Berdasarkan hasil angket terbatas tentang tata kelola taman bacaan di Kabupaten Bogor (per 5 April 2024), diperoleh data 75% taman bacaan dibiayai dana sendiri/swadaya, 17% dari CSR, 8% dari donatur pribadi, sedangkan pemerintah daerah tidak ada kontribusi sama sekali. Informasi ini diperoleh dari 12 taman bacaan yang sudah memberikan respon dari 20 taman bacaan yang diminta memberi masukan.
Realitas ini, tentu menjadikan taman bacaan masih
dihadapkan pada kendala yang besar untuk mempertahankan eksistensinya di masyarakat.
Di samping semakin sulit memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan
kegemaran membaca dan budaya literasi. Saat ditanya apakah kendala utama taman
bacaan Anda? Maka setidaknya ter-inventarisasi kendala utama yang dihadapi
taman bacaan di Kabuppaten Bogor adalah sebagai berikut:
1.
Kurangnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya taman bacaan sehingga partisipasinya di taman bacaan menjadi rendah.
2.
Pendamping literasi yang sedikit
sehingga program literasi sulit dijalankan optimal.
3.
Kurangnya minat anak-anak untuk datang
ke taman bacaan.
4.
Belum ada lahan dan bangunan sendiri untuk
taman bacaan.
5.
Ketersediaan buku yang sedikit
sehingga belum bisa memberikan layanan peminjaman buku.
6.
Diperlukannya program pemberdayaan
untuk ibu-ibu pengantar anak-anak baca agar memiliki kegiatan saat jam baca berlangsung.
7.
Fasilitas sarana dan prasarana taman
bacaan yang tidak memadai.
8.
Tim pengurus tidak bertahan lama.
9.
Tenaga pendidik – relawan yang tidak
memadai.
10.
Kurangnya dana operasional untuk
mendukung aktivitas taman bacaan.
11.
Kurang berdayanya pengurus sehingga hilang
semangat menggerakkan
12. Tidak adanya perhatian dari instansi yang berkaitan dengan taman
bacaan, sehingga tidak ada peningkatan kapasitas untuk pengelolaan taman
bacaan.
Angket terbatas tentang “tata kelola taman bacaan
di Kabupaten Bogor” ini hanya salah satu cara untuk memperoleh gambaran umum
tentang kondisi taman bacaan, di samping memetakan realitas taman bacaan yang
ada di lapangan. Setidaknya, angket ini pun bisa jadi “benchmark” untuk melihat
taman bacaan secara faktual dalam data dan angka yang lebih objektif. Dan
harapannya, bisa “menjembatani” antara regulator di pemerintahan dan pemangku kepentingan lainnya. Untuk lebih
peduli dan memperhatikan taman bacaan sebagai “social movement” dalam meningkatkan
kegemaran membaca dan budaya literasi. Salam literasi #TataKelolaTamanBacaan
#TBMLenteraPustaka #TamanBacaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar