Kamis, 16 Mei 2024

Untuk Apa Sombong, Gunung Aja Tidak Pernah Menyebut Dirinya Tinggi

Mungkin ada di sekitar kita, orang-orang yang bertindak sombong. Entah, karena pangkat, jabatan atau status sosial. Bicaranya tinggi, sikapnya arogan, bahkan kekuasaan dianggap segalanya. Sudah pasti, banyak orang tidak suka sama si orang sombong. Sayangnya, si orang sombong sama sekali tidak tahu kesombongannya sendiri. Terkadang, kita suka bingung. Kok bisa orang sombong tidak tahu kesombongannya.   

 

Orang sombong itu, biasanya merasa lebih baik dari orang lain. Merasa penampilan, kecerdasan, atau status yang dimiliki lebih baik. Sikapnya arogan. Bicaranya menyalahkan orang lain dan selalu membenarkan dirinya sendiri. Bilangnya ingin memperbaiki padahal belum tentu sepenuhnya benar. Rumah orang lain dianggap jelek dan salah, sementara dia sendiri belum pernah bangun apa-apa.

 

Hanya orang sombong pula yang suka menyepelekan orang lain. Sikapnya tidak terpuji, perilaku tidak acuh, dan malas mendengarkan orang. Tidak menghargai pencapaian orang lain. Si orang sombong, memang egois. Bila dicermati, orang sombong mudah terlihat dari

cara bicaranya, cara memperlakukan orang lain, bahkan dari gaya berjalannya bisa terlihat. Seolah-olah hanya dirinya sendiri yang paling benar, dan semua yang diperbuat orang lain salah. Wajar, si orang sombong senang dipuji (itupun kalau ada temannya).

 

Si orang sombong sering lupa. Bahwa “Dan janganlah engkau memalingkan muka dari manusia (karena sombong) dan janganlah engkau berjalan di muka bumi dengan kesombongan (QS. Luqman: 18). Makanya, orang yang sombong itu ibarat orang yang berdiri di atas gunung. Dia melihat orang lain semuanya kecil. Sayangnya, dia tidak sadar orang lain pun melihat dia kecil juga. Tatapan matanya merendahkan dan ucapan yang meninggikan diri sendiri. Coba deh di cek, di sekeliling kita. Begitulah orang sombong bertindak. Jangan sombong, karena kesombongan sekecil apapun tidak akan menjadikan orangnya tinggi derajat. Tapi justru kesembongan akan membuat dirinya terperosok dalam kerendahan akhlak.

 

Hati-hati, orang sombong itu biasanya merasa paling benar sendiri. Sikapnya selalu tdiak menghargai ikhtiar orang lain. Jangan bersikap lembut, saat berpapasan pun pasti memalingkan muka. Jangankan memberi salam, menoleh pun tidak mampu. Maka tinggalkan dan hindari bergaul dengan orang-orang sombong.

 


Sejatinya, tidak ada gunanya bersikap sombong. Karena semua yang dimiliki hanyalah titipan. Pangkat, jabatan, harta, statsu sosial sekalipun hanya sementara. Hingga suatu saat, semua itu akan menghilang tanpa bekas. Dunia sudah menunjukkan, orang kaya pun bisa berubah jadi miskin. Orang dianggap mulia pun akhirnya masuk penjara. Semuanya terjadi karena sifat sombong.

 

Ketahuilah, “Sombong itu menolak kebenaran dan merendahkan manusia (HR Muslim: 2749). Orang sombong pasti mengabaikan kebaikan, dan merendahkan sesama. Makanya, banyak orang tidak suka bergaul dan berada dekat pada orang yang sombong. Omongannya tinggi, sikapanya arogan, dan tidak punya empati kepada orang lain.

 

Jadi, selagi masih hidup di dunia yang sementara tidak peru sombong. Karena langit pun tidak pernah menjelaskan kenapa dia tinggi. Gunung pun tidak bangga bahwa dia tinggi. Lalu, kenapa masih ada orang-orang yang gayanya selangit padahal kakinya masih berpijak di bumi.

 

Jauhi sikap sombong. Introspeksi diri dan berusahalah untuk selalu rendah hari (bukan rendah diri). Karena tidak ada musuh yang perlu kita takuti, selain kesombongan diri kita sendiri. Dan saat berhadapan dengan orang sombong, sikapilah dengan rendah hati dan sabar. Salam literasi #KopiLentera #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka




Tidak ada komentar:

Posting Komentar