurna di mata orang lain, tapi akhirnya bertindak zolim bahkan tidak
lagi peduli pada banyak orang. Hanya peduli pada diri sendiri, karena obsesinya
menjadi “manusia sempurna”. Entah kata siapa?
Realitasnya suatu kali,
ada yang bengkok dibilang lurus. Ada yang lurus justru dibengkokkan. Maka peringatan
darurat dari taman bacaan menegaskan jangan takut untuk menjadi lurus. Asal
sesuai hati Nurani dan demi kebenaran. Sekalipun banyak tekanan, tantangan
bahkan kesulitan. Tapi pada akhirnya kekuatan sejati pasti ada dan berasal dari
kemauan untuk memegang nilai-nilai kebenaran.
Terkadang di luar sana,
ada orang yang terkesan bertindak baik tapi pikirannya jahat. Tingkahnya
sederhana tapi pikirannya tamak. Maka jangan biarkan dunia yang tidak adil
mengubah siapa diri kita. Teruslah berpegang pada kebanaran, selalu berbuat
baik dan menebar manfaat di manapun. Jangan seperti politisi yang merasa baik
karena ada maunya. Ketahuilah, biar bagaimana pun paku lurus yang tumbang akan
tetap lebih kuat daripada seribu paku bengkok yang tersisa.
Untuk siapapun yang
memperjuangkan kebenaran, kemsalahatan umat teruslah berjuang. Kita tidak
sendirian, selalu ada “tangan Tuhan” yang nantinya memberikan ganjaran. Toh,
pada akhirnya yang lurus akan tetap lurus dan yang bengkok akan terkuak. Ingat,
dangerously perfect!
Seperti berkiprah di
taman bacaan, bukan mencari kesempurnaan. Tapi menjadi ladang amal untuk membiasakan
berbuat baik dan menebar manfaat. Walau hanya dengan menyediakan akses bacaan. Bertindak
konkret sediakan tempat membaca, daripada sekadar bernarasi tentang rendahnya minat
baca tanpa mau sediakan tempat membaca. Ini zamannya bertindak, bukan lagi
berdiskusi.
Melayani anak-anak yang
membaca, mau sedikit atau banyak, tersembunyi atau tampak, pasti akan berbuah
kebaikan. Pasti akan mendapat ganjaran dari-Nya. Tidak ada yang sia-sia dari
perbuatan baik yang ditorehkan. Semua akan dibalas, dengan sepantasnya. Tidak perlu
sempurna di taman bacaan, lebih baik berkarya untuk anak-anak bangsa.
Dangerously
perfect, sebuah peringatan darurat dari taman
bacaan. Jangan lagi mengejar kesempuraan, agar dikagumi atau dipuji banyak
orang. Cukup kerjakan yang baik dan tebarkan manfaat. Agar terhindar dari dua
hal yang paling dibenci manusia, yaitu omong kosong dan otak kosong, Bacalah …
Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar