Salah satu penyakit orang modern itu cemas. Terlalu khawatir hingga menimbulkan rasa takut. Berpikir berlebihan dan jadi bersikap tidak tenang. Cemas atau khawatir ya sama saja. Akhirnya, gelisah, galau, mondar-mandir hingga nggak bisa tidur. Kenapa cemas?
Cemas, nggak punya uang.
Cemas nggak mampu beli kuota internet, khawatir nggak bisa membiayai anak
sekolah, cemas dikucilkan dari pergaulan. Bahkan cemas dan mengkhawatirkan masa
depan. Terlalu banyak yang dicemaskan, terlalu heboh untuk mengkhawatirkan.
Apapun dan di mana pun, modalnya hanya cemas.
Baru punya masalah sedikit
cemas. Baru mendengar “kabar burung” khawatir. Mau tahun baru saja cemas.
Apanya, manusia dihadirkan ke dunia untuk cemas. Apa-apa dikhawatirkan. Anehnya
lagi, hal-hal yang tidak perlu dicemaskan kok dicemaskan. Rezeki, jodoh, dan
maut itu sudah pasti ditentukan-Nya. Jadi, tidak usah cemas. Lebih baik
perbanyak amal dan tebarkan manfaat, jangan kebanyakan cemas.
Cemas bukan nggak boleh. Tapi
cemaskanlah bila kita tidak punya waktu untuk mendekat kepada-Nya. Cemaskan
diri bila nggak punya waktu berbuat baik. Khawatirlah bila tidak bisa menebar
manfaat kepada orang lain. Percayalah, asal mau beramal, berbuat baik, dan
menebar manfaat kepada sesama tidak ada rasa cemas apalagi takut. Karena Allah
SWT menjamin segalanya di dunia dan akhirat.
Cemas itu bagus. Asal
disikapi dengan benar. Kita harus cemas karena tidak tahu apa yang akan
terjadi. Cemas lah karena ilmu dan kemampuan kita terbatas. Maka harus terus
ikhtiar untuk berbuat baik di mana pun dan kapan pun. Cemas yang membuat jadi
sadar diri. Untuk selalu memperbaiki diri terus-menerus.
Dunia itu ada untuk
sementara. Manusia sehebat apapun cuma hamba. Maka cemas boleh, karena sadar
bahwa semua urusan kita berada di tangan-Nya. Kita rasakan hidup ini berat dan
penuh kecemasan, jangan-jangan, karena kita jumawa. Kita atur dan pikul sendiri
hidup ini tanpa mau bersandar pada-Nya. Kita merasa kuat sehingga tidak butuh
pada pertolongan-Nya. Cemaslah bila punya sikap buruk tersebut.
Nggak usah cemas ngga usah
khawatir. Hidup ini terlalu singkat untuk mengkhawatirkan hal-hal bodoh,
apalagi yang nggak ada manfaatnya. Nggak usah cemas tentang hal-hal yang nggak
dapat kita kendalikan. Termasuk rasa benci dan penilaian buruk orang lain kepada
kita.
Seperti pegiat literasi di
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor, nggak
pernah cemas tentang apapun. Asal tetap berbuat baik dan menebar manfaat di
taman bacaan. Selalu berkomitmen untuk menjadikan anak-anak dan masyarakat
lebih literat, mampu menerima realitas yang ada sambil tetap bersyukur masih
bisa membaca buku di era digital. Berkiprah di taman bacaan tanpa rasa cemas.
Asal ada anak, ada buku bacaan, dan ada komitmen pengelola, taman bacaan nggak
perlu cemas. Semua sudah ada jalannya sendiri.
Jadi, nggak usah terlalu
cemas. Biasa-biasa saja karena semuanya sudah ada dalam genggaman-Nya. Terus
saja berbuat baik dan menebar manfaat hingga rasa cemas itu pergi. Jadilah
literat, salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka @Danau
Toba, 6 Jan 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar