Jumat, 17 Maret 2023

Literasi Menulis Kreatif, Fokus Praktik Bukan Teori

Banyak yang bertanya, apa itu menulis kreatif?

Saya selalu menjawab, menulis kreatif bukan hanya proses menulis berbasis daya cipta dan imajinasi. Tapi menulis keratif adalah proses untuk membangun kemauan menulis. Menulis untuk berkarya. Itu berarti, menulis kreatif tidak cukup hanya dipahami menulis untuk sastra seperti puisi, cerpen, novel, dan sebagainya. Tapi lebih dari itu, menulis kreatif sangat membutuhkan kompetensi. Seseorang yang kompeten atau mampu menuangkan ide dan gagassan secara tertulis dengan baik dan menarik.

 

Menulis kreatif, tentu berbeda dengan menulis ilmiah. Berbeda pula dengan menulis untuk jurnalistik, menulis untuk keperluan akademik atau bisnis. Maka menulis kreatif dapat disebut menulis dengan cara beda. Cara “beda” inilah yang menjadi kekuatan utama menulis kreatif. Setidaknya ada 4 (empat) ciri pembeda karya menulis kreatif, yaitu 1) pikirannya yang beda dalam menghasilkan karya, 2) perilakunya yang beda di saat menulis, 3) batinnya yang beda jadi latyar bekakang lahirnya sebuah tulisan, dan 4) karya dari menulis kreatif yang memang beda dari lainnya.

 

Menulis kreatif adalah proses. Sebuah proses menuangkan ide dan gagasan yang bertumpu pada pengembangan daya cipta dan ekspresi pribadi dalam bentuk tulisan yang baik dan menarik. Ide dan gagasan yang dituliskan melalui cara yang tidak biasa. Sehingga mampu menghasilkan karya cipta yang berbeda, yang tidak hanya baik tetapi juga menarik. Karena itu, menulis kreatif dapat disebut sebagai “kehebatan dalam menuangkan ide dan gagasan”.

 

Setidaknya, ada 3 (tiga) sifat tulisan kreatif yang menjadi pegangan. Siapapun yang mau berkecimpung dalam menulis kreatif harus memperhatikan tiga sifat tulisan kreatif, yaitu:

1.      Imajinatif, tulisan yang menekankan pada daya khayal penulis.

2.      Ekspresif, tulisan yang menekankan pada ekspresi penulis.

3.      Apresiatif, tulisan yang menekankan pada kesengajaan penulis dalam menyenangi dan menikmati ide ceritanya.

Atas dasar itu, ide cerita menulis kreatif tidak melulu fiksi. Karena memang tidak ada cerita yang 100% fiksi. Semua cerita pasti ter-inspirasi dari realitas kehidupan yang terjadi. Maka sumber penciptaan karya kreatif pada dasarnya adalah kehidupan manusia itu sendiri.

 


Menulis kreatif harus dilandasi imajinasi yang kuat. Agar mampu mengubah kata-kata atau kalimat yang biasa menjadi tidak biasa. Kata-kata atau kalimat yang berbeda dari kebiasaan. Sebagai contoh tulisan kreatif. Kita tidak cukup menulis sebaris puisi dengan kata-kata Bulan nampak bersinar terang di langit. Di sekitarnya, tampak awan tipis mengitarinya.”

Tapi baris puisi di atas menjadi lebih kreatif dan berbeda ketika diubah menjadi:

Sinar rembulan menguak dari balik awan tipis. Cahayanya menebar hingga dedaunan pohon. Aku dan dia pun masih bercengkrama hingga larut malam. Tetes embun mulai merambah wajahku, menyaksikan cinta kita berdua.

 

Untuk menegaskan contoh karya kreatif yang luar biasa. Mungkin bisa dilihat dari proses seorang Andrea Hirata dalam melahirkan karya hebatnya “Laskar Pelangi”. Dari pergaulannya sendiri dengan teman-temannya dapat dituangkan ke dalam cerita tentang pendidikan yang beda.  Melalui Tetralogi Laskar Pelangi, karya Andrea Hirata mampu menembus penjualan lebih dari 1,2 juta eksemplar. Begitu pula proklamator Indonesia, Ir. Soekarno, seorang Insinyur yang mampu menulis “teks proklamasi” dengan tulisan tangan yang indah dengan kata-kata yang lugas dan penuh makna.

 

Jadi, menulis kreatif memang bukan hanya teori. Tapi harus diimbangi dengan praktik menulis dengan cara yang beda. Menulis untuk mengembangkan potensi yang dimiliki untuk melahirkan karya yang berbeda. Menulis kreatif bukan hanya pelajaran tapi perbuatan. Tentu, dengan cara kita masing-masing. Salam #MenulisKreatif #AyoMenulis #KompetensiMenulisKreatif

  


  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar