Bisa jadi, sikap lemah lembut di zaman begini sudah “jauh panggang dari api”, kian jauh dari harapan. Makin banyak orang yang berbicara keras dan kasar. Ditambah mata yang melotot sambil bertolak pinggang. Hanya karena kekuasaan, harta atau nafsu seakan bangga bersikap tidak lemah lembut. Lebih senang mempertontonkan sikap arogan. Terus bila sudah begitu, mau apa lagi?
Lembah
lembut itu akhlak. Sikap terpuji yang tidak dimiliki banyak orang. Butuh proses
panjang untuk menjadi pribadi yang lemah lembut. Bertutur kata kasar, bergibah,
bahkan berbicara sampai melotot itu bukti hilangnya sikap lemah lembut.
Sebaliknya, tidak banyak orang memahami bahwa sikap lemah lembut mengundang banyak kebaikan. Kebaikan yang
melekat pada sikap ramah, murah hati, dan penuh perhatian. Lemah lembut yang
menjadikan pemiliknya lebih baik dan indah.
Berangkat
realitas itulah, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung
Salak Bogor selalu mengedepankan sikap lemah lembut. Berlemah lembut dalam
menegakkan kegemaran membaca pada ratusan anak-anak usia sekolah. Membimbing
anak-anak yang membaca, mengajarkan kaum buta aksara, hingga memberi nasihat
baik pada setiap aktivitas literasi dan taman bacaan. Untuk menjadikan taman
bacaan sebagai tempat yang asyik dan menyenangkan. Sikap lemah lembut demi
tegaknya aktivitas taman bacaan dan budaya literasi masyarakat.
Lemah lembut, tentu bukan hanya sebatas perkataan. Tapi
tercermin dalam perbuatan nyata. Karenanya, sikap lemah lembut menjadi akhlak
yang harus dilatih dan dibiasakan sejak dini. Seperti anak-anak TBM Lentera
Pustaka yang dibiasakan untuk bertindak leah lembut selama berada di taman
bacaan. Sebuah sikap terpuji untuk menyenangkan hati orang lain. Karena
sejatinya, sikap lemah lembut pada akhirnya pun dapat menggantikan sedekah, di
sampin untuk menghilangkan permusuhan.
Sikap lemah lembut, tentu bukan menjilat. Karena lemah
lembut ujungnya kebaikan. Sebaliknya menjilat tujuannya untuk keburukan. Karena
hari ini, tidak sedikit orang yang ingin mendapat simpati dengan cara “menjilat”
melalui tutur kata dan perileku yang lembut. Jadi, hati-hati dan jangan terkecoh.
Sikap lemah lembut itu alamiah, harus dibiasakan dalam Tindakan sehari-hari.
Sementara menjilat itu sikap lemah lembut yang direkayasa, dikondisikan.
Maka di mana pun, latihlah sikap lemah lembut. Biasakan untuk bertutur kata yang baik, berperilaku yang lembut. Berbicara tanpa perlu melotot. Sikap lemah lembut yang mampu mengundang kebaikan bagi pemiliknya. Rasulullah SAW bersabda, “Siapa saja yang tidak memiliki kelemah-lembutan, sama halnya ia terhalang dari seluruh kebaikan.” (HR. Abu Dawud No. 4809).
Lemah
lembut bukan lembek. Tapi sikap yang menenangkan, agar tidak menimbulkan
permusuhan. Di saat yang sama, setelah bersikap lemah lembut kemudian bersikap
tegas. Tegas untuk membedakan mana yang benar mana yang salah. Tegas untuk tahu
mana yang masih bisa ditoleransi mana yang tidak perlu ditoleransi. Tegas itu
tidak samar, jelas, dan tahu sikap apa yang harus dilakukan. Maka lemah lembut
dulu, kemudian tegas. Jangan karena sikap lemah lembut, orang lan dapat berbuat
seenak-enaknya. Tunjukkan ketegasan dalam bersikap.
Tetaplah
bersikap lemah lembut. Karena tidak ada yang lebih kuat di dunia selain sikap
lemah lembut. Dan pada akhirnya, biarlah sikap lemah lembutmenjadi nyata bagi
semua orang. Salam literasi #TamanBacaan #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar