Mungkin ada di sekitar kita, orang-orang yang bertindak sombong. Entah, karena pangkat, jabatan atau status sosial. Bicaranya tinggi, sikapnya arogan, bahkan kekuasaan dianggap segalanya. Sudah pasti, banyak orang tidak suka sama si orang sombong. Sayangnya, si orang sombong sama sekali tidak tahu kesombongannya sendiri. Terkadang, kita suka bingung. Kok bisa orang sombong tidak tahu kesombongannya.
Orang
sombong itu, biasanya merasa
lebih baik dari orang lain. Merasa penampilan, kecerdasan, atau status
yang dimiliki lebih baik. Sikapnya arogan. Bicaranya menyalahkan orang lain dan
selalu membenarkan dirinya sendiri. Bilangnya ingin memperbaiki padahal belum
tentu sepenuhnya benar. Rumah orang lain dianggap jelek dan salah, sementara
dia sendiri belum pernah bangun apa-apa.
Hanya orang sombong pula yang suka menyepelekan
orang lain. Sikapnya tidak terpuji, perilaku tidak acuh, dan malas
mendengarkan orang. Tidak menghargai pencapaian orang lain. Si orang sombong,
memang egois. Bila dicermati, orang sombong mudah terlihat dari
cara
bicaranya, cara memperlakukan orang lain, bahkan dari gaya berjalannya bisa
terlihat. Seolah-olah hanya dirinya sendiri yang paling benar, dan semua yang
diperbuat orang lain salah. Wajar, si orang sombong senang dipuji (itupun kalau
ada temannya).
Si
orang sombong sering lupa. Bahwa “Dan janganlah engkau memalingkan muka dari
manusia (karena sombong) dan janganlah engkau berjalan di muka bumi dengan
kesombongan (QS. Luqman: 18). Makanya, orang yang sombong itu ibarat orang yang berdiri
di atas gunung. Dia melihat orang lain semuanya kecil. Sayangnya, dia tidak
sadar orang lain pun melihat dia kecil juga. Tatapan matanya merendahkan dan
ucapan yang meninggikan diri sendiri. Coba deh di cek, di sekeliling kita.
Begitulah orang sombong bertindak. Jangan sombong, karena kesombongan sekecil
apapun tidak akan menjadikan orangnya tinggi derajat. Tapi justru kesembongan akan
membuat dirinya terperosok dalam kerendahan akhlak.
Hati-hati,
orang sombong itu biasanya merasa paling benar sendiri. Sikapnya selalu tdiak
menghargai ikhtiar orang lain. Jangan bersikap lembut, saat berpapasan pun
pasti memalingkan muka. Jangankan memberi salam, menoleh pun tidak mampu. Maka
tinggalkan dan hindari bergaul dengan orang-orang sombong.
Sejatinya, tidak ada gunanya bersikap sombong. Karena semua yang dimiliki
hanyalah titipan. Pangkat, jabatan, harta, statsu sosial sekalipun hanya
sementara. Hingga suatu saat, semua itu akan menghilang tanpa bekas. Dunia sudah
menunjukkan, orang kaya pun bisa berubah jadi miskin. Orang dianggap mulia pun
akhirnya masuk penjara. Semuanya terjadi karena sifat sombong.
Ketahuilah,
“Sombong itu menolak kebenaran dan merendahkan manusia (HR Muslim: 2749). Orang
sombong pasti mengabaikan kebaikan, dan merendahkan sesama. Makanya, banyak
orang tidak suka bergaul dan berada dekat pada orang yang sombong. Omongannya
tinggi, sikapanya arogan, dan tidak punya empati kepada orang lain.
Jadi,
selagi masih hidup di dunia yang sementara tidak peru sombong. Karena langit
pun tidak pernah menjelaskan
kenapa dia tinggi. Gunung pun tidak bangga bahwa dia tinggi. Lalu, kenapa masih
ada orang-orang yang gayanya selangit padahal kakinya masih berpijak di bumi.
Jauhi sikap sombong. Introspeksi diri dan berusahalah untuk selalu
rendah hari (bukan rendah diri). Karena tidak ada musuh yang perlu kita takuti,
selain kesombongan diri kita sendiri. Dan saat berhadapan dengan orang sombong,
sikapilah dengan rendah
hati dan sabar. Salam literasi #KopiLentera #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar