Banyak orang menganggap, becak identik dengan kaum marjinal. Kaum miskin atau warga kelas bawah. Tentu sah-sah saja. Karena memang becak bukan jalan untuk menjadi kaya. Tidak ada kemewahan di balik kayuhan tukang becak. Tapi becak bisa jadi simbol. Tentang pentingnya ikhtiar. Tentang kerja keras tanpa mengenal lelah. Bukan berdiam diri atau bersikap apatis. Kayuhan seorrang tukang becak, menegaskan siapa pun hanya bisa ikhtiar. Tapi tidak bisa menentukan hidupnya. “Teruslah mengayuh hingga tak sanggup”, begitulah filosofi tukang becak di era begini.
Ikhtiar,
jadi kata kunci. Siapa pun harus ikhtiar untuk
memperoleh kehidupan yang lebih baik. Tidak ada duduk nyaman selagi di dunia. Karena
tidak mungkin meminta surga tanpa melakukan apapun yang baik. Kita tidak harus
hebat dan berbakat soal apapun. Tapi kita bisa ikhtiar untuk apapun. Maka
sempurnakanlah ikhtiar seperti kuatnya tekad seorang tukang becak. Sambil tetap
perbaiki niat dan berdoa kepada-Nya.
Aktivitas
apapun, di manapun. Tidak boleh ada kata menyerah, jangan pernah cepat lelah. Karena
itu, dibutuhkan sikap militansi dan jiwa korsa untuk berjuang. Seperti tukang
becak yang tidak pernah berhenti mengayuh, demi sesuap nasi. Dari sekian
perjalanan yang dilewati, banyak orang sebenarnya sebentar lagi sampai tujuan.
Hanya sayang, mereka menyerah di tengah jalan. Terlalu cepat menyerah. Hingga
impian pun jadi khayalan, tujuan tidak kunjung didapat.
Lalu
katanya, dunia itu kejam. Dunia kejam itu untuk orang yang berdiam. Tapi tidak
untuk orang yang ikhtiar dan terus berjuang dalam keadaan apapun. Dunai itu
hanya keras, tapi tidak kejam. Justru yang kejam itu kemalasan, kebodohan. Punya
masalah tapi tidak mau ikhtiar mencari solusi. Ingin lebih baik tapi tidak ada
yang diperbuat. Kejam itu ketika seseorang tidak tidak mau ikhtiar. Seperti tidak
tersenyum itu lebih kejam daripada pembunuhan.
Kata
tukang becak, dunia itu tidak kejam. Karena rezeki itu sudah diatur Allah SWT.
Rezeki itu tidak akan pernah tertukar antar orang per orang. Rezeki setiap
orang pasti ada dan selalu mengalir, tidak putus-putus. Bahkan rezeki bisa
datang dengan sendirinya. Asal niatnya baik,, ikhtiarnya bagus, dan doanya tidak
pernah berhenti. Dan yang paling penting soal rezeki, apa yang sudah dimiliki
hari ini itu sudah pantas untuk kita. Alhamdulillah!
Becak
memang kian langka. Tapi dari tukang becak, siapapun bisa belajar. Akan
pentingnya ikhtiar dalam hidup. Selain sederhana, ulet, dan pantang menyerah,
tukang becak tidak pernah berhenti mengayuh sebelum mencapai tujuan. Selalu ada
senyum pada setiap kayuhan tukang becak.
Karena
tukang becak yakin. Bahwa “hidup tidak perlu memberontak terhadap hidup itu
sendiri".
Salam literasi #TukangBecak #FilosofiBecak #LiterasiIndonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar