Banyak yang bertanya, apa itu menulis kreatif?
Saya selalu menjawab, menulis kreatif bukan hanya
proses menulis berbasis daya cipta dan imajinasi. Tapi menulis keratif adalah
proses untuk membangun kemauan menulis. Menulis untuk berkarya. Itu berarti,
menulis kreatif tidak cukup hanya dipahami menulis untuk sastra seperti puisi, cerpen,
novel, dan sebagainya. Tapi lebih dari itu, menulis kreatif sangat membutuhkan
kompetensi. Seseorang yang kompeten atau mampu menuangkan ide dan gagassan
secara tertulis dengan baik dan menarik.
Menulis kreatif, tentu berbeda dengan menulis ilmiah. Berbeda
pula dengan menulis untuk jurnalistik, menulis untuk keperluan akademik atau
bisnis. Maka menulis kreatif dapat disebut menulis dengan cara beda. Cara “beda”
inilah yang menjadi kekuatan utama menulis kreatif. Setidaknya ada 4 (empat) ciri
pembeda karya menulis kreatif, yaitu 1) pikirannya yang beda dalam menghasilkan
karya, 2) perilakunya yang beda di saat menulis, 3) batinnya yang beda jadi
latyar bekakang lahirnya sebuah tulisan, dan 4) karya dari menulis kreatif yang
memang beda dari lainnya.
Menulis kreatif adalah proses. Sebuah proses menuangkan ide
dan gagasan yang bertumpu pada pengembangan daya cipta dan ekspresi
pribadi dalam bentuk tulisan yang baik dan menarik. Ide
dan gagasan yang
dituliskan melalui cara yang tidak biasa. Sehingga mampu menghasilkan karya cipta yang berbeda, yang tidak hanya baik tetapi
juga menarik.
Karena itu, menulis kreatif dapat disebut sebagai “kehebatan
dalam menuangkan ide dan gagasan”.
Setidaknya, ada 3 (tiga) sifat tulisan kreatif yang
menjadi pegangan. Siapapun yang mau berkecimpung dalam menulis kreatif harus
memperhatikan tiga sifat tulisan kreatif, yaitu:
1.
Imajinatif, tulisan yang menekankan pada daya khayal penulis.
2.
Ekspresif,
tulisan yang menekankan pada ekspresi penulis.
3.
Apresiatif,
tulisan yang menekankan pada kesengajaan penulis dalam menyenangi dan
menikmati ide ceritanya.
Atas dasar itu, ide cerita menulis kreatif tidak
melulu fiksi. Karena memang tidak ada cerita yang 100% fiksi. Semua cerita
pasti ter-inspirasi dari realitas kehidupan yang terjadi. Maka sumber penciptaan karya kreatif pada dasarnya adalah kehidupan manusia itu
sendiri.
Menulis kreatif harus dilandasi imajinasi yang kuat.
Agar mampu mengubah kata-kata atau kalimat yang biasa menjadi tidak biasa. Kata-kata
atau kalimat yang berbeda dari kebiasaan. Sebagai contoh tulisan kreatif. Kita
tidak cukup menulis sebaris puisi dengan kata-kata “Bulan nampak bersinar
terang di langit. Di sekitarnya, tampak awan tipis mengitarinya.”
Tapi baris puisi di atas menjadi lebih kreatif dan
berbeda ketika diubah menjadi:
Sinar rembulan menguak
dari balik awan tipis. Cahayanya menebar
hingga
dedaunan pohon. Aku dan dia pun masih
bercengkrama hingga larut malam. Tetes embun mulai merambah wajahku, menyaksikan cinta kita berdua.
Untuk menegaskan contoh karya kreatif yang luar
biasa. Mungkin bisa dilihat dari proses seorang Andrea
Hirata dalam
melahirkan karya hebatnya “Laskar Pelangi”. Dari pergaulannya sendiri dengan
teman-temannya dapat dituangkan ke dalam cerita tentang pendidikan yang beda. Melalui Tetralogi Laskar Pelangi, karya Andrea
Hirata mampu menembus penjualan lebih dari 1,2 juta eksemplar. Begitu pula
proklamator Indonesia, Ir. Soekarno, seorang Insinyur yang
mampu menulis “teks proklamasi” dengan tulisan tangan yang
indah dengan
kata-kata yang lugas dan penuh makna.
Jadi, menulis kreatif memang bukan hanya teori.
Tapi harus diimbangi dengan praktik menulis dengan cara yang beda. Menulis
untuk mengembangkan potensi yang dimiliki untuk melahirkan karya yang berbeda. Menulis
kreatif bukan hanya pelajaran tapi perbuatan. Tentu, dengan cara kita masing-masing.
Salam
#MenulisKreatif #AyoMenulis #KompetensiMenulisKreatif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar