Terkadang suka sedih. Saat melihat seorang istri marah-marah kepada suaminya karena tidak bisa memenuhi keinginan sang istri. Lebih sedih lagi, bila melihat seorang anak berkata-kata kasar kepada ayahnya. Hanya karena sang ayah tidak bisa membelikan apa yang diminta anaknya. Terlepas dari masalah aktual seperti apa, pastinya seorang ayah tidak mungkin mengabaikan keinginan klistri atau anaknya bila mampu. Ayah hanya bisa diam dan bersabar.
Sebagai kepala keluarga,
sudah pasti seorang ayah ingin keluarganya bahagia. Terpenuhi kebutuhannya,
bahkan keinginannya. Selalu bisa dan mampu tentunya. Maka sebelum marah-marah
kepada suami atau ayah, renungkanlah betapa sekarang hanya terus berjuang dan
bekerja keras tanpa mengenal lelah. Peras keringat banting tulang, hanya untuk
keluarganya, anak-anaknya.
Banyak orang lupa.
Sekalipun kewajibannya, seorang ayah pasti ingin menyenangkan anak-anaknya.
Pergi gelap pulang gelap, jadi buktinya. Bahkan saat di tempat kerja mengalami
tekanan, dimarahi atasan, atau kehabisan ongkos pun, seorang ayah tetap diam
dan mencari cara untuk mengatasinya. Maka wajar, pikiran, tenaga, dan
mental ayah pasti ada drop-nya. Kan ayah juga manusia biasa?
Istri atau anak-anak,
mungkin tidak tahu. Saat ayahnya sering dicaci maki bosnya? Sering dihina atau
difitnah cuma urusan sepele. Saat seorang ayah harus menahan lapar demi pulang
ke rumah untuk membawa uang. Bahkan banyak lupa, tidak sedikit seorang ayah
yang hampir kehilangan nyawa di jalan. Demi menafkahi keluarga dan
anak-anaknya. Tapi apapun yang terjadi, ayah hanya bisa diam dan terus berjuang
untuk keluarganya.
Betul sekali, mencari
nafkah adalah kewajiban seorang ayah. Ikhtiar terbaik dan doa pun sudah
dipanjatkan sang ayah. Tapi semuanya, pasti sudah kehendak Allah. Ada yang
didapat hari ini. Tapi ada yang ditunda untuk esok. Tidak semua yang
diperjuangkan ayah bisa tercapai semua. Ayah juga ingin mendapat surga Allah.
Karena pada keringat seorang ayah, ada pengampunan yang Allah janjikan.
"Siapa saja pada sore hari bersusah payah dalam bekerja, maka sore itu ia
diampuni". (HR. Thabrani dan lbnu Abbas).
Maka sebelum marah-marah
atau cemberut pada ayah, hitunglah dulu as berapa juta tetes keringat si ayah
yang keluar dari tubuhnya. Lihatlah betapa lelah langkah ayah saat pulang dari
kantornya. Atau tataplah lekat-lekat matanya, mungkin tanpa kita sadari mata
ayah telah banyak mengeluarkan air mata, entah di mana? Semuanya demi senyuman
anak-anaknya.
Ketahuilah sahabat, bila
sampai hari ini ayah kita belum bisa memenuhi segala keinginan, itu hanya
karena faktor keadaan dan waktu. Tapi ayah sudah berjuang sekuat tenaga dan
semampu yang harus dikerjakannya. Ayah tetap bertahan untuk mencari nafkah halal,
bukan haram apalagi merampas hak orang lain. Mengertilah pada kondisi ayah,
sambil tetap sabar dan syukur. Agar ayah lebih lapang dan ikhlas menjalankan
semuanya.
Khusus untuk para ayah
di mana pun berada, tetaplah semangat. Jangan menyerah karena Allah pasti ridho
atas keringatmu. Semoga lelahmu menjadi berkah. Dan kerja kerasmu menjadi
penghubung dengan surga. Sabar dan ikhlas menjalaninya ya Ayah.
Ayah, tidak pernah takut
miskin. Karena setiap langkah ayah selalu berlindung dari Tuhan uang Maha Kaya.
Salam literasi #TBMLenteraPustaka #CatatanSeorangAyah #LiterasiAyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar